BAB 33 - Mobil

1K 121 27
                                    

"Pada parkir di mana?" tanya Samudra begitu selesai mengadakan reuni dadakan ini.

Teman-temannya masih banyak yang terus menerus mengobrol.

"Gue bawa mobil," ujar Arga diikuti anggukan oleh dua teman lainnya. Sisanya paling nebeng sama yang bawa mobil.

Samudra kemudian tersenyum tipis kemudian menganggukan kepalanya.

Setelah mengucapkan salah perpisahan, keduanya berjalan meninggalkan mereka. Mereka kebagian depan, sedangkan Samudra dan Nadine berjalan ke arah belakang. Ke tempat parkiran motor.

Nadine memperhatikan Samudra yang melangkahkan kakinya dengan begitu malas. Terlihat lemas dan Nadine yakin apa yang masih menjadi pikiran laki-laki ini.

Laki-laki seumurannya sudah bawa mobil.

"Dra," sapa Nadine sambil menyentuh lengan Samudra. Bahkan kini sembari berjalan ke parkiran, tangan Nadine melingkar begitu pas di lengan Samudra. "Nggak usah dipikirin," katanya lembut.

Samudra menoleh dengan tatapan kesal, tangannya melepaskan paksa tangan Nadine. "Lo nggak ngerti, Nad. Lo bisa bilang gitu karena memang lo nggak ngerti rasanya, Nad."

Nadine menahan tangan Samudra. Senyumnya melebar sedikit. "Lo yang nggak ngerti kalau ini adalah bentuk perhatian gue sama lo. Jangan lo pikir, Cuma lo yang bisa kasih perhatian ke gue. Gue perlu kayak gini sama lo."

Samudra jadi melongo mendengar perkataan Nadine, Apa yang sebenarnya dibahas perempuan ini?

Nadine menarik Samudra untuk duduk dibangku semen yang berada di sisi parkiran motor. Nadine menatap Samudra yang masih memasang muka kesal. "Gini, ya, Dra,"

"Lo kan bilang kalau lo mau kuliah di Bandung, lo mau masuk Unpad. Okey, mungkin bokap lo orang kaya yang duitnya nggak abis-abis. Tapi maaf, maaf banget, tanggunggan bokap lo bukan lagi lo sendiri. Ada gue sama nyokap gue. Kan lo tahu sendiri, nyokap gue berhenti kerja setelah nikah sama bokap lo,"

"Nad, stop. Mama sama Papa. Nggak ada bokap gue atau nyokap lo. Mereka orang tua kita."

Nadine tersenyum sekali lagi kemudian mengangguk mengiyakan perkataan Samudra. "Iya. Lo bakalan masuk Unpad. Gue? Gue mau masuk UI dong. Tetapi kan siapa yang tahu, kalau tiba-tiba kita kurang beruntung, kita pasti bakal masuk swasta. Oh, atau lo nggak mau kuliah?"

Samudra menggeleng.

"Nah, daripada uangnya dipakai buat mobil, yang ketika lo ke Bandung, mobilnya nggak akan kepake. Mending uangnya buat lo ngekos, atau buat hidup lo di Bandung. Papa kan nggak Cuma mikirin biaya sekolah lo, gue juga masih perlu sekolah."

Samudra terdiam sebentar, "Kalau gue nggak usah kuliah di Bandung?" tanyanya.

"Demi mobil?" Nadine melotot. "Wah gila, lo ngelupain mimpi lo cuma demi kalah pamor sama Arga dan yang lain."

Samudra jadi terdiam sejenak. Ya, ia yakin, ini memang hanya obsesinya saja karena mengetahui beberapa temannya sudah bisa bawa mobil kemana-mana sedangkan dirinya masih setia menggunakan motornya yang berwarna merah hitam itu.

Tangan Samudra menarik kepala Nadine, menaruhnya dibahu kemudian mengusapnya. "Lo kuliah di Bandung juga, ya, Nad."

Nadine mendorong bahu Samudra kemudian memukul kening laki-laki itu. "Gila kali, ogah, gue mau di UI," pekiknya kemudian segera bangkit dari duduknya untuk menuju ke motor Samudra diiringi Samudra dibelakangnya yang masih tertawa.

Tak lama motor yang membawa keduanya berjalan membelah jalanan Jakarta. Tepat di depannya, macet cukup panjang, berkali-kali Samudra mendesah karena kesal dengan keadaan ini.

"Dra," panggil Nadine tepat disamping kepala Samudra.

Samudra terlihat menoleh sedikit, memberi tanda bahwa ia mendengar panggilan Nadine. "Nape?" jawabnya sama ketusnya karena baru saja ia berdecak karena jalannya diambil oleh pengguna motor lain.

"Masih mau mobil?" tanya Nadine diiringi kikikan yang bertujuan untuk meledek Samudra.

Samudra makin kesal kemudian menekan klaksonnya kencang kala sebuah motor mendadak berhenti di depannya. "Gak, motor all the way. Bodo amat," sahutnya kesal.

Nadine hanya tersenyum. Sungguh, dibalik kelakuannya juga, sebenarnya keduanya memang saling menyayangi. Mana ada seorang saudara tidak menyayangi saudara lainnya? Keduanya hanya tidak tahu bagaimana caranya menyampaikan perasaannya dengan cara yang benar, tetapi bukan berarti cara ini salah, hanya saja tangkapannya yang salah.

"Besok bilang sama Papa, ya, kalau lo nggak mau mobil. Lo maunya dikuliahin di Bandung."

****

FINALLY, AKU BAKALAN BILANG INI SAMA KALIAAN HEHEHE.

TAPI JANJI, HARUS KOMEN INLINE SETELAH INI YAA WKWKW

SAM & NAD 2 IS COMING SOON!!!

hehehehe, excited gaa? yaahh, engga ya? :( Jadi aku sudah memikirkan, kalau mereka akan tetap menemukan pujaan hati mereka masing2, mungkin tidak di sini, tapi di Sam & Nad 2. Yeeeyyy.

Seneng nggak sih, kalian? :(

Rabu, 30 Mei 2018.

SAM & NAD 1Where stories live. Discover now