7. Lupakan Dia

184K 22K 2.5K
                                    

Merubah sikap memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Janji Caca kepada ketiga temannya masih ia pegang. Caca berniat untuk benar-benar meninggalkan kegilaannya kepada Edgar. Men-stalking Edgar secara terang-terangan. Membuang cintanya yang selalu melukai hatinya. cinta? Entahlah, karena Caca masih belum bisa meyakinkan itu.

Caca hanya berusaha untuk memperbaiki diri, merubah sifat bodohnya mengenai semua tentang Edgar. Tiga bulan dia sudah bersikap seperti itu, jika tidak ada hasil untuk apa diteruskan.

Nasihat yang diberikan Eka masih terus membekas di hati dan pikirannya, kata-kata pedas yang menusuk itu berhasil membuat Caca tersadar. Bahwa selama ini, dialah perusak kebahagiaan orang lain, dialah yang merusak hatinya sendiri.

"Mau ikut ke Cafe gak?" Amora bertanya, berdiri di samping Caca yang masih membereskan peralatan tulisnya.

Hari Jumat seperti biasa mereka akan pulang lebih awal. Caca diam, mendengar ajakkan Amora mendadak hatinya berdenyut nyeri.

"Emang ada apaan di Cafe?" Bukan Caca yang bertanya, melainkan Dinda.

"Katanya bakal ada hiburan, ada Band lokal manggung di sana," jawab Amora.

Dinda mangut-mangut tanpa minat. "Coba aja yang manggung Oppa."

Amora mendengus. "Oppa terus!"

Dinda merengut. "Bodo, syirik."

Amora memutarkan kedua bola matanya malas, lalu kembali melirik ke arah Caca. Melupakan bahwa cewek itu sedang mencoba menahan diri untuk melupakan semua tentang Edgar.

"Gue─"

"Udah ikut aja, kalo lo move on dengan cara ngehindar, semua gak akan berhasil," ujar Eka yang baru saja ikut bergabung memotong ucapan Caca.

Dinda mengangguk menyetujui. "Hm, lo harus bisa Ca. Katanya mau berubah, berubah itu bukan dengan cara lo menghindari masalah itu, tapi menghadapinya."

"Tumben lo bijak," sindir Eka.

Dinda menepuk dada bangga. "Gue gitu."

Amora yang melihat raut wajah muram Caca menepuk bahu cewek itu pelan. "Kalo lo gak bisa, lo gak perlu maksain diri."

Hanya Amora yang paham apa yang Caca rasakan. Tapi Caca menggeleng, dia harus berani, Caca tidak boleh lemah. Anggap saja itu sebagai pembuktian bahwa Caca bisa hidup tanpa mengganggu Edgar lagi.

"Gue ikut."

"Bagus!" Dinda dan Eka bersorak senang.

Amora menatap Caca tidak yakin. "Lo yakin?"

Caca mengangguk. "Tapi, gue gak tahu kuat atau enggak nanti. Kalian mau terus ingetin gue kan?" tanya Caca, berharap.

Amora, Dinda dan Eka saling pandang. Tersenyum lalu mengangguk. Caca tersenyum, semoga niat baiknya bisa terkabul. Semoga apa yang sedang dia usahakan tidak sia-sia meski Caca tahu tidak akan mudah.

"Cafe?" Adam yang sudah berdiri diambang pintu bertanya.

Amora tersenyum lalu mengangguk, Adam melirik Caca. Cowok itu sudah tahu apa yang terjadi dengan teman kekasihnya itu.

"Mau ke mana?" Kenan yang baru saja datang menyerobot ingin tahu.

Mereka yang ada di sana mendengus malas. "Biasa aja kali, Ken."

Ken terkekeh. "Abis tumben kumpul, mau pada ke mana?"

"Kepo lo," sembur Eka.

"Yeuh, nyolot aja lo bongsor!" balas Kenan tidak mau kalah.

Bukan Stalker [TAMAT]Where stories live. Discover now