SRBA-1

27.7K 1.4K 69
                                    

"Melepaskan sesuatu yang di cintai karena Allah, lebih baik daripada mempertahankan cinta yang dibenci oleh Allah."

-SRBA-

"Dek, Abang rasa hubungan ini terlalu berlebihan." Ucapan dari Fathan mengagetkan Naura. Bagaimana tidak? Mereka sedang mengerjakan tugas di perpustakaan, yang pastinya tugas yang mereka kerjakan berbeda satu sama lain. Dalam keadaan hening itu tiba-tiba Fathan berkata demikian.

"Maksud Abang gimana?" tanya Naura sambil menjatuhkan pulpennya begitu saja.

Untuk saat ini, otaknya sangat lambat mengartikan maksud dari orang didepannya.

"Abang mulai tidak nyaman," lanjut Fathan.

Otak Naura masih berusaha untuk mengerti ucapan dari Fathan.

"Apa keberadaan Naura menganggu Abang?" tanya Naura pelan, sungguh dia masih belum mengerti dengan maksud Fathan.

Fathan menggeleng, "Abang rasa mulai besok kita gak usah ngerjain tugas bersama lagi ya? Kamu bisa mengajak teman-teman kamu untuk belajar bersama," kata Fathan lagi, dia berusaha merangkai kata-kata agar tidak menyakiti gadis itu.

"Tapi Naura gak punya teman, Bang!" ungkap Naura.

Fathan tau, Naura dikucilkan teman-temannya karena pakaian yang dikenakan Naura berbeda dengan pakaian yang dikenakan teman-temannya yang berkuliah disini, banyak gosipan-gosipan yang membuat Naura menjauhkan diri dari teman sekelasnya.

"Coba kamu ajak mereka bicara, mungkin mereka salah paham dengan kamu," kata Fathan lagi.

Naura menggeleng, dia tidak mengerti dengan Fathan, lelaki didepannya ini. Dia tidak mengerti dengan sikap Fathan yang aneh.

"Abang kenapa?" tanya Naura lagi, lelaki didepannya bukanlah seperti Fathan biasanya.

Fathan menghela nafas, otaknya sibuk mencari kata-kata yang pas untuk di ungkapkan pada gadis didepannya.

"Naura, kamu tau kan kalau kita berdua itu bukan mahram?" satu kalimat yang membuat Naura mulai mengerti maksud dari Fathan.

"Abang pengen Naura pergi?" tanya Naura pelan.

Lagi-lagi Fathan menghela nafas. Bukan begitu maksudnya.

"Naura, bukannya Abang menyuruh kamu pergi, tapi sudah banyak orang-orang yang menyalah artikan kedekatan kita, Abang tidak mau jika kedekatan ini akan menjerumus ke arah fitnah," ucap Fathan akhirnya.

Naura terdiam.

"Abang juga benci sama Naura?" tanya Naura pelan namun Fathan tau kalau dirinya telah menyakiti gadis didepannya.

"Enggak, Abang nggak benci sama Naura," kata Fathan berusaha untuk meyakinkan gadis itu.

"Apa Naura aneh dengan pakaian seperti ini? Apa Naura harus berpakaian seperti mereka agar Naura punya teman? Karena selama Naura memakai pakaian ini hanya Abanglah yang menjadi teman Naura, dan sekarang _" Naura menghentikan ucapannya.

"Dan sekarang Abang juga bakal pergi dari Naura?" tanya Naura, matanya sudah mulai berkaca-kaca.

Fathan tidak tahan menatap gadis didepannya, sesekali gadis itu mengusap air mata yang jatuh di pipinya.

"Naura, dengarin Abang! Kamu gak perlu seperti mereka untuk mendapatkan teman, jadi dirimu sendiri. Abang pergi dari kamu bukan karena Abang benci pada kamu, tapi Abang ingin menjaga kamu dari fitnahan" kata Fathan, berusaha membuat gadis didepannya mengerti.

"Perjuangkan hijrah kamu, Abang yakin kamu bakal bisa menjadi bidadari surga yang kamu harapkan, besok Abang akan meminjamkan buku-buku agama untuk kamu baca dari perpustakaan kota, kamu juga bisa mendapatkan ilmu agama dari membaca buku itu, karena Abang rasa, Abang hanya bisa bersama kamu sebatas ini dalam berbagi ilmu agama," jelas Fathan, Naura terdiam.

Sebuah Rasa Berujung Asa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang