Chapter 23 - Attack

Start from the beginning
                                    

PLAK!!!

Pedih. Pusing. Sakit. Tiga hal pertama yang Margo rasakan ketika tangan itu mendarat ke pipinya dengan mulus, menimbulkan bercak merah yang bahkan lebih parah daripada blush on yang Margo pakai.

Sakit ....

"K-kenapa kau menampar--"

PLAK!!!

Sekali lagi, tangan itu menyambut pipinya. Namun beda sisi. Yang tadi kanan, dan yang sekarang kiri.

Margo shock. Dia bahkan tidak sempat menyelesaikan perkataannya. Wanita berambut blonde itu menggepalkan tangannya marah. Tiba-tiba emosinya naik ke ubun-ubun. Dan Margo tahu, dia akan meledak sebentar lagi.

"Apa-apaan?!" Margo menatap wanita itu marah. Dia menaikan nadanya satu oktaf, tanda bahwa wanita itu sudah kesal dan tidak memedulikan apa-apa lagi.

Sisi tomboi Margo yang sempat hilang, kini telah kembali karena dipancing. Dia tidak pernah lagi menjadi wanita kasar semenjak hamil. Namun, cabe-cabean di depannya ini berhasil menarik kembali bagian gelap wanita itu.

"KAU JALANG YANG TAK TAHU DIRI, HARUS DIBERI PELAJARAN!" Rose tiba-tiba saja menarik rambut Margo ke bawah, hingga wanita itu merintih kesakitan. Sedangkan kedua temannya masuk ke dalam kamar mandi, entah mereka sedang apa Margo tak tahu. Dia tidak bisa berpikir karena kepalanya terlalu sakit.

"Seharusnya kau tahu tempatmu! Wanita sepertimu tak pantas mendapatkan Daniel, kau tahu? Kau hanya satu dari sekian jalang beruntungnya yang berhasil membentuk bayi. KAU DENGAR ITU? KAU HANYA SALAH SATU! JANGAN PERNAH MENGANGGAP DIRIMU ITU SPESIAL!" Rose membentak Margo lagi. Wajahnya seperti orang gila. Sungguh wanita ini seram, seperti kehilangan akal sehat.

Margo merintih, bahkan nyaris menangis karena rambutnya terasa sakit sekali. Rasanya ia hampir botak. Dia tahu dia tidak bisa diam saja, kedua tangannya memang bebas. Tapi sedaritadi dia tidak bisa menyerang Rose. Wanita itu menarik rambutnya dari jarak yang lumayan jauh.

"Lepaskan aku, ahhh!" rintih Margo kesakitan. Dia ingin melepaskan diri, tapi tidak bisa. Semakin dia bergerak, semakin pula rasa sakit itu terasa.

"Lepas katamu? Hah! Biarkan aku memberi pelajaran pada wanita tak tahu diri sepertimu!" Rose tertawa terbahak-bahak, membuat Margo semakin meringis. "Joanita, segera ikat tangannya! Dan Valeri, bantu aku menyeretnya!"

Margo memberontak ketika kedua wanita itu menariknya. Dia tidak tahu ke mana karena sekarang rambutnya telah menjuntai bebas. Posisi kepalanya menunduk ke bawah berkat ulah Rose. Bahkan, sekarang Margo merasa pusing. Dia mulai berkunang-kunang.

Kedua tangannya mau diikat oleh wanita yang bernama Valeri tadi. Tapi Margo tidak bodoh, dia tidak akan membiarkan hal tersebut terjadi. Dia mengibas-ngibaskan tangannya sehingga wanita itu kesusahan.

"Sialan!" Wanita itu mengumpat karena Margo menyulitkan pekerjaannya. Hingga pada akhirnya, dia melayangkan kakinya yang masih terpasang heels ke tulang kering kaki Margo.

"AHHHH!!" Margo nyaris menangis ketika kakinya dihantm dengan begitu keras, hingga ia nyaris tak bisa berdiri. Sakit. Bahkan jauh lebih sakit daripada jambakan Rose. Dia merintih, tidak bisa bergerak lagi. Seketika badannya lemas. Ia hanya bisa berharap kalau ada orang yang masuk ke dalam toilet dan menolongnya.

