BAB 10 - Pembawa Masalah

1.9K 185 15
                                    

"Because he's something that she must hide from you."

***

Nadine menatap ponselnya dengan malas. Ia tak mengerti lagi kenapa ponselnya bisa sesepi ini. Setidaknya setiap semenit sekali akan ada Official Account di Line yang mengiriminya info-info seputar novel-novel terbaru. Tetapi ini nol, tak ada info apapun.

Sabtu pagi, ia bosan hanya di rumah saja. Tetapi kalau harus pergi, ini adalah akhir bulan, ia tak punya sisa uang jajan setelah jajan di toko buku beberapa hari lalu.

Rayn.

Tiba-tiba nama laki-laki itu mengiang di kepalanya. Apa ia coba-coba ngajak Rayn jalan ya? Pasti Rayn mau. Oh, enggak-enggak. Yang ada sepanjang perjalanan hanya dipenuhi kebaperan Nadine yang tak beralasan dan Nadine tidak ingin itu terjadi.

Selain itu juga akan timbul rasa bersalah di dadanya karena berani-beraninya bermain dengan pacar orang.

Teng.

Ponselnya berdenting tanda sebuah Line masuk. Nadine segera memperhatikannya. Rayn. HAH RAYN? IYA RAYN.

Nadine buru-buru membuka chatroom Rayn dengan perasaan bingung. Bagaimana bisa Rayn mengiriminya pesan lebih dulu.

Rayn:

Kenapa Nad?

Aku besok kosong,, mau jalan besok?

Nadine bingung bukan main. Apa-apaan ini.

Nadine:

Apa Ray?

Rayn:

Kemarin kamu ngechat aku, ngajak jalan Nad.

Kenapa, salah kirim ya?

Padahal aku udah ngarep bakalan jalan sama kamu.

Nadine jadi merasa bersalah dan tidak enak. Mau tidak mau, Nadine harus mengiyakan sebelum Rayn sendiri yang jadi merasa bersalah dan baper.

Nadine:

Kayaknya iya deh, salah kirim. Maaf ya.

"Alah, boong amat salah kirim. Bilang aja lo modus sama Rayn," ujar Samudra yang tiba-tiba ada di belakangnya sudah rapi dengan kemeja kotak-kotak dan celana cokelat muda.

"Apaan, sih," Nadine kembali fokus pada ponselnya dan mulai mengetik lagi.

Tetapi boleh juga kayaknya, yan. Jam 10 ke Citos?

Nadine berdecak mendengar tawa Samudra di belakang sana. Sungguh, suara tawa Samudra benar-benar bikin Nadine kesal.

"Gue lagi kerja sama bareng Rayn, lo jalan aja sama Febby sana." Samudra menatap Nadine dengan tatapan memuja. Kedua tangannya segera meraih pipi Nadine dan mencubitnya.

"Gila, adik gue baik banget. Eh, jahat banget." Nadine melotot. "Maksud gue jahat banget mau jadi orang ketiga, tetapi baik banget buat gue. Yaudah lo sama Rayn gue sama Febby."

"Apaan, sih," Nadine bangkit dari duduknya. "Gue tuh mau ngajak Rayn ke kafe deket rumah Doni." Nadine berlari cepat ke kamarnya membuat Samudra berteriak mendengarnya tetapi tak sampai hati harus mengejar Nadine. Karena kalau sudah dikejar, lalu melampiaskan kekesalannya gimana? Masa mau gebukin Nadine? Jahat amat.

***

"Assalamu'alaikum," sapa Samudra pelan saat melihat seorang bapak-bapak yang ia ketahui merupakan orang tua Febby sedang menikmati secangkir kopi dan koran di teras rumah.

SAM & NAD 1Where stories live. Discover now