THE FUTURE: 08

12 0 0
                                    

   London, 29 January 2019

    "Aku harap kau baik-baik saja. Aku hanya khawatir padamu. Aku sudah lama tidak melihatmu. Aku sedikit meragukanmu, apa kau bisa menjaga dirimu sendiri? aku harap jawabannya 'iya'. Rai, ini aku Anushka. Aku baik-baik saja. Aku hanya memastikan. Sampai jumpa."

      Jarinya hanya berhenti disitu. Tak ada satu huruf atau kata apapun. Wajahnya tetap ragu untuk mengirim pesan itu kepada seseorang bertulisan 'Rai'. Wanita itu hanya terdiam. Dinginnya udara di London bahkan tidak dia hiraukan. Dia pun mengurungkan keputusannya untuk mengirim pesan itu dan menekan tombol 'delete'. Tapi belum beberapa menit, telfonnya pun berdering dan menunjukkan sebuah nama. 'Zoey'.

"Halo?"

    "Halo, Anushka? ini kau? syukurlah, Anushka, datanglah kepernikahanku."

Wanita itu terdiam. Udara disana semakin dingin. Mulutnya yang sedikit terbuka mengeluarkan sebuah uap yang menandakkan bahwa dia mulai kedinginan. Salju turun dengan perlahan mengikuti suara detak jantungnya yang mulai melambat. Ajakkan itu adalah sebuah kalimat petaka. Entah bagaimana perasaan wanita bernama Anushka itu.

     Anushka menangis sekencang-kencangnya di taman yang sepi itu. Dia duduk diatas mobilnya yang bisa terbilang cukup mahal itu. Mobilnya berwarna merah mengilap tetapi saat air mata jatuh menetes keatas mobilnya itu, kilauannya sudah tidak terlihat spesial lagi. Dia tidak merasa menyesal menculik Zoey. Setidaknya, dia tidak membunuh Zoey kan? saat ini, dia menangis karena Rai yang tidak pernah mengerti kalau dia masih sangat mencintainya. Anushka pikir, setelah dia dewasa, dia bisa menyikapi perasaannya dengan lebih baik. Ternyata tidak. Bahkan bodohnya dia mau mengirimkan pesan dengan nada baik-baik kepada Rai. Disaat air matanya meluncur dengan sangat deras,  tiba-tiba saja sebuah tangan merangkulnya.  Anushka melihat siapa orang yang ada disampingnya. Awalnya dia berfikir orang itu adalah Rai tetapi dugaannya salah. Dia bukan Rai melainkan ayahnya. Dhruv. Entah apa yang dipikirkan Dhruv sehingga dia menghampiri Anushka dan merangkulnya. Walaupun begitu, Anushka tidak peduli dia tetap melanjutkan menangisnya di dalam rangkulan Dhruv. Dhruv mengelus lembut rambut Anushka dengan maksud menenangkannya.

   "Apa yang paman lakukan disini?" Tanya Anushka dalam isaknya.

   "Kenapa? Kau sendiri tetap menerima rangkulan dariku kan?"

   "Apa yang membuat paman berfikir untuk menghampiriku?"

   "Mungkin jarak kita tidak dekat. Bagaimanapun, aku musuh ayahmu. Aku bisa dibilang sebagai alasan dibalik kematian ayahmu. Tetapi aku kesini karena kau saja Anushka. Begini, aku sangat mengerti rasanya kehilangan seseorang yang dicintai. Aku sangat mengerti rasanya mencintai seseorang terlalu dalam hingga sangat menyiksa. Dulu aku sangat mencintai istriku Mohini. Tetapi setelah dia pergi dariku, aku bahkan tidak bisa berfikir. Aku sempat berfikir untuk mengakhiri hidupku berpuluh-pulhan kali.  Tetapi saat aku menyadari Rai ada disebelahku, aku langsung mendapatkan kembali semangatku. Walaupun aku tidak se-sempurna dulu saat Mohini ada disampingku. Lagipula, kalau aku melihatmu, aku seperti melihat Rai ku yang dulu."

   "Maksudmu?"

