Part 10

2.3K 289 18
                                    

16Nov17

Halow, buat kalian yang sempat baca Oreology, lupakan setting tahun di sana ya, di sini berubah total. Karena di Oreology juga aku edit juga setting tahunnya untuk versi cetak (moga ajaya masih coba peruntungan). Jadi, buat sekarang yg baca SBSS, setting tahunnya ikutin tahun ini ajaya. Thankyou luv💕

Atania pernah bilang, Deon itu memang bukan tipikal orang yang bisa mengumbar perhatian dimana-mana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




Atania pernah bilang, Deon itu memang bukan tipikal orang yang bisa mengumbar perhatian dimana-mana. Bukan juga tipikal cowok yang blak-blakan dan cenderung tak tahu malu macam Zorama, bukan juga seperti Levin yang terbiasa bertingkah semaunya, konyol dan pembawaannya yang easy-going. Deon itu kaku, dan si kaku itu (kata Atania) akan luluh dengan makanan anak kekinian.

Kalau itu, aku sedikit tahu sih, beberapa kali dia jadi luwes hanya karena makanan, fotografi, dan tentu saja susu dalam kemasan. Lalu Atania juga pernah bilang, Deon itu sering banget jalan-jalan gabut hanya demi makan sushi atau sekedar nyari diskonan masakan Jepang gitu.

Iya, Atania segitu detilnya tahu bagaimana Deon. Memang, di antara kami berlima punya kedekatan masing-masing. Tidak semuanya bisa dekat sama rata walaupun sering bareng. Contoh saja aku, kemana-mana sama Levin. Bahkan aku lebih dekat dengan Levin dibanding yang lain karena aku mengenalnya sejak SMA. Begitupun Atania, dia kemana-mana sama Zorama--atau Deon. Karena mungkin yang mengerti Deon hanya Atania, pun sebaliknya, aku belum bisa memposisikan diriku sedekat itu dengannya. Salah-salah, aku yang baper--eh nggak deng, ini aku sudah baper.

Makanya aku memilih jalur aman untuk sedikit menjaga jarak dengan Deon setelah acara Dies Natalies beberapa hari lalu, karena hatiku makin kacau rasanya dekat dengan dia yang akhir-akhir ini jadi sering ngobrol via chat.

Tapi sekarang dia tetap ada di dekatku, dan aku yang gagal menjaga jarak dengannya, dia sedang meneliti brosur diskonan dari salah satu produk sushi di Mall area Jakarta, katanya mereka mengeluarkan menu baru. Dan benar, seperti yang Atania katakan, dia pemburu berat pada makanan satu itu.

"Ini pasti enak banget!" celetuk Deon tiba-tiba, membuat Zorama dan Levin yang duduk di sebelahnya langsung merapat padanya dan sama-sama memandangi brosur promo itu.

"Nggak-nggak, gue gak suka makan sushi," tolak Zorama.

"Norak!" kata Levin, sambil melempar remah abu rokok di tiang asbak. Lalu abunya jadi berceceran kemana-mana.

"Emang nggak suka, bukannya norak!"

Aku mengernyit melihat tingkah mereka yang setiap hari seperti mahasiswa urakan. Sekarang meja jadi sedikit kotor karena abu rokok yang tadi Levin lempar sembarangan. Untung saja tidak ada makanan di atas meja.

"Jorok lo, Lep, mainan ginian!" protesku.

Levin tidak mengindahkan protesku sambil menyahut. "Sok suci, padahal titisan Awkarin, penuh dosa."

Zorama dan Deon terbahak, aku mengerucutkan bibir kesal.

"Eh tapi gue serius sih kesel banget sama Jora, sushi tuh enak banget asal lo tau," kata Levin, menyambungkan kembali obrolan mereka tentang sushi yang sempat terputus.

Sehitam Brownies Seputih SusuWhere stories live. Discover now