Chapter 0 - Flashback

73.9K 2.6K 105
                                    

Suara musik berdentum kuat, lampu berkelap-kelip, bau asap rokok menyengat, dan adegan tak senonoh nan vulgar sama sekali tidak mengusik Margo untuk hari ini.

Sejak tiga jam yang lalu, gadis itu sama sekali tidak bergerak dari tempatnya. Semua yang ia lakukan hanyalah diam, menatapi nasibnya yang terasa menyedihkan dengan ditemani minuman keras beralkohol tinggi.

Margo berharap bisa mabuk sesegera mungkin, sehingga ia bisa melupakan semua kenangan menyakitkan tentang Kenndrick. Lelaki yang telah mematahkan hati Margo karena tertangkap basah berselingkuh dengan wanita lain.

Selama ini, Margo selalu merasa kalau Kenndrick mencintainya, seperti Margo menyayangi lelaki itu. Perilaku Kenndrick terasa tulus, hingga sekarang Margo tak yakin, apakah lelaki itu pernah sungguh-sungguh padanya atau tidak.

Rasanya dia ingin berteriak, tapi Margo tak memiliki tenaga. Ia ingin marah dan membentak, tapi dia terlalu lelah. Ia berusaha untuk tersenyum dan bertingkah seolah semuanya baik-baik saja, tapi ia tidak bisa. Meski air mata telah mengering, tapi tetap saja hatinya masih nyeri. Setelah semua pengkhianatan itu, Margo merasa dirinya telah berubah menjadi sosok yang berbeda.

Tidak ada lagi Margo yang ceria, yang tersisa hanyalah dirinya yang sering menangis sesengukan. Tidak ada lagi Margo yang blak-blakkan, karena untuk berbicara saja Margo merasa berat. Ia tidak bisa mengalihkan pikirannya dari Kenndrick, dan setiap kali lelaki itu singgah di benaknya, Margo merasa hatinya seperti dicabik-cabik. Perih, menyakitkan.

Jika dia bisa meminta satu hal dari Tuhan, maka Margo ingin dia melupakan Kenndrick secepatnya dan beralih pada lelaki lain. Ia berdoa semoga bayangan Kenndrick dan rasa sakit ini bisa segera tergantikan, jadi ia tak perlu menangis lagi.

Gadis berambut blonde itu menghela napas kasar, lalu menuangkan minuman keras berwarna kuning keemasan ke dalam gelasnya, meneguknya entah untuk yang keberapa kali. Ia tak peduli, meski tenggorokannya terasa terbakar setiap kali benda itu masuk.

Baru kali ini Margo pergi ke club, karena sejujurnya ia tak tahan dengan asap rokok. Dengan modal nekat, ia ingin melampiaskan semua rasa stress-nya, berharap kalau setelah ini bayangan perselingkuhan itu bisa musnah.

Meskipun sekarang, di kepala Margo masih tergambar jelas, bayangan tentang Kenndrick yang sedang jalan berdua, dengan teman bela dirinya yang cantik-Felisha.

Margo tahu, kalau Felisha dan Kenndrick dulu pernah menjalin hubungan sebelum Kenndrick kenal dengannya. Tapi Margo tak pernah tahu, kalau Kenndrick akan menghianatinya seperti ini. Ia sama sekali tidak pernah membayangkan kalau Kenndrick adalah lelaki bajingan.

BRAKK!!!

Suara gebrakan meja yang besar membuat Margo sedikit terlonjak. Oke, ia akui, pandangannya mulai kabur. Mungkin, karena pengaruh alkohol yang banyak, dan kali ini ia sudah menghabiskan nyaris dua botol sendirian.

"Gabriel bodoh!" teriak orang itu penuh rasa frustrasi. Musik memang kencang, tapi karena jarak mereka yang dekat Margo jadi bisa mendengar dengan jelas ucapan lelaki itu. "Aku tidak ingin kau terjerumus di lobang yang sama. Tapi kenapa kau tidak mau mendengarku hah?! Kenapa?!" Lelaki itu berbicara sendirian seperti orang mabuk.

"Hei! Kenapa kau meninggalkanku?!" racaunya kesal pada bartender yang baru saja hendak melayani orang lain.

Margo mengernyit. Postur tubuh orang itu familier. Entahlah, Margo juga tak tahu. Dia datang ke club EF, club terbesar, termewah, tapi tetap saja bau asap rokok. Yah, penghasilannya cukup untuk minum di sini sekali-sekali. Tapi Margo sudah bertekat kalau ia tidak akan menginjakkan kaki ke tempat ini kecuali dia benar-benar sedang kusut.

[#W2] The Bastard That I Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang