BAB 11 - Bukan Salah Kamu, Nad

1.6K 187 41
                                    

"Kamu tidak perlu menutupi kesalahan kamu. Cukup lakukan kebenaran, dan jelaskan kesalahan kamu secara perlahan."

***

Rayn benar-benar memaksa Nadine untuk membawanya menemui Samudra dan Febby. Berkali-kali Nadine berkata bahwa ia tidak tahu di mana letak pasti restoran yang dimaksud oleh Samudra tadi pagi.

Tetapi Rayn tetap memaksa Nadine untuk bertanya pada Samudra. Rayn terlihat marah, ia terlihat begitu cemburu mengetahui pacarnya pergi bersama cowok lain. Nadine kebingungan, ia benar-benar mengutuki dirinya sendiri, bagaimana bisa ia seceroboh ini?

"Nad, tolong," ujar Rayn lagi dengan tatapan memelas, membuat Nadine benar-benar merasa tidak enak pada laki-laki ini.

"Iya, dari tadi gue teleponin Samudra kok. Sabar," pinta Nadine kemudian kembali mengotak-atik ponselnya.

Rayn bangkit dari duduknya, menarik tangan Nadine untuk menaiki motornya. Tanpa arah tujuan, Rayn menjalankan motornya entah ke mana Nadine tak tahu.

"Pertigaan deket Giant, Ray." Rayn mengangguk dan segera menjalankan motornya ke tempat yang diberitahukan oleh Nadine barusan.

Nadine buru-buru mengirimi pesan kepada Samudra, memberitahu bahwa dirinya baru saja keceplosan menyebutkan keberadaan Samudra.

Samudra, sorry bgt. Gue kesel sama Rayn, jadi keceplosan blg lo jalan sama Febby.

Samudra, coba pikirin apapun yang bikin Rayn nggak bakalan marah-marah nantinya.

Dia udah keliatan cemburu bgt denger ceweknya jalan sama lu

TAU BEGO NGGAK?

LU TUH CEROBOH BGT SIH

WAA KACAU LU TAU NGGAK!

Iyaa, maaf.

Pokoknya lo pikirin dulu, ya. Setelah itu lo boleh maki-maki gue.

Pokoknya skrg selamatin dl Febby dari amukan Rayn.

Aseli, Rayn serem bgt, Dra.

Nadine merapalkan doa dalam hati, berharap siang ini jalanan akan padat. Tetapi sial, tuhan tidak mengabulkan doa orang jahat yang mengacaukan rencana saudaranya sendiri. Jalanan sangat lenggang, dan kini motor Rayn sudah memasuki pekarang rumah makan yang dimaksud Nadine.

"Kamu mau ikut atau tunggu di sini?"

Nadine diam. Dia memilih untuk meraih tangan Rayn, meremasnya kemudian menatap wajah Rayn dengan senyum tipis. "Jangan marah-marah sama Febby. Aku minta maaf. Ini bukan salah Febby, bukan juga salah Samudra."

Rayn menaikan kedua alisnya, masih dengan tatapan lembut pada Nadine, ia berujar, "Terus kamu mau bilang kalau ini salah kamu, gitu?"

Nadine tersentak sebentar kemudian buru-buru mengangguk. "Iya. Maaf." Nadine menunduk. Pikirannya berputar mencari alasan apapun yang akan membuat Rayn mempercayainya. Yang terpenting, Rayn tidak akan mengamuk pada Febby maupun Samudra, dan Nadine juga akan bebas dari ancaman Samudra.

"Kenapa salah kamu? Pelakunya itu Samudra sama Febby, aku korban, kamu siapa? Bahkan kamu yang ngasih tahu ke aku soal kelakuan Samudra dan Febby. Gimana bisa ini semua jadi salah kamu?"