   "Rai sudah dewasa. Dia akan menikah. Dia sudah tidak memiliki waktu untuk berbicara kepada ayahnya lagi. Aku akan sendirian dan menghabiskan hidupku dengan kelompokku. Walau sudah banyak yang berguguran diantara kami. Tapi Anushka, kalau aku boleh jujur, kau mirip dengan Rai-ku saat umurnya masih 15 tahun. Dia mengutarakan banyak hal kepadaku sama sepertimu. Dia menangis dan butuh seseorang untuk mengerti perasaannya. Aku duduk disampingnya lalu merangkulnya. Tapi sekarang, tidak lagi. Zoey ada disampingnya untuknya. Tak ada lagi kata Dhruv untuknya. Orangtua hanya takut jika suatu saat anaknya menikah dan meninggalkan mereka untuk menempuh kehidupan barunya. Maka salah bagi orangtua yang menyia-nyiakan masa kanak-kanak anak mereka dengan memarahi anak mereka atau sibuk bekerja."

   "Dan aku? aku yang menyia-nyiakan ayahku. Aku bahkan tidak bisa melihatnya untuk terakhir kalinya. Ayahkulah pahlawanku. Awalnya aku, ibuku, dan ayahku bahagia bersama. Tetapi seketika, ibuku pergi dariku karena perceraian antara kedua orangtuaku. Lalu sekarang, aku tidak memiliki mereka berdua. Dan Rai? dia sibuk dengan kehidupannya. Dia yang awalnya mengatakan tidak ingin kehilanganku lagi berubah menjadi 'aku akan membunuhmu Anushka'."

     Banyak hal yang mereka saling lontarkan. Dhruv memeluk erat Anushka bagaikan putrinya. Sepertinya, dari situ, Dhruv mulai terbiasa dekat dengan Anushka. Kedekatan mereka juga terlihat bagaikan seorang putri dan juga seorang ayah. Dan Anushka juga bisa merasakan kasih sayang seorang ayah dari pelukan yang diberikan Dhruv kepadanya. Walaupun mereka tidak memiliki hubungan darah, yang namanya kasih sayang bisa diberikan siapa saja, dimana saja, dan dalam bentuk apa saja. Tetapi ingat, hal itu hanya berlaku dalam cinta yang tulus diberikan untuk orang tersayang. Hari itu, Dhruv kembali mendapatkan kasih sayang dari seorang anak kepadanya dan Anushka mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah kepadanya. Mereka saling bertukar penderitaan walaupun mereka baru saja dekat. Seakan-akan waktu dan perasaan bisa bertukar dengan sangat cepat. Malam itu, Anushka ingin sekali dibawa pulang oleh Dhruv seperti putrinya. Tidur bersama dan Dhruvlah yang mengelus lembut rambut Anushka. Tapi sayangnya itu tidak bisa terjadi tetaplah dia bukan siapa-siapa.

   "Ayah." Ucap Anushka lirih.

    "Kau bisa memanggilku apapun yang kau mau. Kali ini, aku ayahmu."

///

     Anushka berjalan dengan malasnya kedalam kamarnya. Setelah semua tangisan dan air mata yang dia keluarkan tadi, dia menjadi kelelahan. Matanya dan pipinya terasa kering akibat air matanya yang perlahan-lahan mulai mengering. Dia menjatuhkan badannya keatas tempat tidur. Seketika dia jadi mengingat Dhruv. Jika diingat lagi, Dhruv cukup malang karena dia harus kehilangan satu-satunya anaknya. Tapi Anushka bahagia. Dia bisa mendapatkan ayah baru baginya. Setidaknya begitu. Anushka menatap langit-langit kamarnya. Kamarnya hanya diterangi oleh lampu tidur disamping tempat tidurnya. Anushka bahkan merasa sangat malas untuk mengganti pakaiannya. Anushka mulai memejamkan matanya. Belum beberapa lama matanya terpejam, tiba-tiba saja, Handphone berbunyi. Ada pesan masuk dari seseorang. Dengan malas, Anushka mengambil Handphonenya dan membuka pesan itu.

   "Kau gagal menculik Zoey? kenapa? kasihan? ck...ck...ck... aku justru yang kasihan kepadamu. Aku tidak mau tau. Ini tugas untukmu prajurit. Pokoknya aku tidak mau jika Rai menikahi Zoey. Kalau tidak, aku yang akan membunuh Rai."

   "Siapa?" gumam Anushka.

   "Ingat saja, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Pegang kata-kataku. Aku akan membunuh Rai."

     Anushka langsung melempar Handphone kesembarang tempat. Dia kesal dengan orang aneh itu yang mengancam akan membunuh Rai seenaknya. Dan juga, orang aneh itu membuat Anushka kembali pada dilemanya. Membiarkan Rai terbunuh, atau menolongnya?

###


AddictedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang