Part 28

1.9K 261 29
                                    

Sabtu, 7 April 2018.

Sesuai janji, hari Sabtu aku update. Siapa yang abis malem mingguan?

Kangen babang Deon dikit-dikit dulu yaaa, biar gak bosen. Karena part berikut-berikutnya dia udah kembali lagi hueheheheh.....

Ketika denting lift berbunyi, cepat-cepat aku menghapus jejak air mata yang sempat menetes

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ketika denting lift berbunyi, cepat-cepat aku menghapus jejak air mata yang sempat menetes. Aku mengatur napas dan mendadak tercekat ketika pintu lift terbuka. Ada Deon di sana, sendirian.

Mataku mendadak membulat, hal serupa pada Deon. Dia terlihat menenteng kantung plastik supermarket.

"Ai?" tanyanya, sambil keluar dari lift dan berdiri tepat di hadapanku.

Aku berdecak pelan. "Permisi," kataku, tanpa mau menatap matanya, langsung menahan tombol lift agar pintu tidak tertutup

Dia menghadang. Badannya tak bergerak sama sekali, tangannya menahan lenganku. "Lo ngapain di sini, Ai?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. Dia memerhatikanku dari ujung rambut hingga kaki.

Aku merasa risih ditatap seperti itu, lalu menyingkirkan tangannya dari lenganku. "Bukan urusan lo!"

Aku langsung masuk ke dalam lift dan Deon berusaha menahan pintu agar tidak tertutup.

"Lo nangis? Kenapa? Bilang sama gue—"

Aku langsung menggeleng sambil tersenyum tipis—memotong pertanyaannya. Deon tidak boleh tahu apa yang kulakukan di sini.

Mungkin, Deon merasa tak ada tanggapan positif dariku, dia tak lagi menahanku dan membiarkan pintu tertutup.

Mungkin, Deon merasa tak ada tanggapan positif dariku, dia tak lagi menahanku dan membiarkan pintu tertutup

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Aku sungguh tak paham dengan pola pikir Deon. Dia yang selalu sok peduli dengan keadaanku, menggangguku yang berusaha menghindarinya, hingga membuatku muak dengan sikapnya yang tidak tepat itu.

Deon membanjiriku dengan panggilan telepon sejak aku keluar dari gedung apartemen. Dia seolah khawatir padaku dengan mengirim chat yang membuat kepalaku pusing.

Ada dua belas chat darinya yang hanya kulihat tanpa niat membalasnya.

Deon Andaresta:
Bilang sama gue, lo dimana?

Sehitam Brownies Seputih SusuWhere stories live. Discover now