BAB 4 - First Move

2.3K 227 30
                                    

BAB 4 - First Move

"You should try hard to get someone better, so you need a big power to do it."

"Nad, gue anterin balik dulu ya?" Nadine mengadahkan kepalanya menatap Samudra yang berdiri di sebelahnya.

"Nggak usah, gue nungguin angkot aja. Lo harus ngerjain tugas, Dra, besok terakhir. Makanya jangan jadi pemalas." Samudra menghela napas kemudian tangannya tiba-tiba merangkul Nadine, saat matanya menangkap seorang laki-laki yang ia kenal berjalan ke arahnya.

"Gue harus jelasin soal kening lo dulu ke Nyokap. Lo mau gue dianggap sebagai kakak yang tidak bertanggung jawab?"

Kini giliran Nadine yang menghela napas panjang. "Yaudah, nanti gue aja yang jelasin. Lagian bukan lo pelakunya, Dra."

"Kak Nadine," Nadine menoleh mendapati Rayn berdiri di sampingnya bersama Febby. Nadine menaikan kedua alisnya kemudian bertanya apa maksud kedatangan mereka berdua.

"Kalau Ka Samudra nggak bisa nganter kamu pulang, biar aku aja yang nganterin kamu."

Mendengar perkataan Rayn sontak membuat Nadine mengalihkan pandangannya ke arah Febby. "Aku bisa nebeng temen kok, Kak. Nggak papa, Rayn nganterin Kakak pulang dulu."

Kini Nadine melirik kea rah Samudra. Samudra hanya mengangkat kedua bahunya tak peduli. Sebenarnya ia tak ingin mengizinkan Rayn yang mengantar Nadine, tetapi jika Samudra menolaknya sudah pasti Nadine akan marah-marah karena Samudra menghilangkan kesempatan Nadine berduaan dengan Rayn.

"Atau Febby bareng gue aja? Kebetulan gue mau ke rumah David. Searah kan?" Rayn buru-buru menggeleng mendengar perkataan Samudra.

"Nggak usah ngerepotin, Febby ada barengannya kok." Samudra menatap Rayn dengan kedua alis terangkat. Bahkan di depan pacarnya, Rayn masih begitu memperhatikan Nadine, namun dilain sisi ia tak ingin kehilangan Febby. Laki-laki macam apa inI?

"Gue udah nyusahin lo, nggak papa lo nyusahin gue. Anggap aja tukeran pasangan sehari." Nadine melotot mendengar perkataan Samudra yang terdengar sangat menyebalkan.

"Yaudah, nggak papa, Ray, aku pulang sama Kak Samudra. Searah juga kok." Rayn akhirnya menghela napas kemudian menganggukan kepalanya.

"Lo jelasin ke nyokap gue kalau nanya kenapa kening Nadine. Lo harus ngaku kalau ini perbuatan lo," ancam Samudra dan di jawab dengan anggukan mantap.

"Hati-hati, ya, Feb," Febby mengangguk. "Nanti sore aku ke rumah kamu." Febby mengangguk lagi kemudian mengikuti langkah Samudra yang sudah jalan lebih dulu.

Kini Rayn menatap perempuan yang berjalan di sampingnya dengan senyum tipis. Jujur, ia tidak merasa menyesal sudah menyakiti Nadine seperti ini, kalau akhirnya ia bisa pulang bersama dengan Nadine. "Aku panggil kamu Nadine aja, boleh?"

"Bukannya lo lebih tua dari gue?" Nadine memincingkan matanya menatap Rayn.

"Eh?" Rayn buru-buru menoleh. Ia mengkerutkan keningnya, lebih tua, bagaimana bisa?

"Gue temenan sama instagramnya Febby, terus ada liat lo pegang kue terus angkanya delapan belas." Rayn terkekeh kemudian menggelengkan kepalanya.

"Apa muka aku setua itu?"

"Ya kali aja," jawab Nadine santai. Ia merasa canggung untuk mengobrol dengan Rayn, di mana Rayn menggunakan aku kamu dan dirinya tetap teguh dengan gue lo.

"Itu anak-anak cuma iseng aja beli lilin delapan belas, aslinya mah aku baru tujuh belasan. Sama ya sama kamu?"

Nadine mengangguk dan segera berjalan mengikuti Rayn. "Nad," Nadine berjalan lebih cepat agar berada percis di belakang Rayn. "Aku kamu aja, ya, biar enak. Aku mau temenan sama kamu,"

***

"Mampir dulu, Kak?" Febby yang baru turun dari motor Samudra segera menyodorkan helm yang tadi ia gunakan.

"Enggak, deh, aku mau ngerjain tugas. Nanti David bisa marah-marah," jawab Samudra santai. Febby akhirnya mengangguk dan segera menunggu Samudra kembali pergi.

Namun salah, Samudra diam disitu dan memandangi Febby. "Udah berapa lama sama Rayn?"

Febby terdiam, seolah berpikir kata yang tepat untuk menjelaskannya. "4 bulan," jawab Febby santai.

Samudra mengangguk-anggukan kepalanya kemudian kembali memperhatikan wajah Febby. "Masih anget, ya?" ujarnya sambil terkekeh membuat Febby salah tingkah.

"Aku tungguin hubungan kalian dingin, deh," Febby membulatkan matanya tak percaya mendengar perkataan Samudra ini. Tunggu sampai dingin, maksudnya?

"Oh iya, kemarin teman-teman SMP aku ada ngehubungin ngajak kumpul. Kamu diajak juga," katanya santai. Bohong, tidak ada tuh teman SMP yang menghubunginya.

"Oh, kapan?"

"Belum tahu sih tepatnya kapan, kamu bisanya kapan?"

"Lho, kok nanya aku. Yang ngadain siapa, yang ditanya siapa." Samudra jadi salah tingkah, tangannya bergerak menggaruk leher belakangnya.

"Minggu depan?"

"Ini nanya atau ngasih tahu?" Febby masih memincingkan matanya.

"Yaudah, minggu depan, ya, hari Sabtu." Febby akhirnya mengangguk mengiyakan.

"Sampaikan salam dulu ke mereka, insyaAllah aku ikut," jawab Febby akhirnya.

"Oh iya, By,"

"Hm?"

"Kamu tahu kenapa Rayn ngotot mau anterin Nadine pulang?" Febby tersenyum kecut mendengarnya kemudian menghela napas.

"Tau," jawabnya singkat. "Karena Rayn yang bikin Kak Nadine jadi kayak gitu," lanjutnya masih santai.

Namun, siapa yang tahu jika jantungnya bergerak dengan lebih cepat, berharap Samudra akan segera pergi dan tidak kembali membahas tentang ini yang nantinya akan menyakiti perasaannya. Febby tidak ingin Samudra memancing dirinya untuk sakit hati.

"Selain itu?"

Febby menggeleng, ia tak ingin mengatakannya. Namun Samudra tak kunjung mengatakannya, dan jika Febby juga tidak melanjutkan perkataannya, ia bisa jamin Samudra tidak akan pergi dari depan rumahnya.

"By, selain itu," tanyanya lagi.

"Karena Rayn punya perasaan sama Kak Nadine,"

****

Kemarin, komentarnya manaaa?!

Selasa, 17 Januari 2017.

SAM & NAD 1Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu