Submission

83.2K 6.3K 282
                                    

Seisi mobil jadi muram. Tundra berkali-kali melihat spion, mengawasi Drey yang berusaha mencari perhatianku. Perhatian? Satu-satunya yang pengin kulakukan sekarang adalah jauh-jauh dari dia.

Yang kupikirkan adalah keluar dari mobil ini, membuang semua yang mengingatkanku dengannya dan mulai lagi dari awal sebagai Ana yang baru. Memang seharusnya ini kan yang kulakukan dari dulu? Drey bakal bertunangan dengan Sienna. Mereka pas satu sama lain. Seharusnya memang aku tahu diri, sih.

Karin bergerak-gerak gelisah. Dia sibuk mencari siaran di radio, lalu memutuskan mendengar penyiar yang bermonolog tentang kebersihan lingkungan. Nggak lama, penyiar itu menayangkan lagu untuk hiburan di sela monolognya.

Karin mendengus kesal saat mendengar bait pertama Lorde berjudul "Royal". Biasanya sih dia suka lagu ini. Mungkin kali ini isinya terasa nyinyirin Drey kali ya?

Menyerah dengan semua usahanya, Karin mematikan radio. Mobil jadi sepi lagi. Bahkan suara napas juga nggak terdengar. Masa bodoh! Aku masih menghadap ke luar jendela. Dari bayangan di jendela, aku lihat Drey menatapku. Dia terus melihat ke arahku.

"Ndra, di depan sana ada tempat nongkrongan kayaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ndra, di depan sana ada tempat nongkrongan kayaknya. Kita berhenti di situ dulu sebentar." Karin menunjuk ke bagian depan mobil.

Tundra mengeluh keras. "Buat apa, sih?"

"Ndra, please," katanya pelan. 

Tundra yang sudah seperti kerbau dicucuk hidung jelas nggak mungkin menolak Karin, kan? Dia meminggirkan mobil yang seharusnya membawa kami kembali ke Jakarta.

Mobil berhenti. Tundra terlihat lebih emosi dari sebelumnya. Dari belakang sini saja aku bisa melihat pembuluh darah di pelipisnya berkedut-kedut. Sebelum Tundra ngomong, Karin duluan memegang tangannya. "Temani gue bentar, ya? Gue ada perlu sebentar ke sana," ucap Karin sambil sibuk sama tasnya sendiri.

Padahal, sampai menunduk-nunduk lihat ke luar juga aku nggak tahu yang dimaksud Karin dengan "di sana" itu di mana. Di luar sana cuma ada beberapa pedagang kaki lima dan warung biasa.

"Ngapain?" geram Tundra lagi.

"Nanti juga lo tahu," kata Karin lagi sambil membuka pintu mobil.

Tundra berbalik kepadaku, "Ana kalau ..."

"Ndra!" bentak Karin dari luar mobil. "Buruan kali!"

Sekesal apapun, tundra tetap keluar dari mobil juga. Dia membanting pintu mobil sampai kupingku berdengung. Kalau mobil biasa mungkin kacanya sudah pecah.

Aku tahu Karin sengaja. Aku tahu sebenarnya dia cuma mau kasih aku dan Drey kesempatan untuk menyelesaikan urusan kami. Mungkin dia nggak mau lihat Drey malu kalau kami ternyata harus putusan di sini. Cowok kayak dia mungkin bakalan ngerasa seperti ngunyal sandal daripada diputusin cewek seperti aku. Oke, terserah siapa yang putusin siapa. Aku nggak terlalu peduli sekarang.

Filthy Shade Of Drey (Terbit; Heksamedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang