Chapter 18 - Marie's Party [1]

ابدأ من البداية
                                    

Dengan sangat terpaksa, laki-laki itu menghentikan kegiatannya, membuat Margo terduduk lemas dengan napas yang terengah-engah. Berciuman dengan Daniel adalah hal yang paling menyenangkan yang pernah Margo lakukan. Wanita itu memegang detak jantungnya dan merasakan debaran yang menggila di sana.

Benar, Daniel selalu berhasil membuat jantungnya berdetak lebih kencang. Belum lagi karena ciuman dan segala perlakuan manis yang dia lakukan untuk Margo. Bagaimana dia bisa bertahan kalau begitu?

"Kenapa?!" Daniel menjawab teleponnya dengan nada tinggi, kesal karena kegiatannya diganggu. "Aku akan menendang bokongmu kalau kau meneleponku hanya untuk informasi tak penting," sambungnya lagi mengingatkan.

"Woo ... slow dude. Kenapa kau terdengar marah? Apa aku baru saja menggangu kegiatanmu?" canda Darwin di seberang sana. Dia terkekeh untuk sejenak, berniat untuk mengejek Daniel sampai kekehan itu terhenti ketika dia sadar.

"What? Aku benar-benar menganggumu? Hell! Kau melakukannya dengan siapa di sore hari seperti ini? Apa adikmu itu tak bisa tahan di dalam kadang barang sehari saja?" papar Darwin, jelas-jelas berniat untuk menyindir Daniel.

"Shut up. Cukup katakan apa alasanmu meneleponku?" tanya Daniel, masih dengan nada yang sama. Dia kesal.

"Woo ... baiklah, santai. Aku hanya ingin mengingatkan soal undangan Marie's Party malam ini. Apa kau lupa?" Darwin bertanya seraya menyebut salah satu nama yang terdengar familier untuk Daniel.

Daniel mengernyit. Berusaha mengingat-ingat, tapi dia tak bisa. Belakangan ini fokusnya terbagi dua, dan sejujurnya sebisa mungkin Daniel mencoba untuk tidak bertemu Amy sementara waktu. Well, dia sadar kalau dirinya begitu takut untuk kehilangan Margo, tapi di sisi lain ... Daniel juga masih begitu mencintai Amy.

Bukan plin-plan, hanya saja ... melupakan seseorang yang sempat tinggal di hatinya selama 15 tahun bukan perkara yang mudah, dan kehilangan seseorang yang baru saja singgah juga hal yang sulit.

Daniel tidak bisa memilih, sungguh. Tapi untuk saat ini, Daniel berusaha semaksimal mungkin untuk tidak mengecewakan Margo. Wanita itu mengandung anaknya karena itu Margo tidak boleh sering-sering menangis.

Lagipula, Margo tidak mengenal Amy bukan?

Mungkin Daniel akan menemui Amy lagi ketika ... dia punya waktu.

"Sudah kutebak kau pasti lupa." Darwin melanjutkan kicauan-nya ketika sadar Daniel terlalu lama berpikir. "Malam ini Marie Jhonson mengadakan pesta di Megan Ball Room. Dia anak bungsu perusahaan YG Group. Orang yang kau kecewakan seminggu yang lalu karena tak datang rapat. Ingat?"

"Oh." Daniel kini mengingat di mana dia pernah mendengar nama Marie. Lebih dari seminggu yang lalu, Marie memang mengiriminya undangan untuk datang. Undangan itu memuat dua orang, sepertinya dia menyelenggarakan pesta besar. "Dia ulang tahun? Terus kenapa kau meneleponku? Itu tidak penting, berengsek!"

"Tidak penting katamu? Setelah kau gagal mengadakan kesepakatan dengan mereka, kini kau tidak mau menghadiri pestanya? Kau mau dibakar Gabriel? Aku tidak dekat dengannya tapi aku tahu ... adikmu itu punya sosok yang mengerikan, seperti kata Erick."

Darwin berucap penuh drama, membuat Daniel jijik sendiri karenanya, "Kau tidak mau memperbaiki image Wallance? Apa kau sungguh ingin dibunuh oleh si Iblis? Ah, maksudku adikmu."

"Jangan menjelek-jelekkan adikku kalau kau tidak mau kutendang ...." Daniel mendesis kesal. "Jadi apa maksudmu? Aku harus datang ke sana?"

"Setidaknya datang dan tunjukkan kalau waktu itu kau benar-benar tak bisa datang. Tunjukkan rasa hormatmu, siapa tahu kakek tua itu bisa berubah pikiran." Darwin menyebut pemimpin YG group sebelum terkekeh pelan. "Lagipula kenapa kau tidak datang ke rapat sepenting itu? Sudah kehilangan akal sehat Niel?"

"Bukan urusanmu." Daniel memotong, sebelum Darwin melanjutkan ucapannya.

"Oke, baiklah itu bukan urusanku. Hanya saja aku mengingatkanmu untuk datang. Kau tahu undangannya memuat dua orang, karena itu ... ajaklah Margo karena aku ingin bertemu dengannya."

"Margo?" Daniel menyebut nama wanitanya dan melirik ke arah Margo yang saat ini tengah menatapinya dengan pandangan bingung.

Sedaritadi, Margo tak paham dengan apa yang Daniel bicarakan. Tapi dari jarak segini, dia tahu Daniel sedang menelepon seorang laki-laki, bukan perempuan.

"Aku?" tanya Margo seraya menunjuk dirinya sendiri.

Daniel mengangguk, kemudian mengalihkan pandangan. Kembali fokus pada percakapannya.

"Iya. Aku belum pernah melihatnya, jadi jangan lupa bawa dia ya."

"Oke," ucap Daniel setuju. Setelah dia pikir-pikir lagi, Margo sama sekali tak mengenal teman-temannya. Well, mungkin Margo kenal William karena waktu itu mereka sempat bertemu tapi ... Darwin dan Erick, mereka belum saling tahu bukan?

"Bagus. Sunny dan aku sudah putus tiga hari yang lalu, karena itu aku tidak punya pasangan. "

Daniel mengernyit. Tiba-tiba, perasaannya tidak enak. Sungguh.

"Karena itu, aku memutuskan untuk ... menjadikan Amy sebagai pasanganku di pesta, malam ini."

***

For next chapter, boleh minta 170 votes+?

Thanks :D



Instagram : blcklipzz (double z)









[#W2] The Bastard That I Love (COMPLETED)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن