Chapter 9 - That call ... from Amy

22.3K 1.6K 97
                                    

Margo memasukan sup yang telah ia buat ke dalam mangkung bening, lalu tersenyum lembut. Kemampuan memasaknya mulai meningkat, semenjak pelayan-pelayan di sini dengan sabar mau membantunya.

Asap sup itu menggepul, tanda bahwa ia masih sangat panas. Sedangkan Margo tak bisa menahan rasa bahagianya, karena berhasil membuatkan Daniel makanan pertama yang lelaki itu minta sendiri. Ya, baru kali ini Daniel meminta untuk dimasakan sesuatu oleh Margo, meski Margo sendiri yang memancing lelaki itu tadi.

Semuanya telah selesai. Margo menyelesaikan pekerjaannya ketika jam nyaris menunjuk pukul 12, dan ya dia tepat waktu. Wanita berambut blonde itu berusaha keras untuk tidak teringat pada kejadian di mana Kenndrick datang dan menemuinya tadi. Margo berusaha untuk tidak terlalu ambil pusing, karena dia tahu saat ini dia punya Daniel di sisinya.

Meski tak ada kejelasan di antara hubungan mereka, tapi Margo tetap saja tak bisa melepaskan Daniel begitu saja dan berpaling kembali pada Kenndrick. Cinta tak semudah itu. Dia sudah terlanjur memberikan seluruh kepingan hatinya yang sempat hancur pada Daniel, tapi ... lelaki penghancur itu malah kembali datang, dan meminta Margo untuk kembali padanya.

Bisa bayangkan bagaimana posisi Margo sekarang? Dia serba salah.

"Kau ... hanya mencintai Daniel. Kau mencintai lelaki itu, dan suatu hari nanti dia akan datang padamu." Margo bergumam singkat, membiarkan dirinya memberikan semangat untuk perasaan yang terombang-ambing di antara dua hati ini. Sulit, karena sejujurnya baik Kenndrick dan Daniel punya tempat masing-masing di hati Margo.

Dan permasalahannya adalah, sebenarnya siapa yang Margo prioritaskan.

Daniel? Atau ... Kenndrick?

Margo menghela napas berat, merasa pusing dengan jalan pikirannya sendiri. Dia duduk di meja makan yang sudah tertata rapi berkat bantuan pelayan, seraya melirik jam dinding gusar.

Di mana Daniel? Kenapa belum datang juga?

Margo mengambil ponselnya yang terletak di kantong sedaritadi, memeriksa jikalau ada pesan dari Daniel yang mungkin memberikannya kabar. Meskipun sebenarnya, Daniel sama sekali tak pernah menelepon Margo.

Ya ... Margo tidak tahu alasannya, tapi Daniel sepertinya tak menyimpan nomor Margo sehingga lelaki itu tak pernah memberi kabar, ataupun mengirimi Margo pesan.

Sedangkan Margo? Dia sudah beberapa kali mengirimi Daniel pesan, namun tak ada balasan. Mengingat hal itu, Margo hanya bisa tersenyum getir. Mungkin, SMS yang ia kirim tenggelam, mengingat banyak sekali wanita yang menghubungi Daniel.

Sudah rahasia umum kalau lelaki yang tinggal seatap dengannya itu adalah playboy. Bagi Margo sendiri, Daniel mau tinggal dengannya bahkan di saat mereka tidak memiliki hubungan apa-apa adalah keajaiban. Dia tak pernah menyangka, bahwa Daniel mau menjaganya demi anak mereka.

Padahal lelaki itu bisa saja lepas tanggung jawab dan meninggalkan Margo dengan segepok uang. Tapi, dia tidak melakukannya.

Dia lelaki sejati yang berani bertanggung jawab setelah berbuat. Hal itu menambah sisi positif Daniel di mata Margo, yang entah bagaimana membuat Margo mulai melupakan semua kekurangan Daniel, dan hanya memandang kelebihannya saja.

Margo meletakkan ponselnya di meja dan menarik napas, lagi. Entah untuk keberapa kalinya. Dirinya gusar, karena perasaan yang terombang-ambing antara Daniel dan Kenndrick.

Karena itu, Margo harus sesegera mungkin melihat wajah Daniel. Karena hanya dengan menatap manik biru itu, Margo merasa bisa melupakan semuanya. Melupakan semua kegundahan serta kegalauan yang terus menyerangnya sedaritadi.

Semoga ... semoga saja, Daniel bisa mendengar suara hati Margo, dan segera kembali ke rumah.

Ya, semoga saja.

[#W2] The Bastard That I Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang