BAB 16 - Bukan Sibling Goals

1.6K 168 24
                                    

Seperginya motor Rayn, Nadine buru-buru masuk ke dalam rumahnya. Tak lagi peduli pada motor Rayn yang tiba-tiba kini berhenti dua rumah dari rumah Nadine.

Rayn mematikan mesin motornya, meraih ponselnya di dalam kantung jaketnya dan menyalakannya. Senyumnya perlahan terbentuk saat menatap battery bar disudut kanan ponselnya. 70%.

"Sam," panggilnya saat panggilan yang baru ia sambung langsung terangkat.

"Nadine nggak ada. Ponselnya mati. Nggak bisa dihubungin, dia di mana?" Sungguh. Nada bicara Samudra benar-benar terdengar panik. Dalam hati Rayn, ia begitu merasa bersalah karena berhasil mengerjai Samudra.

Senyumnya terukir kemudian tawanya mengembang tanpa suara. "Nadine di depan sekolah. Tadi. Nggak tahu sekarang," katanya pelan.

"Lo bilang dia di gramedia?"

"Tadi gue salah denger, Sam, kok lo marah-marah sih," ketus Rayn secepatnya. Rayn terdiam. Salah dengar apanya, jelas-jelas dia memang berniat mengerjai Samudra.

"Kenapa lo nggak kasih tahu gue?"

"Ya Tuhan, yang saudaranya elo atau gue sih? Lo usaha aja sana. Gue mau balik," ujar Rayn dan segera mematikan panggilannya dan memasukan ponselnya lagi ke dalam jaket.

Tak peduli Samudra di sana yang secepat kilat memaikai jaketnya, dan turun menuju parkiran motor. Ya, Samudra menggeledah gramedia.

***

Nadine duduk di ruang tamu sambil menyaksikan televisinya. Ponselnya ia colok pada casannya, dibiarkannya mati sejak tadi. Bahkan Nadine melupakan Samudra yang entah sekarang ada di mana.

Nadine menepuk keningnya. Bukannya mengabari Samudra, dia malah asik nonton televisi. Keterlaluan.

Nadine buru-buru bangkit dari duduknya, membuat kakinya tersandung karpet dan hampir terjatuh, jika saja sepasang tangan tidak menangkapnya.

"Lo pulang sama siapa?"

Samudra. Masih dengan suara dinginnya, ia menyapa Nadine. Nadine segera menegakan tubuhnya, menatap wajah Samudra yang tak bisa berbohong. Meskipun suaranya mendingin, Nadine bisa melihat bahwa Samudra begitu mengkhawatirkannya.

"Gue nunggu lo di depan sekolah, lo nggak dateng-dateng," lirihnya hati-hati. Ia tak ingin bertengkar lagi dengan Samudra. Masalah sebelum ini saja seharusnya sudah ia selesaikan, janganlah menambah masalah lagi.

"Lo pulang sama siapa?"

"Ponsel gue mati, gue nggak bisa ngabarin lo. Maaf. Barusan gue colok, dan gue baru mau ngabarin lo. Tapi lo keburu pulang." Masih dengan suara lirihnya, Nadine berujar.

"Gue tanya, lo pulang sama siapa?" Nada bicara Samudra kini meninggi membuat Mama di dapur berteriak.

"Sam, kenapa?"

Samudra buru-buru menghela napas. "Nggak papa, Ma."

Setelah menjawab, Samudra kembali menatap Nadine yang kini sudah menatapnya. "Rayn," lirihnya pelan.

Samudra menggeram. "Brengsek!" desisnya tak sabaran.

Tangannya bergerak mengacak rambutnya. Sungguh, ia gemas sekali dengan Rayn, ingin menguyel-uyel muka laki-laki itu agar tidak lagi sok kegantengan. Bagaimana bisa anak kecil itu membohonginya.

"Gue bener-bener perlu ngejelasin ini sama lo, Nad. Mau di rumah atau kita keluar?"

Nadine terdiam, terlihat menimbang permintaan Samudra. Kemudian Nadine mengangguk, "Gue ganti baju dulu."

Samudra pun ikut masuk lebih dulu ke kamarnya untuk mengganti seragam sekolahnya. Kemudian keduanya pamit meninggalkan rumah dengan alasan keperluan tugas.

Tak butuh waktu lama, kini keduanya sudah duduk di kafe kecil depan komplek rumahnya. Keduanya hanya ditemani dengan secangkir kopi untuk Samudra, dan semangkuk es krim untuk Nadine.

Keduanya masih sibuk pada apa yang mereka beli. Sampai Samudra akhirnya berdeham, memberi sinyal bahwa pembicaraan akan segera dimulai.

"Lo sayang sama Rayn?" tanyanya tanpa hati-hati. Samudra tak sedang ingin menjaga perasaan Nadine. Samudra ingin menunjukan siapa Rayn, dan memberikan fakta bahwa Nadine tak pantas menyukai anak kecil itu.

"Kenapa?"

Samudra berdecak, "jawabannya Cuma iya dan enggak."

"Awalnya enggak, gue Cuma main-main. Tetapi karena, ya, dapat lampu hijau dari Rayn, gue jadi sayang beneran sama dia."

Nadine memainkan pipinya yang mulai membesar sambil memperhatikan Samudra yang kebingungan. "Meskipun lo tau Rayn udah punya pacar?"

Nadine tertawa kecil, "Dra, lo sering denger pernyataan 'selama janur kuning belum melengkung' kan? Gue nggak peduli, toh Rayn seolah nggak keberatan kok."

Samudra bengong mendengar perkataan Nadine. Apa yang sudah Rayn tuangkan ke otak saudaranya ini. Kenapa Nadine terdengar jahat di telinganya. Perkataan Nadine terdengar tak jauh beda dengan apa yang ia dengar dari Rayn.

"Lo berubah, Nad," ujar Samudra sambil menggelengkan kepalanya tak sabaran. Ia benar-benar tak mengerti dengan jalan pikiran Nadine.

"Kenapa sih? Sekarang gue tanya, lo sayang sama Febby?"

Samudra berdecak kesal. Sungguh kesal. "Gue sayang sama Febby, tapi gue nggak niat jahat dengan berusaha ngerebut Febby dari Rayn." Nada bicara Samudra benar-benar meninggi.

Nadine tersenyum miring, "Memangnya gue ada ngomong mau ngerebut Rayn dari Febby?" Nadine tertawa pelan. "Kurang-kurangin tuh pikiran negative," katanya pelan.

"Nad, gue nggak lagi bercanda. Rayn bukan laki-laki yang baik."

"Lo kenal Rayn berapa lama sih? Jangan asal judge gitu kali, mas." Nadine benar-benar berada di pihak Rayn.

Samdura pasrah, "Yaudahlah, susah kalau begini mah."

Nadine ikut terdiam. Bagaimana bisa ia benar-benar seperti orang jahat. Bagaimana bisa ia berubah menjadi Nadine yang tak lagi peduli pada perasaan orang lain?

Jujur. Sungguh. Kalimat-kalimat sebelumnya hanya keluar dilingkupi amarah. Hanya dilingkupi kekesalan kepada Samudra yang terus berusaha menjelek-jelekan Rayn.

Dengar. Nadine tak sejahat itu untuk menyakiti hati Febby. Tetapi sekali lagi, jika Rayn benar-benar memberikannya lampu hijau, Nadine tak akan membuang kesempatan itu.

***

Jadi gini... HAHAHAHA

Aku pengin rutin post sehari sekali, bisa nggak ya? Enakan sehari sekali atau seminggu tiga kali gitu sih? 

OH IYA, TAU NGGAK? SAM AND NAD ADA DI RANK 749 LHO. Eh, berapa gitu lupa lah, 700an pokoknya. Part kmrn post, masuk 803, skrg naik jd 700an. Serius deh, aku seneng meski baru 1000 besar gini hehehe

Yuk, yuk, komen lagi yang banyak, biar aku semangat lanjutin. Serius deh, membatu banget komen-komen kamu.

Minggu, 2 Juli 2017.

SAM & NAD 1Where stories live. Discover now