THE HISTORY: 09

16 4 0
                                    

      Dia duduk disana sambil memainkan batu yang ada dihadapan danau itu sambil melempar-lemparkannya. Matanya dia tenggelamkan diantara kedua tangannya. Dia sedang frustasi dengan keadaannya belakangan ini. Dimana ayahnya tidak bisa mengerti posisinya. Baju sekolah masih melekat ditubuhnya dan pisau ditangan kirinya. Pisau itu terlihat sangat tajam bahkan hanya dengan sekali tebas, siapapun bisa mati pada saat itu juga.

   "Hei." Sapaan dari seorang laki-laki membuatnya menoleh kehadapan laki-laki itu. Itu Rai. Ya, hari itu, Anushka bersikeras ingin bertemu dengan Rai.

   "Hei. Kenapa terlambat?" Tanya Anushka yang bermaksud memulai obrolan ringan.

   "Aku tidak terlambat. kau saja yang datang terlalu cepat." Jawab Rai acuh tak acuh membuatnya mendapat pukulan ringan dilengannya sedangkan Rai terkekeh melihat ekspresi Anushka.

    Tempat itu cukup sepi membuat mereka hanya dapat menikmati keindahan dari pemandangan disekitar mereka. Anushka, hanya sibuk memandang Rai yang sedari tadi memandang layar handphonenya. Angin-angin menerbang-nerbangkan rambut Rai membuat Rai terlihat lebih tampan dari biasanya. Setelah Rai menyadari kehadiran sepasang bola mata sedang melihatnya, dia pun langsung memasang matanya erat-erat pada Anushka.

   "Kenapa kau menatapku hah? apa aku tampan?" Tanya Rai yang berusaha menggoda Anushka.

   "Kata siapa? pohon disana lebih indah dari pada dirimu." Jawab Anushka yang seketika mendapat cibiran dari Rai.

   "Aku berbohong. Jelas kau lebih tampan dari siapapun." Batin Anushka.

   "Oh iya, kenapa kau tidak masuk 2 hari ini?" Tanya Rai tiba-tiba. Pertanyaan Rai itu membuat senyuman Anushka perlahan memudar.

   "Aku bukannya tidak masuk sekolah. Tapi aku hanya kabur dari rumah." Jawab Anushka yang membuat Rai terlihat cukup syok.

   "Hah? kenapa?"

   "Ayah dan Ibuku bertengkar. Ayah bahkan memutuskan untuk menceraikan ibu. Ayah menginginkan aku ikut dalam geng itu dan ibuku tidak ingin. Perbedaan pendapat itu membuat aku pusing dan aku memutuskan untuk kabur dari rumah dan bolos sekolah." Jawab Anushka. Rai berusaha untuk mengerti keadaan Anushka.

   "Anushka, kalau kau tidak bisa maka jangan dipaksakan. Sesuatu yang dipaksakan itu tidak enak. Dan lagi, itu adalah urusan kedua orangtuamu. Kau pikirkan saja nanti. Lain waktu." Jawab Rai berusaha menenangkan Anushka.

   "Aku juga ingin mengatakan sesuatu." Jawab Anushka.

   "Apa?"

   "Mmm... Rai. Aku... baiklah ini cukup aneh tapi... AKU MENCINTAIMU." Ucap Anushka dengan suara mantap yang membuat Rai cukup terkejut. Awalnya, dia hanya menampilkan ekspresi terkejut tapi lama kelamaan malah berubah menjadi sebuah tawa yang cukup keras hingga Rai tersedak-sedak.

   "Kenapa tertawa? aku serius! aku benar-benar mencintaimu. Dari awal kita bertemu. Tidak! dari awal aku melihatmu aku tau bahwa aku mencintaimu." Jawab Anushka semakin memberi keyakinan pada kalimatnya itu.

   "Apa benar?"

   "Iya."

   "Tapi... aku rasa kau mengatakannya pada orang yang salah. Maaf Anushka tapi, aku sudah memiliki Zoey. Bahkan baru hari ini aku jadian dengannnya." Jawab Rai dengan nada polosnya.

      Rasanya seperti dicambuk dengan begitu kerasnya. Hatinya sekarang sedang rapuh dan Rai makin membuat hati itu terluka. Sepertinya, hatinya bahkan sudah hancur. Sama seperti kita yang merobek-robek kertas menjadi bagian yang kecil-kecil. Bisa-bisanya Rai mengatakannya seolah tidak ada apa-apa dengan kalimatnya itu. Kenapa jatuh cinta harus sesulit ini? pertanyaan yang masih belum dapat dijawab olehnya. Kenapa Anushka harus mencintai seseorang jika kelak bukanlah takdirnya? dia memiliki satu hati dan satu nyawa. Dia bahkan akan memberikannya kepada orang yang dia cintai. Tetapi jika orang itu tidak mencintainya? habis sudah harapan yang dia bangun. Semuanya. Motivasi, impian, dan harapan. Realita berasa benar-benar menamparnya dengan begitu keras.

   "Kau baik-baik saja Anushka?" Tanya Rai yang melambaikan tangannya dihadapan Anushka. Tangan itu kemudian ditangkis oleh Anushka.

   "Jangan pernah tunjukkan lagi wajahmu dihadapnku. Atau aku akan membunuhmu." Jawaban itu cukup membuat Rai menjadi syok. Ini bukan Anushka. Seketika sahabatnya ini berubah menjadi orang lain dan hal itu adalah masalah besar bagi Rai. Dia kehilangan sahabatnya.

     Anushka berjalan melewati Rai yang masih berdiri mematung dihadapannya. Anushka lalu menaiki mobil sportnya yang bernilai milyaran itu. Rai masih terdiam ditempatnya mendengar jawaban dari Anushka yag terkesan buruk untuknya. Kenapa Anushka harus berubah begitu? dia tau jika Anushka sakit hati tapi... itu bukan sikap yang wajar. Atau mungkin, karena Anushka anak dari geng musuhnya? mungkin saja. Tetapi yang dia harapkan, Anushka tidak semarah itu padanya hingga merusak semua hubungan persahabatan dengan Zoey, bahkan dengannya. Semoga saja.

~~~

     Anushka mengambil langkah besar dengan kemarahnnya menuju dalam rumah. Disana, ayahnya sedang duduk disofa sambil membaca koran. Perhatiannya tiba-tiba tertuju pada putrinya yang tiba-tiba masuk ke dalam rumah sambil menangis. Sebagai seorang ayah, dia pun langsung mendekap Anushka didalam pelukannya dan menciumnya.

   "Ada apa nak? katakan sesuatu!" pintah ayahnya Anushka. Rahul.

   "Ayah, apa akan ada perang melawan pasukan musuh dari India?" Tanya Anushka dalam isaknya itu.

   "Ada. Memangnya kenapa? apa kau mau ikut?" Tanya ayahnya.

   "Iya." Ayahnya berada diposisi dimana dia bahagia mendengar semangat dari putrinya itu. Disisi lain, ayahnya juga takut jika terjadi apa-apa pada putrinya itu. Walaupun begitu, dia hanya mengangguk dan kembali memeluk putrinya itu. Dia tau bahwa Rai, anak dari ketua pasukan musuh dari India itu telah menyakiti hati putrinya. Tertembak pun putrinya tidak akan pernah menangis. Kau boleh kalah, tapi jangan sampai dipermalukan. Dan sekarang, Anushka tidak ingin dipermalukan dihadapan Rai. Jika membunuh Rai membuatnya tidak terlihat lemah, maka mungkin dia akan melakukannya.

###

AddictedWhere stories live. Discover now