Chapter 2 - Our beginning

36.2K 1.9K 81
                                    

12.00 AM

Update tengah malam untuk pertama kalinya.

Happy reading, dan jangan lupa tinggalkan jejak.

***

"Nyonya kenapa tidur di sofa?"

Suara itu sayup-sayup memasuki pendengaran Margo, membuatnya mau tak mau harus membuka mata. Perlahan-lahan, kesadarannya mulai kembali, meski pandangan matanya masih kabur.

Butuh beberapa waktu untuk Margo menyesuaikan diri dengan keadaan. Ia berusah mengingat kembali apa yang terjadi pada dirinya, hingga bisa berakhir dengan tertidur di sofa seperti ini.

Ah, semalam Margo menunggui Daniel pulang dari club bersama teman-temannya. Lelaki itu sudah berjanji kalau dia tidak akan pulang kemalaman, karena itu Margo menungguinya. Iya, Margo terus menunggu bahkan ketika jam sudah menunjukan pukul 3 subuh. Ia takut Daniel pulang dengan perut yang kelaparan, atau dia takut sesuatu yang buruk terjadi pada Daniel.

Hal itu jelas tidak akan terjadi, tapi Margo masih keukeuh untuk menunggu. Yakin kalau Daniel akan pulang meskipun terlambat. Namun, realita memang tak pernah seindah ekspetasi karena Daniel sama sekali tidak kembali.

Margo sudah berusaha menghubungi lelaki itu, tapi teleponnya tidak diangkat. Hingga pada akhirnya, Margo tertidur di sofa saat matahari sudah hampir terbit. Ia tak tahan lagi melawan kantuk yang terus menyerang, dan begitu lah cerita kenapa ia bisa tertidur di sini.

"Mau teh hijau, Nyonya?" Pelayan itu bertanya lagi. Iya, Margo biasanya sering meminum teh hijau dan memakan biskuit asin untuk meredakan morning sickness-nya. Ah, jangan tanyakan kenapa ada pelayan di sini, karena itu kerjaan Daniel.

Dia menyewa banyak sekali maids di saat apartment mereka hanya ditinggali oleh dua orang. Sebenarnya tidak hanya pelayan, karena Daniel juga meninggalkan bodyguard untuk berjaga-jaga, jika terjadi sesuatu pada Margo.

Berlebihan? Iya. Tapi perhatian Daniel yang seperti ini lah yang membuat Margo perlahan-lahan jatuh cinta. Meski lelaki itu tidak bisa dikatakan sebagai lelaki yang sempurna, tapi Margo merasa mulai memberikan hatinya pada Daniel. Ia bahkan sudah melupakan soal Kenndrick, meski rasa sakit hati itu masih membekas.

"Iya, tolong ya." Margo tersenyum manis. Dia menganggap semua pelayan di sini adalah temannya, mengingat bahwa Lynne sedang honey moon di Paris. Well, dia tahu Lynne sedang mengandung sama seperti Margo.

Tapi jika dibandingkan, nasib Lynne jauh lebih bahagia dibanding dengan dirinya yang harus terjebak di dalam hubungan tanpa status ini. Setidaknya Lynne sudah mendapatkan hati Gabriel, sedangkan dia? Nasibnya masih terombang-ambing.

Pelayan itu tersenyum manis lalu pamit undur diri, sedangkan Margo berdiri dari sofa, berjalan memasuki kamar utama yang terletak di bagian utara apartment ini.

Sebuah kamar yang simpel, hanya terletak beberapa perabotan rumah yang tampak rapi, dan sebuah kaca transparan yang besar, di mana Margo bisa menatapi pemandangan kota New York dari ketinggian setiap harinya.

Sebuah kamar yang simpel, hanya terletak beberapa perabotan rumah yang tampak rapi, dan sebuah kaca transparan yang besar, di mana Margo bisa menatapi pemandangan kota New York dari ketinggian setiap harinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[#W2] The Bastard That I Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang