Part 13

2.3K 279 31
                                    

09122017

Setiap malam gue selalu berdoa: semoga hidup gue tambah makmur, jodoh gue orang baik, dan pastinya kebahagiaan buat keluarga gue balik lagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setiap malam gue selalu berdoa: semoga hidup gue tambah makmur, jodoh gue orang baik, dan pastinya kebahagiaan buat keluarga gue balik lagi. Bisa nggak, sih?

Sepulangnya Deon dari rumah, aku kembali sendirian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Sepulangnya Deon dari rumah, aku kembali sendirian. Deon pamit setelah kami ngobrol banyak dan main game di ponselnya, perut pun kenyang dengan beragam junk food pesanan Deon. Sekarang masih jam 9 malam dan aku memilih masuk ke kamar, merebahkan tubuh di kasur.

Kupikir, efek pelukan nyaman dari Deon tadi sore bisa bikin aku melupakan semuanya, kegiatan nggak penting sampai jam 9 malam pun semestinya bisa menjinakkan masalahku. Ternyata nggak. Walaupun yah ... lumayan sih, ada Deon untuk melupakan sedikit beban. Sedikit banget.

Kalau sendirian gini, pikiranku sudah mulai berkelana. Tapi, aku coba mengalihkannya dengan memainkan ponsel, mengecek sosial media dan membuka aplikasi chat. Sudah malam gini, Kira dan anaknya sudah tidur belum, ya?

Penasaran, aku coba menghubunginya lewat video call. Seminggu ini aku belum mengganggu mereka melalu video call. Cukup lama aku menunggu sambungan, akhirnya ponselnya terangkat juga.

Pertama kali yang terlihat di layar adalah wajah Aldri--anaknya Kira--yang demi apapun sekarang tambah lucu. Wajahnya terlihat bingung sampai akirnya dia menyadari kalau aku melakukan panggilan video.

Dia tersenyum lebar menampilkan deretan gigi kecilnya yang sudah penuh dan rapi. Lucu banget. Kalau aku lihat Aldri gini, seketika lupa dengan kelakuan bodoh Kira yang dulu kebobolan.

"A'o, onty," sapanya. Wajahnya yang polos dan pipi gembilnya sungguh bikin gemas.

Aku menyahut salamnya dengan histeris, sampai Aldric menjauhkan ponsel Kira. Tak lama wajah Kira yang muncul dengan kerutan di dahinya dan tatapan tajam padaku.

"Ngapain lo video call? Masih inget gue?"

Astagfirullah Shakira ... kalau ngomong sarkas banget. "Ya ingetlah, masa gue lupa sama kakak gue yang paling cantik," pujiku, tapi langsung menjulurkan lidah dan mengeluarkan ekspresi jijik.

Sehitam Brownies Seputih SusuWhere stories live. Discover now