Nadine masih menunduk, pikirannya masih terus dipaksa untuk berpikir secara cepat. Ia bingung, ia tidak tahu apa yang harus ia ucapkan pada Rayn. "Nad, jawab!" Nada bicara Rayn meninggi membuat Nadine lagi-lagi tersentak.

"Kalau kamu diam, aku bakal lari masuk dan nyeret Febby keluar."

Nadine kembali menarik tangan Rayn dengan cepat, "Iya-iya, ini salah aku maaf. Aku yang nyuruh Samudra jalan sama Febby,"

Rayn terdiam sebentar. Mengangkat dagu Nadine, mencari kebohongan di dalam matanya yang kini mulai berair. "Aku yang suruh Samudra pergi sama Febby, biar aku bisa pergi sama kamu."

Bohong.

Nadine berbohong.

"Maaf-maaf. Maafin aku Ray, maaf." Nadine tak berhenti mengucapkan kata maaf sambil tangannya terus menggenggam tangan Rayn.

Dalam hati kecil Rayn, ia terenyuk mendengar perkataan Nadine. Ini sungguh perempuan yang ia taksir kah?

"Nad, udah cukup." Rayn mengusap kepala Nadine.

"Aku yang harusnya minta maaf," ujar Rayn membuat Nadine menggelengkan kepalanya. Ya, memang harusnya Rayn yang meminta maaf.

Rayn harus meminta maaf karena membuat Nadine seperti orang jahat dalam hubungan ini. Membuat Nadine berada di posisi perempuan yang nantinya bisa terkena fitnah sebagai perusak hubungan orang.

"Kita masuk,"

Nadine menggeleng kuat, "mau ngapain? Jangan marah-marah," Nadine memohon padanya. "Aku udah jelasin kan," lanjutnya.

"Aku Cuma mau bawa Febby pulang. Aku butuh ngobrol sama pacar aku."

Jedar. Jantung Nadine bak dipecahkan mendengar perkataan Rayn. Pacar aku. Pacar aku. Lalu Nadine siapa?

Loh, memang Febby pacarnya Rayn. Kamu mah Cuma orang lewat doang yang coba gangguin pacar orang.

"Oh yaudah, ngobrol aja sama pacar kamu,"

Nadine melepaskan tangan Samudra kemudian berdiri di samping motor Rayn, membiarkan laki-laki itu pergi meninggalkannya. Tetapi tidak, Rayn tetap berdiri di hadapan Nadine, sambil menatap dalam matanya.

"Kamu nggak ikut masuk?"

Nadine melengos, "Buat apa? Ngeliat kamu ngobrol sama pacar kamu?"

Bodoh.

Kenapa harus Nadine mengatakan kalimat itu. Siapapun yang dengar juga akan berpikir bahwa Nadine adalah selingkuhan Rayn.

"Nggak, maksud aku, ya ngapain aku masuk. Aku pulang aja."

Rayn terdiam. "Nad, kita masuk sama-sama. Buktiin kalau perkataan aku benar, bahwa aku nggak akan marah-marah sama Febby."

Nadine akhirnya mengangguk kemudian berjalan mengikuti Rayn masuk ke dalam restoran.

"Tahan aku, kalau aku meledak,"

***

OH MY GOD!! Sam and Nad got 5k readers. Nggak nyangka sumpah. Cerita ini ngasal abis barengan sama Three Words-nya David. Nggak nyangka bakalan serame ini.

Bagi kesan pesannya dong. Buat

SAM

NAD

RAYN

sama FEBBY

Aku mohon bangeeet ini maah, biar ada semangatnya dikit buat lanjutin. Maaf kemarin aku gantung gitu aja ehehehe Next, insyaallah lebih rajin dan bakalan di tambah sama The Day After We Broke Up, dalam beberapa hari ke depan. Selamat berkenalan dengan Davin, Angga, dan Kanya. Semoga jatuh cintaaa :))

Rabu, 13 Juni 2017

SAM & NAD 1Where stories live. Discover now