delapan

3.5K 151 6
                                    

AUTHOR POV

Billa hanya termenung tentang ucapannya tadi. apakah dia salah atau tidak. dia merasa tak salah, tapi hatinya berkata lain.

Billa sudah memutuskan untuk meminta maaf terlebih dahulu, ia sadar bahwa yang diucapkannya kepada Falza itu salah. sebenci-bencinya dia dengan Falza seharusnya ia tidak berbicara seperti itu.

ia melihat Falza di ruang tamu sedang berbincang dengan papanya dari lantai atas. ia buru-buru turun untuk bicara dengan Falza.

"pa Billa minjem Falza sebentar aja" ujar Billa kepada papanya. papanya mengangguk tanda setuju dan Billa menyuruh Falza mengikutinya.

"sebentar ya om" ujar Falza kepada papanya Billa yang sebentar lagi menjadi calon mertuanya. ia berdiri lalu membungkuk hormat, setelah itu menyusul Billa yang sudah jauh dari hadapannya.

***

"kenapa nggak di ruang tamu aja Bil?" ucap Falza sembari mencari posisi duduk yang nyaman. saat ini mereka berada di Balkon atas.

Billa masih menatap taman yang ada di bawah balkon. ia melihat Falza duduk dan langsung menoleh Falza segera.

"nggak papa, gue lebih suka disini." ujar Billa tersenyum.
"oh ya Fal, gue tadi itu nggak ada niatan ngomong kayak gitu ke lo.. gue ngerasa bersalah Fal.. lo mau kan maafin gue?" lanjut Billa dengan mata berbinar dan tangan ia taruh didepan mukanya.

"udahlah bil nggak usah dibahas, gue nggak pernah sekalipun marah ama lo.. gue kan udah cinta mati ama lo" ujar Falza mencoba menghibur Billa yang sekaligus memberi kode bahwa ia sudah sangat mencintai Billa.(dasar cowok tukang ngode)

billa terhenyak dengan ucapan Falza. tapi dia hanya menganggapnya bahan candaan.(ini ceweknya nggak pekaan)

"apaan sih lo Fal, nggak lucu tau!" rajuk Billa memanyunkan bibir.

Falza berdiri lau memindahkan kursinya di dekat kursi Billa.

"kenapa lo mindahin kursi, deket deket ama gue lagi. jauh jauh ih" ujar Billa mengibas-ngibaskan tangan untuk mengusir Falza agar tidak mendekatinya.

Falza duduk dengan santainya menghadap Billa lalu memegang pipi Billa
"nggak papa, cuman mikir aja kenapa cewek galak didepan gue cantik banget ya.."

Billa nggak bisa menahan wajahnya yang memerah. ia segera melepas tangan Falza lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"lah kok malah gini sih, nggak seru ih.. padahal mau aku cium tuh bakpao" tunjuk Falza ke pipi Billa.

Billa membuka tangannya lalu melotot ke arah Falza.
"iiih dasar mesum, tukang mesum!!"

Billa menggeser bangkunya lalu berdiri. tanpa sadar Falza memegangi tangan Billa. menurutnya perasaan yang telah dipendam selama 5 tahun, harus diucapkan terus terang sekarang. inilah waktu yang tepat!

"duduk nggak Bil" perintah Falza dingin.

Billa merasa ketakutan dan akhirnya dia menuruti kemauan Falza untuk duduk kembali dengan menundukkan kepala. (aneh ya mereka, sama-sama mau, tapi malu ndiri-_ gue sebagai authornya aja gregetan apalagi kalian)

"Bil lo tau nggak kenapa selama ini gue sering jail, bercanda berlebihan, dan selalu iseng sama lo?" tanya Falza serius. Billa menggelengkan kepala dengan masih menundukkan kepala.
(Sumpah beneran nggak pekaan banget nih cewek. Atunya lagi, cowok tukang ngode. hadeeh dunia terbalik)

"lo inget nggak, pas waktu SMP, lo pernah nolongin gue yang waktu itu harusnya gue yang celaka, tapi malah lo! semenjak kejadian itu, gue merasa malu sama diri gue. kenapa gue bisa musuhan ama lo! gue ngerasa punya utang budi ama lo bil!" terang Falza.

flashback on

5 tahun yang lalu saat SMP kelas 1

"eh gue pulang duluan ya!" pamit Falza kepada teman-temannya.

"oke bro"

Falza bergegas menuju rumah yang berada beberapa meter dari sekolah. dia lebih memilih untuk jalan kaki daripada harus memakai sepeda, karena menurutnya lebih sehat.

ia terdiam sejenak dan merogoh headseat yang telah terpasang dengan hp di tasnya, lalu memasangnya di telinga. ia melakukan jogging agar cepat sampai rumah. Falza terlalu menikmati lagunya, tanpa sadar ada sepeda motor yang hendak menabraknya.

Billa yang tak sengaja lewat, melihat itu tak tinggal diam. ia bergegas menolong Falza. ia berlari sekuat tenaga, lalu mendorong Falza. untungnya sepeda motor itu tak sampai menabrak Falza atau Billa. tapi Billa yang ceroboh tak melihat batu yang ada dihadapannya, ia tersandung dan membuat kakinya cedera

"awww" pekik Billa yang tersungkur ke aspal.

Falza yang melihat itu mengira Billa keserempet motor. ia lalu berdiri dan menolong Billa. tapi ia sedang sial, tak ada orang disana. ia membantu Billa duduk di tepi jalan.

"lo nggak papa?" tanya Falza cemas.

"nggak papa pala lo peang?! sakit nih" ujar Billa mengusap-usap kakinya.

Falza merogoh tasnya lalu mengambil plester yang selalu ia bawa, ya dia adalah petugas PMR.

"nih pake dulu" ujar Falza menyodorkan plesternya.

"makasih, lain kali kalo jalan ati-ati.. lo hampir ketabrak tadi, gue pulang dulu! makasih plesternya.." ujar Billa tersenyum lalu berdiri meninggalkan Falza yang tengah duduk

"makasih Bil" sahut Falza sedikit teriak.

Billa menoleh Falza lalu tersenyum dan mengangkat jarinya membentuk simbol ok.

flashback off

"dan lo tau, utang budi itu berubah menjadi rasa sayang dan suka.. karena lo, gue nggak jadi ketabrak!" ujar Falza menunduk malu.

Billa mengangkat kepalanya tepat menghadap Falza, ia terbelalak tak percaya apa yang diucapkan oleh Falza.

----------

hai gaes, ketemu lagi nih.. sumpah author lagi males nulis percakapan, jadinya banyak narasinya.. efek hasil ukk yang tidak diharapkan😬 sama fokus ama bias😍.. mohon dimaklumi ya😌

oh ya jangan lupa vommentnya ya, aku tunggu loh😘

Kolaborasi Hati (very slow update) Where stories live. Discover now