Chapter 9 - That call ... from Amy

Start from the beginning
                                    

***

Daniel memijat pelipisnya pelan dengan dahi yang berkerut. Ekspresi wajahnya tidak bagus, tanda bahwa pekerjaannya sedang menumpuk dan dia penat dengan semua hal ini. Lelaki itu melirik ke arah jam, dan tersenyum tanpa sadar.

Sebentar lagi makan siang, Daniel akan menyempatkan diri untuk kembali ke apartment dan makan siang bersama Margo.

Wanita itu telah berjanji untuk memasakkannya sup ayam dengan banyak saos, meski sebenarnya Daniel tak begitu menginginkan makanan itu, tapi entah kenapa karena Margo menawarinya dia jadi berselera.

Pekerjaan yang berat semenjak Gabriel pergi berbulan madu sudah menghantui Daniel belakangan ini. Karena itu, dia sering menghabiskan waktu di club untuk melepas penat dan stres.

Ah, berbicara soal club semalam Darwin memberikan Daniel kabar yang mengejutkan, hingga dia merasa ada sesuatu yang menusuk ulu hatinya.

Sampai sekarang, bayangan wanita itu masih sering datang ke dalam mimpinya. Dan setiap kali hal itu terjadi, Daniel merasa ... semuanya begitu nyata. Semua yang dia lakukan dengan Amy dulu saat remaja, kenangan-kenangan manis mereka, dan bagaimana Daniel menjalani hidup yang bahagia berdua dengannya tidak akan pernah terlupakan seumur hidup.

Lantas, bagaimana Daniel bisa melupakan jika wanita itu terus datang ke dalam mimpinya?

Bagaimana Daniel bisa melupakan kalau benaknya selalu memikirkan Amy?

Bagaimana ... dia bisa move on kalau sebenarnya sejak awal, wanita itu tak pernah pergi dari hatinya?

Daniel tidak bisa. Itu jawabannya.

Belum lagi, Margo sempat mengingatkan Daniel pada Amy. Entah dari mana miripnya, Daniel tak tahu. Tapi ketika melihat Margo malam itu, Daniel sempat merasa ditarik kembali ke masa lalu. Tempat di mana potongan demi potongan memorinya berada, mengapung tanpa arah, dan membuatnya sesak karena semuanya terlalu indah.

Ya, semuanya telah berlalu, tapi masih terbayang dengan jelas. Untung saja, belakangan ini Daniel benar-benar menganggap Margo sebagai Margo, bukan Amy, atau gadis mana pun.

Perlahan-lahan, dengan segala penantian dan kesabaran Margo, Daniel mulai memandang Margo sebagai wanita, bukan hanya kesalahan.

Dia mulai membuka diri untuk Margo karena ia mau, bukan karena terpaksa.

Kemarin, Daniel baru mau mencoba mengganti list gadis yang ia cintai, dari Amy menjadi Margo. Karena ia sempat berpikir untuk menyerah pada Amy, meski Daniel tahu menyerah bukanlah pilihan yang mudah di saat hatinya masih mau bertahan.

Untuk apa bertahan, kalau Amy sama sekali tak tergapai untuk Daniel? Dia sempat berpikir seperti itu, dan mempertimbangkan hal-hal lain. Tapi lagi-lagi, berita yang Darwin bawa menghancurkan semua niat Daniel.

Amy merampas semua perasaan Daniel lagi. Namun, meskipun demikian, Daniel merasa dia masih punya sisa 1 persen perasaan untuk Margo yang tersisa. Ya, perasaan itu tak bisa Amy tarik karena ... gadis itu sendiri tak ada kabar lebih lanjut.

Di mana ia, apa yang sedang ia kerjakan, dan sudahkah dia mencapai cita-citanya selalu Daniel pertanyakan. Dia bingung, tapi tak mau menghubungi. Ingin kepo, tapi takut sakit hati.

Posisi yang menyebalkan, bukan?

Trttt ... trttt ....

Daniel sempat terlonjak ketika ponselnya bergetar. Dia menarik napas berat karena penat, sebelum kemudian kembali melirik handphonenya.

Ah, nomor tak dikenal.

Kira-kira siapa ini? Apa Rose? Jasmine? Ruth? Atau ... gadis mana lagi yang bulan lalu ia kencani? Daniel tidak ingat.

Yang pasti kalau pun mereka menelepon Daniel, hal itu pasti bukan tentang hamil atau hal-hal yang berbau pernikahan. Karena sebelum melakukan hubungan seksual, Daniel selalu menekankan pada pihak wanita, kalau dia tak terikat pada siapa-siapa.

Dan tentang Margo ... bukankah kalian tahu kalau kejadian waktu itu adalah kesalahan?

"Halo?" Daniel menyahut ketika panggilan itu telah tersambung dengan si penelepon. Di dalam hati, dia tengah menunggu apa yang ingin disampaikan oleh orang ini.

Apakah cacian? Kutukan? Atau justru ... ajakkan untuk bermain lagi?

Well, Daniel tak tahu. Bukan sekali dua kali dia disumpahi karena sifat playboy-nya, tapi untuk sekarang dia sedang tak berminat untuk dimarahi. Kepalanya sudah cukup pusing karena berkas-berkas sialan ini.

"Hallo ... Daniel? Bisakah kita bertemu sebentar? Ini aku ... Amy."

Dan ketika mendengar suara itu, Daniel sadar, kalau 1 persen rasa cintanya pada Margo, telah direbut sepenuhnya ... oleh Amy.

***

A/n :

Ketika Margo ingin menyimpan Daniel sepenuhnya di dalam hatinya dan berusaha mendorong Kenndrick menjauh.

Tetapi, Daniel malah ... berpaling pada wanita lain :)

nyesek, coy!

***

Btw komen dong, alur cerita ini ngebosenin, gak?



Instagramku : blcklipzz (double z)

[#W2] The Bastard That I Love (COMPLETED)Where stories live. Discover now