Chapter 10 - Meet her, again

22K 1.4K 52
                                    

Daniel berdiri di depan pintu kafe dengan jantung yang berdebar-debar, seperti anak kecil yang tengah menunggu hukuman dari ayahnya. Ia tidak bisa tenang, bahkan yang ada deguban ini semakin menggila!

Setelah mendengar suara Amy tadi, Daniel merasa dia lupa segalanya. Detak jantungnya terasa mati untuk sesaat, dan ketika Amy mengajaknya bertemu ... Daniel tidak bisa menolak. Ah, tidak. Bahkan ada rasa senang di dalam hati yang tak bisa ia pungkiri!

Ya Tuhan, dia merasa kembali ke masa remaja di mana cinta monyet baru saja bersemi di antara mereka. Daniel gugup, malu, dan ... ah, dia juga sempat mencuci mukanya tadi agar tidak terlihat suntuk.

See, dia seperti anak remaja, bukan? Padahal jika mau dihitung, entah sudah berapa banyak wanita yang Daniel tiduri di kota New York ini. Banyak, pastinya. Dia berpengalaman dengan wanita. Tapi ketika dihadapi dengan Amy, wanita dari masa lalunya, Daniel justru berubah menjadi amatiran.

Lucu, bukan?

Daniel menatap bayangan wajahnya di kaca kafe untuk sesaat, sempat memperhatikan penampilannya untuk sejenak. Wajah yang segar karena sudah dicuci tadi, jas yang rapi, rambut yang tertata, serta aura yang menawan melengkapi penampilannya hari ini.

Dia merasa sempurna, tapi rasa gugup itu masih ada. Daniel berdehem sejenak, berusaha menenangkan diri. Kemudian, dia menatap bayangannya ragu, sebelum berbicara ....

"Hallo ... Amy. Apa kabar?" Daniel berucap sendiri di depan kaca kafe yang transparan, tak peduli kalau orang-orang di dalam sana menatapinya aneh. Iya, aneh. Masa iya lelaki tampan dengan setelan jas mahal berbicara sendirian? Kan seram!

Daniel tidak menghiraukan tatapan mereka. Dia menggaruk kepalanya bingung, dan dengan alis berkerut dia berkata, "Terlalu kaku ...."

Daniel berdehem lagi, sempat berpikir sejenak tadi. Iya, dia tengah mempersiapkan diri untuk bertemu Amy, agar nantinya ia tidak terlihat seperti orang bodoh. Mereka berjanji bertemu jam 12.10, dan sekarang baru jam 11.50. Daniel tidak telat, karena itu dia bisa berbicara sendiri di depan kaca.

"Amy ... aku merindukanmu. Apa kau juga ... ah! Sial, itu terlalu blak-blakkan." Daniel menggerutu tak jelas, dengan tubuh yang tak bisa diam. Entah kenapa dirinya hari ini benar-benar menjadi amatiran. Rasanya semua ilmu yang ada pada dirinya telah meluap, entah ke mana. Dan sekarang yang tersisa hanyalah Daniel yang lugu nan polos.

"Hai ... apa kabarmu? Apa kau baik-baik saja?" Daniel mengigit bibir bawahnya agak kuat karena dia tengah berpikir. Setelah agak lama, lelaki itu mengacak rambutnya frustrasi, saking kesalnya.

"Ah! Pusing!" Daniel menggerutu tak jelas sembari menarik napasnya dalam-dalam. Selama 15 tahun terakhir, baru kali ini dia bertingkah seperti remaja yang baru jatuh cinta.

Dan shit! Dia merasa malu pada dirinya sendiri.

Daniel melirik arloji di tangannya sekilas lalu membelalakan mata. Sudah hampir 15 menit dia mengoceh sendirian di depan kaca, dan yang lebih parahnya lagi, dia tidak sadar kalau sedaritadi beberapa orang memberikannya tatapan kasihan.

Well, mungkin mereka kasihan dengan Daniel yang tampak seperti orang kaya, tapi otaknya malah kurang setengah kilo.

"Shit! Kenapa rambutku jadi begini?" Daniel menggerutu lagi ketika melihat pantulan dirinya dengan rambut yang acak-acakkan, padahal tadi rambutnya telah ditata rapi.

Lelaki itu memperbaiki penampilannya sebentar dan memutuskan untuk masuk ke dalam kafe. Suasana tampak tenang, dengan alunan musik lembut yang menemani. Daniel celangak-celinguk, berusaha mencari tempat duduk yang bagus, sampai dia melihat seorang gadis dengan balutan dress putih simpel tengah melambaikan tangan ke arahnya.

[#W2] The Bastard That I Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang