THE HISTORY: 05

3.3K 4 0
                                    

     Anushka berhenti. Dirinya mematung menatap Rai yang berdiri di tempatnya sambil menatapnya dengan tatapan aneh. Air mata bening mulai mengalir dari pelupuk matanya. Anushka tidak dapat kembali menahan tangisnya. Walau dia membenci Anushka sebagai figur wanita yang terlihat lemah, Rai tetap memiliki rasa iba terhadapnya. Dia begitu tau rasa yang dirasakan Anushka saat terpaksa dekat dengan Rai hanya untuk Zoey. Hanya untuk mengatakan kepada Zoey bahwa mereka baik-baik saja. Rai berjalan mendekati Anushka dan perlahan-lahan mendekap tubuhnya ke dalam pelukan hangat yang diciptakan Rai. Anushka tidak pernah membenci Rai. Sungguh. Dia hanya merasa tidak enak berdekatan dengan orang yang sama sekali tidak pernah berfikir untuk menyukainya. Lebih baik dia menjauh daripada tercipta masalah yang tidak dia inginkan.

     Isaknya semakin kencang. Dikesempatan itu, dia menumpahkan segalanya ke dalam dada bidang Rai. Kekesalannya, dan semua emosinya bercampur menjadi satu. Termasuk perasaan bahagianya bisa memeluk seorang Rai. Orang yang dia taksir dari awal bertemu. Orang yang sama sekali tidak memiliki rasa suka kepada Anushka.

   "Anushka? ada apa? kenapa kau menangis?" Tanya Rai sedikit berbisik membuat kesan bahwa Rai adalah orang yang romantis.

   "Tidak ada, aku hanya...." Ucapannya terpotong oleh isaknya.

   "Hanya apa? hanya ingin menangis? bohong."

   "Hiks... aku hanya ingin menumpahkan semua kekesalanku. Aku tidak memiliki orang yang dapat aku percayai untuk menumpahkan segala emosiku. Aku yakin Zoey tidak dapat menjaga rahasia. Senjataku adalah temanku. Jadi aku menumpahkan segala emosiku kepada pedangku. Aku memainkannya seakan musuh-musuhku ada dihadapanku." Jawab Anushka.

     Jawaban dari Anushka kali ini membuat hati Rai seakan teriris. Entah kenapa, dia tidak pernah menangani masalah ini sebelumnya. Kenapa? karena dialah yang ada diposisi Anushka. Dia tidak memiliki seseorang untuk menyuarakan kesendiriannya dan dia hanya menangis untuk dirinya sendiri. Anushka masih ada dalam dekapan dada bidang Rai. Isaknya sudah mulai mengecil dan itu membuat Rai merasa sedikit nyaman.

   "Sudah selesai?" Tanya Rai serasa melepas Anushka dari pelukannya.

   "Sudah. Maaf aku menangis di pelukanmu." Ucap Anushka dengan kepala tertunduk tanda bersalah.

   "Tidak apa-apa. Kau bisa menangis kepada ku sesuka hatimu." Jawab Rai yang diberi anggukan mantap oleh Anushka.

     Sore itu, sepertinya mereka sudah bisa dicap sebagai sepasang teman dekat. Setelah kejadian itu, Rai dan Anushka jadi lebih sering bersama. Mereka tidak hanya berdua melainkan ber-tiga dengan Zoey. Ada beberapa anak perempuan yang sirik dan membicarakan mereka dan ada beberapa orang yang lebih terkesan tidak peduli. Terkadang hal yang sangat memalukan bisa menyatukan segalanya. Rai yang dulu sangat membenci Anushka, kini berubah pikiran dan memberi kesempatan kedua pada Anushka untuk menjadi temannya. Dia bahkan sangat ingat awal pertamanya masuk sekolah harus dengan instruksi dari ayahnya dan sekarang, dia bisa melakukannya sendiri dengan kekuatannya sendiri.

///

     Titik air hujan mulai turun membasahi bumi. Suara gemuruh air hujan yang berseruh jatuh ke tanah memang cukup mengganggu namun tampaknya tidak untuk seorang lelaki remaja yang sedang bertelungkup di atas kasurnya dengan sebuah buku DIary didepannya. Entah apa yang dia coretkan diatas buku itu, hal itu bisa membuatnya tersenyum-senyum sendiri. Tanpa dia sadari, dua pasang mata mengawasinya dan menatapnya heran. Ya, Dhruv, ayah dari Rai sedang mengawasi puteranya dan betapa terkejutnya dia melihat Rai yang sedang menulis sesuatu diatas buku diarynya sambil tersenyum sendiri. Seperti seorang comedian yang sedang menulis bahan untuk materi komedi yang akan dibawaknnya besok. Dhruv menampilkan tatapan bingung dan berusaha untuk menjauhkan pikiran negatifnya. Seperti... kemungkinan bahwa Rai memiliki hubungan dengan seorang perempuan?

     Dhruv sesekali hanya tertawa geli melihat tingkat putera dewasanya yang kini tengah bersikap seperti anak kecil. Jika saja dia bisa berharap, dia ingin Rai terus menjadi anak kecil dan tidak akan tumbuh menjadi dewasa. DIa sangat rindu Rai yang dulu. Saat dia masih kecil, dimana dia memandikan Rai, bermain bersamanya, menyuapi Rai, mengejarnya sampai dia kelelahan. Dia selalu melakukan apapun untuk kebahagiaannya. Dan sekarang, Rai sudah bisa membahagiakan dirinya sendiri. Bukan haknya lagi untuk mengatur kehidupan anaknya saat anaknya sudah dewasa. Disaat Rai sudah bisa menentukan pilihannya sendiri. Dhruv pergi dari hadapan kamar Rai setelah memperhatikannya cukup lama.

   "Ternyata dia sudah dewasa." Gumam Dhruv dengan seulas senyum dibibirnya. Matanya terlihat bening menandakan air mata yang sudah menumpuk dipelupuknya sudah siap untuk meluncur turun. Wajahnya baik-baik saja. Tapi sudah pasti, hatinya tidak sebaik wajahnya. Dia berusaha menepisnya sambil terus berjalan menuju kamarnya.

///

   "Hei Anushka." Sapa Zoey yang tiba-tiba duduk dibangku sebelah Anushka.

   "Hei Zoey. Dimana Rai?" Tanya Anushka tanpa basa-basi.

   "Dia ada di kantin bersama teman-temannya. Kenapa? lagipula, kapan lagi kita mendapatkan waktu bersama-sama lagi ha?"

   Anushka sedikit terkekeh dengan ucapan Zoey. "Aku rasa, dia juga sedang bersenang-senang dengan teman-temannya." Jawab Anushka lembut.

   "Hahaha... kau benar. Mmm... oh iya, ada yang ingin aku bicarakan."

   "Apa?"

   "Ini soal Rai tapi, kau harus berjanji untuk tidak mengatakannya kepada siapapun!" Ancam Zoey sambil mengacungkan jari telunjuknya. Anushka terkekeh melihat ekspresi lucu dari temannya itu.

   "Baiklah. Aku berjanji tidak akan mengatakannya kepada siapapun."

   "Kau yakin? tunggu, aku rasa kau sering membuka rahasiaku."

   "Kau yang melakukannya!" Jawab Anushka kesal. Zoey yang melakukan dia yang disalahkan.

   "Yasudah kita lanjut saja. Jadi...sebenarnya aku...." Ucapan Zoey menggantung membuat Anushka sedikit geregetan. Zoey menelan ludah. Memang cukup berat untuk mengucapkannya. Tapi asal tidak ke orangnya langsung, maka sepertinya hal itu sah saja.

   "Lanjutkan!" Pintah Anushka yang sudah sangat penasaran.

   "Aku menyukai Rai." Hanya dalam satu tarikan nafas, dia mengucapkannya. Saat itu pula perasaan Anushka terasa hambar. Hatinya bagai sedang berarung disebuah lautan yang luas dengan angin kencang yang terus meniup membawanya semakin jauh dari harapan. Siapa sangka, kalau ternyata Zoey sahabatnya sendiri menyukai Rai. Pria yang selama ini Anushka idam-idamkan juga.

     Sebuah jentikan jari membuyarkan lamunan Anushka yang saat ini sedang campur aduk.

   "Ada apa?"

   "Tidak apa-apa." Sebuah jawaban bodoh yang dikeluarkan oleh Anushka. Jelas dia tidak baik-baik saja. Dia patah hati. Dan hal itu terjadi karena sahabatnya sendiri. Tidak cukup untuk menjadi bahan bully disekolah, dia juga harus berurusan dengan patah hatinya dikarenakan sahabatnya menyukai pria yang sama dengannya. Rasanya bagai disambar berjuta-juta petir Eudora. Rasanya cukup menyakitkan.

   "Kalau tidak apa-apa, kenapa tatapanmu kosong?" Tanya Zoey yang mulai curiga melihat tingkah sahabatnya.

   "Tidak. Aku sudah bilang tidak apa-apa. Tapi... kenapa Rai?" Tanya Anushka.

   "Dia baik. DIa bisa membuat semua orang yang ada disekitarnya bahagia. Dia spesial dan dia hanya ada satu didunia. Siapapun orang yang bisa mendapatkan Rai adalah orang terberuntung didunia. Aku tekani, ORANG TERBERUNTUNG DIDUNIA! aku bahkan tidak habis fikir kalau dia mendekatiku dan berkata 'Zoey, maukah kau menjadi kekasihku?'" Jelas Zoey betrubi-tubi. Namun, Anushka sama sekaki tidak meperdulikannya.

   "Kenapa Zoey? kau berkhayal? dia akan bicara begitu kepadaku, bukan padamu!" batin Anushka.

###

AddictedWhere stories live. Discover now