Part 36

2.5K 298 24
                                    

Jantungku yang semula berdetak abnormal sudah kembali normal begitu aku melihat Mama ada di area mini bar, duduk sambil menatap layar laptop. Seperti biasa, di sana adalah tempat favoritnya sejak dulu.

"Ma ...," panggilku begitu aku ada di sampingnya. "Mama jadi nginep lagi di sini?"

Mama mengangguk sebagai jawaban. "Kamu tumben udah pulang, biasanya pulang malem terus."

Aku nyengir lebar. "Iya, tadi diajak jalan sama Deon, trus langsung pulang, nggak kemana-kemana lagi."

Mama memutar kursi bar, menghadapku. "Abis dari mana?" tanyanya dengan nada antusias.

Aku menceritakan semua aktifitasku hari ini dengan Deon. Aku menceritakan juga bahwa tadi dia menyatakan perasaannya padaku. Entahlah, aku merasa pertanyaan Mama tadi memancingku untuk bercerita. Dan anehnya, aku bisa dengan lancar menceritakan semuanya pada Mama. Mungkin dia orang pertama yang aku temui setelah kejadian tak terduga dari Deon. Dan aku sangat butuh teman cerita sekarang.

"Bagus dong, ada progres." Begitu katanya.

Aku langsung tersenyum masam. "Progres apanya, Aira malah jadi bingung."

"Bingung kenapa?"

Sadar dengan pertanyaannya yang semakin menjebakku untuk bercerita lebih dalam, aku menjauhkan diri dan berjalan mundur.

"Udah ah, Aira mau masuk kamar dulu, mau mandi. Pertanyaan Mama semakin menyudutkan."

Mama terlihat menahan tawa dengan kening berkerut. "Aneh kamu, Ra. Udah sana mandi, nanti katanya Papa mau ke sini."

Langkahku yang semula mundur-mundur, langsung berhenti di tempat. Papa mau pulang? tanyaku dalam hati.

"Mama chat-an sama Papa?" justru itu yang keluar dari bibirku. Sebuah pertanyaan yang kusadari sangat lancang.

Mama mengalihkan wajahnya dan terlihat jelas pura-pura mengalihkan perhatiannya pada laptop. "Udah sana kamu mandi, nanti kalau Papa ke sini, dia nggak ngatain kamu."

Aku menunduk. Ucapan Mama yang enggan menatapku justru membuat sesuatu dalam dadaku terasa sakit. Caranya berbicara seolah membuat keadaan bahwa tak ada apa-apa dalam keluarga kami.

Entah apakah di sini hanya aku yang merasa bahwa keluargaku hancur, padahal sebenarnya tidak sehancur itu?

Sehabis mandi, aku keluar kamar dan mendengar suara Papa dari arah dapur, terdengar perbincangan hangat dari jauh

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Sehabis mandi, aku keluar kamar dan mendengar suara Papa dari arah dapur, terdengar perbincangan hangat dari jauh.

Begitu aku sampai di dapur, aku melihat Papa masih mengenakan kemeja kerjanya, sedikit bersandar di kulkas dan memerhatikan Mama yang gantian bertukar cerita.

Dari sini, aku menahan untuk tidak menangis melihat pemandangan ini. Keduanya masih akrab dan terlihat baik-baik saja. Masih saling memandang penuh rasa yang tak tahu harus kujabarkan seperti apa. Yang pasti, keduanya masih saling menatap penuh kehangatan.

Sehitam Brownies Seputih SusuDove le storie prendono vita. Scoprilo ora