"Sakit? Siapa suruh banyak tingkah, b*tch!" umpat wanita itu kesal pada Margo. Dia mengikat tangan Margo keras ketika ia tak lagi memberikan perlawanan.

Ya Tuhan, kenapa dia bisa bernasib sial seperti ini?

Ke mana semua orang?

Dari banyak manusia yang ada di pesta, bagaimana bisa tak satu orang pun yang masuk ke dalam kamar mandi ini?

Bagaimana bisa, dirinya malah terjebak dan disiksa di gedung besar seperti ini?

Dan bagaimana bisa ... mereka tega melukai Margo yang sedang hamil?

"Lepaskan aku ...." Margo memohon dengan sisa tenaganya. Dia lelah memberontak. Tenaganya perlahan-lahan habis, tapi dia enggan menyerah. "Aku mohon ... aku bahkan tak tahu apa kesalahanku."

"Salahmu? Banyak!" Rose menyahut lagi. Dia menarik kepala Margo kasar dan menyeretnya ke salah satu bilik kamar mandi. "Kau mengandung anak Daniel. Itu kesalahan besar. Karena wanita sepertimu ... lebih cocok dengan kloset ini, kau tahu?"

Ketiga wanita itu terbahak keras. Sedangkan Margo tak lagi bisa berpikir. Dia pusing.

"Jangan sakiti bayiku ... aku mohon, jangan ...." Margo merintih, memohon agar bayinya tidak dipukul, atau disiksa. "Kalian boleh sakiti aku ... tapi jangan sentuh bayiku ...."

Lagi, ketiga wanita iblis itu tertawa seolah Margo baru saja melemparkan guyonan.

"Kau pikir kami bodoh? Melukai anakmu sama saja mencari mati! Dia keturunan Wallance. Meski aku sangat ingin membunuhnya, tapi aku tak bisa."

Margo menghela napas. Agak lega mendengar penuturan tersebut. Setidaknya, anaknya baik-baik saja.

Ya, asalkan bayinya aman, Margo tak masalah.

Walaupun dia harus disiksa ... tak apa, asal anaknya aman.

"Bisakah kita selesaikan ini, Rose? Aku muak melihat dirinya yang sok menjadi Ibu. Ew!" Salah satu teman Rose berkomentar, membuat Margo refleks membeliakkan mata.

Tunggu, apa lagi yang mau mereka lakukan? Kenapa ... saat ini Margo berdiri di depan kloset?

"K-kalian mau apa? K-kenapa aku berdiri di sini?" Margo terkejut. Sungguh, dia tidak bisa melihat dengan jelas sedaritadi. Dan sekarang dia terkejut ketika melihat kloset itu tepat di depan matanya. Terbuka ... seolah menunggu Margo.

"Menyelupkan kepalamu ke dalam sana sayang. Apa kau baru sadar?" Rose menarik kepala Margo naik, membiarkan kedua mata mereka berpandangan. "Kami bertiga adalah mantan partner tidur Daniel. Laki-laki bajingan itu membuang kami seperti sampah setelah kami memberikan segalanya. Dia kejam, karena itu kau harus membalas dosanya."

Rose menyeringai, tampak sangat mengerikan. Margo menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia bahkan tak pernah membayangkan kepalanya masuk ke dalam kloset sebelumnya. Satu kali pun tidak!

"Ah, kau harus ingat. Kami hanya sebagian kecil dari wanita yang pernah Daniel sakiti. Jadi, jika kau masih bertahan dengannya, kuharap kau kuat menghadapi wanita semacam kami. Karena kau tahu ... musuh itu tepat di depan matamu, dan kau bahkan tak tahu. Sungguh menyedihkan."

Margo tak mengerti. Ya, dia tak paham maksud ucapan Rose. Tapi, sebelum dia sempat mencerna, wanita itu kembali menarik rambutnya ke atas.

"Sekarang, kami ucapkan selamat datang pada kloset, b*tch!"

****

a/n :

mereka tega :(
tiga lawan satu masa :(

[#W2] The Bastard That I Love (COMPLETED)Where stories live. Discover now