Part 26

2.1K 269 45
                                    

01 April 2018.

Sejak pengakuan Levin beberapa hari yang lalu, aku jadi agak menjaga jarak dengannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Sejak pengakuan Levin beberapa hari yang lalu, aku jadi agak menjaga jarak dengannya. Wajar, kan? Karena kupikir semua yang diucapkan Levin hanya pengakuan sebagai seorang sahabat yang pernah khilaf. Dan aku butuh waktu untuk mencerna semuanya.

Dalam chat pun, aku mengatakan bahwa aku menghampiri Kaviar setelah pertemuan kami. Tidak, aku tidak melakukan hal itu. Aku hanya bertemu dengan Kaviar di tempat dia photoshoot bersama teman-teman selebgram-nya, lalu saat Kaviar selesai akupun pulang ke rumah. Aku menolak ajakannya untuk pergi ke club malam seperti biasa, dengan alasan aku lelah hari itu.

Aku belum mengatakan bahwa hari itu bertemu dengan Levin dan bertengkar hebat. Aku tak mungkin merusak harinya, disaat dia sedang bekerja. Jadilah, aku hanya diam menemaninya dan pulang sekitar jam sepuluhan.

Agak sedikit berdosa juga sih, karena aku memilih berbohong untuk hal sepele. Ah, tapi masa bodolah. Supaya Levin juga tahu bahwa aku dan Kaviar memang sudah sangat dekat--walau akupun tak tahu apa status yang kami jalani sekarang.

Hujan lebat di luar membuatku mendesah pelan. Hampir sepuluh menit aku menunggu Kaviar di lobby. Dia bilang aku harus pulang bersamanya hari ini.

Tak lama kulihat Kaviar keluar bersama Viktor dan Kak Ora. Hari ini dia terlihat ganteng banget, nggak ngerti lagi deh. Mungkin karena dia mengenakan sweater biru dongker yang membalut tubuh atletisnyma.

"Aira!" panggil Kak Ora dari sana. Mereka langsung menghampiriku.

Aku tersenyum, Kaviar langsung mendekat padaku dan mengecup pelan keningku. Ini sumpah sih, Kaviar selalu begitu akhir-akhir ini. Melakukan skinship secara terang-terangan di tempat umum.

"Iya deh, yang sekarang udah nggak bertepuk sebelah tangan. Baru ketemu langsung cium kening," protes Viktor.

Aku memutar bola mata. "Apa sih, Vik! Bilangin aja Kavi, jangan sembarangan di tempat umum!"

Mereka tergelak. Kak Ora berpindah di sampingku sambil berbisik. "Kalo nggak di tempat umum berarti boleh ngapa-ngapain ya, Ra?"

Idih, ampun ... susah deh kalau bergaul dengan senior semacam Kejora dan kawan-kawan, sering banget membicarakan hal vulgar.

Aku langsung mengerutkan kening dan memasang wajah sok judes. "Itu mah lo sama Viktor, Kak!"

Ora tergelak, dan beruntungnya Kaviar dan Viktor sepertinya tidak mendengar, karena mereka sibuk berbincang sendiri.

"Mau kemana kita? Hujan deras banget, Ra," kata Kavi di sampingku.

"Makanya, gue juga bingung mau kemana. Area payung becek kan hujan gini."

"Mau nunggu sampai reda?"

"Iya lah, mau gimana lagi," keluhku.

"Ke tempat gue aja yuk, nanti malem kita jalan."

Sehitam Brownies Seputih SusuWhere stories live. Discover now