Chapter 18 - Marie's Party [1]

23.5K 1.7K 63
                                    

jangan lupa meninggalkan jejak!

***

Sudah satu minggu semenjak Daniel meminta Margo untuk tetap tinggal di sisinya apapun yang terjadi. Dan ya, Margo tentu saja menerimanya!

Katakanlah Margo bodoh karena masih termakan dengan ucapan manis Daniel, bahkan setelah dia tersakiti berkali-kali. Tapi ... mau bagaimana lagi? Dia tidak mungkin menolak Daniel yang notabenenya adalah ayah dari bayi yang dia kandung, bukan?

Yah, semenjak kejadian tempo hari, Daniel berubah pesat. Laki-laki itu tidak pergi ke club lagi saat malam tiba. Dia lebih sering memeluk Margo dan mengajak bayinya berbicara seolah anak mereka bisa mendengar suara ayahnya dari dalam sana.

Sungguh sebuah momen yang tidak akan Margo lupakan dalam hidupnya, karena ketika Daniel berkomunikasi dengan janin di dalam dirinya, Margo merasa begitu dicintai dan diinginkan.

Dia tentu ingin percaya bahwa perasaan Daniel perlahan-lahan mulai tumbuh dan ada untuknya. Meski Daniel sesungguhnya tidak pernah mengakui hal itu pada Margo, tapi bolehkan kalau dia menyimpulkan ... cinta itu mulai ada di antara mereka?

Bisakah ... Margo mempercayai pemikirannya sendiri?

Suara pintu yang terbuka membuat Margo menoleh. Di sana, ada Daniel yang tengah berdiri dengan wajah yang kusut. Margo melirik ke arah jam dinding dan mendapati kalau sekarang baru jam 3 sore, terlalu dini bagi Daniel untuk pulang, bukan?

"Kau kembali?" Margo berdiri dari sofa yang ia duduki daritadi dan berjalan mendekat ke arah Daniel. Ia membantu Daniel melepaskan dasi dan hendak mengambil tas penuh dokumen yang Daniel pegang. Tapi, Daniel menahannya.

"Ini berat, sayang. Bukankah sudah kubilang kau tak perlu menyambutku seperti ini?" Daniel meletakkan tasnya ke sembarang tempat kemudian maju beberapa langkah.

Dia menarik Margo mendekat, lalu mencium keningnya lama. Lembut ... hangat. Margo bisa merasakan sentuhan bibir Daniel di keningnya, dan sungguh dia bahagia.

Daniel menjadi sosok yang ia impikan. Meski perasaan laki-laki itu belum terbaca sepenuhnya tapi Margo sudah cukup bersyukur Daniel tidak menyakitinya lagi. Terlebih, belakangan ini dia bersikap luar biasa romantis. Membuat Margo semakin jatuh dan jatuh lagi. Bahkan, dia mengabaikan telepon dari Kenndrick karena tak mau merusak hubungan baiknya dengan Daniel.

"Aku merindukanmu," ucap Daniel seraya melepaskan kecupannya. Laki-laki itu menangkup kedua pipi Margo dengan tangannya sebelum kemudian kembali mendekatkan diri. Perlahan namun pasti, dia memangut bibir Margo. Sebuah awalan yang lembut, sebelum kemudian Daniel memulai permainan yang sesungguhnya.

Dengan lihai, laki-laki itu mempermainkan lidahnya di dalam mulut Margo. Membuat wanitanya tak bisa menahan erangan, karena siapapun yang mencoba bibir ini pasti akan melakukan hal yang sama. Daniel ... dia terlalu ahli tentang ciuman. Dia bisa membuat partner-nya terbang ke langit seribu hanya dalam beberapa menit.

Mereka berciuman panas seraya terus berjalan mundur ke arah kamar dengan kedua lidah yang masih saling tertaut. Setelah sampai ke dalam kamar, Daniel bahkan berusaha melepaskan baju Margo.

Suara napas yang terengah-engah sempat terdengar, Margo sempat ingin meminta Daniel berhenti melakukan aksinya karena kekurangan asupan oksigen. Margo hendak mendorong Daniel menjauh, tapi yang ada Daniel malah semakin menjadi-jadi.

Trtt ... trtt ....

Kedua insan itu tak memedulikan ponsel yang bergetar dari saku Daniel. Bahkan Daniel hendak membuang ponselnya kalau saja dia tidak melihat nama Darwin di sana.

[#W2] The Bastard That I Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang