Yong menggelengkan kepalanya. Pasti hanya perasaannya saja, pikirnya. "Ah, aku lupa. Ini Kakak Niu. Dia calon kakak ipar kita," terangnya pada Renshu. Yong tersenyum penuh arti pada Qiang yang berhasil memasang ekspresi datar andalannya.

Niu hanya tersenyum. Begitu tipis hingga Yong kembali bertanya. Apa Niu dan Qiang bertengkar? Batinnya. Dengan gerakan anggun Niu memberi salam pada Renshu yang membalas salamnya dengan hormat. "Aku akan membantu Xia xia menyiapkan makan malam," terangnya sebelum berlalu, berjalan ke dalam rumah.

"Apa yang terjadi?" tanya Yong setelah Niu menghilang masuk ke dalam rumah. "Apa kalian bertengkar?" selidiknya, penuh penekanan. Yong mengangkat kedua tangannya ke udara. Dia terlihat kesal saat Qiang tidak menjawab pertanyaannya. "Apa kakak tahu begitu sulit untukku dan Xia xia mencari waktu agar kalian bisa bersama, tapi kau mengacaukannya dengan bertengkar?"

Yong menghela napas keras. "Yang benar saja," keluhnya. Ia mengaduh saat Qiang menampar pelan kepalanya. "Kenapa Kakak memukulku?" keluhnya.

"Siapa yang bertengkar?" ujar Qiang, datar. "Aku dan Niu baik-baik saja?" sambungnya, masih dengan nada bicara dan ekspresi datar yang sama.

Yong melipat kedua tangannya di depan dada. Kedua matanya disipitkan. Ia tentu tidak langsung percaya. Sikap Niu sama anehnya dengan Mei Xia. Pasti ada yang tidak beres, batinnya. "Aku akan mencari tahu sendiri," ujarnya, ketus.

"Ada apa?" tanya Renshu saat Yong berbalik pergi. Ia berjalan berdampingan bersama Qiang masuk ke dalam rumah. "Apa hubunganmu dengan Nona Niu sudah sejauh itu?" tanyanya. Renshu menoleh ke segala penjuru, memastikan tidak ada yang menguping pembicaraaan mereka saat ini. "Bukankah dia hanya tunangan pura-puramu?"

Qiang tidak menjawab. Ekspresi datarnya membuat Renshu kesulitan membaca apa yang ada dalam pikiran kakak ketiganya itu. "Kita akan membahas ini nanti," ujar Qiang. "Bukankah kau datang untuk membahas sesuatu denganku dan Yong?"

Renshu mengangguk.

"Kalau begitu kita bicara di ruang kerjaku," sambung Qiang. Ia memanggil seorang pelayan wanita, memerintahkan pada wanita muda itu untuk membawa teh panas dan memintanya untuk memanggil Yong ke ruang kerja Qiang.

.

.

.

Sebuah ketukan pada pintu ruang kerja Qiang menghentikan pembicaraan ketiganya. Yong bergegas, berjalan untuk membuka pintu. "Ada apa?" tanyanya. Ekspresinya terlihat galak hingga pelayan wanita itu menundukkan kepala dalam, terlihat ketakutan.

"Nona Bai memangil ketiga tuan muda untuk makan malam," terangnya. Suaranya bergetar karena takut. Ekspresi Yong memang sering membuat orang-orang yang baru mengenalnya salah paham. Mereka mengira tuan muda mereka tidak ramah karena memiliki tatapan mata tajam dan ekspresi tidak bersahabat.

Tepukan di bahu Yong membuat pria itu menoleh. "Kau membuatnya takut," ujar Renshu. Ia tersenyum tipis pada Yong yang berdecak. "Semua pelayan bisa melarikan diri jika kau terus memasang ekspresi dan nada bicara seperti itu."

Yong kembali berdecak. "Apa peduliku?" balasnya. Ia menatap pelayan wanita yang masih berdiri dengan kepala menunduk dalam. Yong melipat kedua tangannya di depan dada, mencondongkan tubuh dan menyempitkan mata, "Apa kau takut padaku?"

Seketika pelayan wanita itu berlutut. "Jangan menghukum hamba, Tuan Muda. Hamba bersalah," ujarnya ketakutan hingga Yong bingung dibuatnya. "Hamba tidak akan melakukan kesalahan yang sama," sambung pelayan wanita itu.

Renshu dan Qiang mendesah keras. Mereka menggelengkan kepala pelan saat Yong menatap keduanya bergantian.

"Apa yang kaulakukan kali ini?" tanya Niu membuat Yong membeku. Dengan gerakan kaku pria itu menoleh, melihat ke sumber suara berasal. "Berdiri!" perintah Niu pada pelayan wanita itu. "Kembali ke dapur, sudah waktunya makan malam," ujarnya. Tatapannya tidak lepas dari Yong yang kini menarik-narik lengan baju kakak ketiganya.

TAMAT - Magnolia SecretsWhere stories live. Discover now