Perjalanan Malam Hari

36 5 0
                                    

-Author's Point of View-

Beberapa hari terlewat.

Hari ini Prust sedang melakukan kunjungan ke pertanian dan pabrik bahan baku roti.

Sudah sekitar delapan jam perjalanan menggunakan bus dan tersisa beberapa jam lagi sebelum akhirnya sampai ke tempat tujuan.

Prust yang duduk di samping jendela bus menatap ke luar jendela.

"Aku tidak sabar ingin melihat pertanian disana" batin Prust dengan senyuman tersungging di wajahnya.

Tapi detik selanjutnya, ekspresi Prust berubah. Alisnya berkerut memikirkan gurunya.

"Sebenarnya apa yang sih yang laki-laki itu inginkan.."

° ° °

Saat itu, tiba-tiba saja Shion masuk ke dalam ruang guru dan menyuruh Rain bergegas pergi karena suatu hal yang mendesak.

Hari-hari selanjutnya, Rain hanya bersikap normal seperti biasa..

Ah

Normal yang kumaksud bukan berati Rain jadi bersikap biasa saja,

Ia masih tetap memarahiku kalau pekerjaanku tidak sesuai instruksinya, dan menyebalkannya terkadang ia menyentil dahiku!

° ° °

"Tapi aku tidak tahu entah hanya perasaanku atau bukan.."

Prust melirik ke sampingnya.

Rain yang sedang duduk bersilang tangan dengan handuk putih kecil di atas kepalanya,  merasakan tatapan Prust.

Rain menatap Prust, menggerakan bibirnya seolah mengatakan sesuatu.

"Bo- doh"

"!!" perempatan muncul di sudut kepala Prust, ia memalingkan wajahnya.

"Kenapa dia harus duduk disiniii??" kesal Prust dalam hati.

Selama perjalanan, sopir bus mengatakan AC  yang sejak awal dinyalakan tidak boleh dimatikan karena dapat membuat AC cepat rusak.

Para murid yang mulai merasa kedinginan,  sejak sore hari sudah menutup tempat keluarnya udara dingin yang berada di atas kepala mereka.

Semakin malam-saat semua tempat keluarnya udara dingin sudah tertutup-sialnya, Prust dan temannya yang memilih duduk di jajaran belakang tidak dapat tidur dengan tenang akibat air embun yang menetes dengan deras layaknya air hujan ke atas kepala mereka.

Semua saluran yang tertutup membuat air embun mengalir hingga ke jajaran kursi paling belakang akibat bus yang melaju kencang.

Melihat hal itu, Rain sebagai penanggung jawab bus menyuruh Prust dan temannya untuk pindah ke jajaran depan  tempat para guru duduk.

Tapi..

"Tidak terima kasih, aku baik-baik saja.." ujar Prust.

"Benarkah? Terima kasih chef !"

"He?" Prust mengedipkan matanya.

Teman Prust akhirnya pindah dari kursinya dan bertukar tempat duduk dengan Rain.

"Kau yakin lebih memilih duduk disini?" tanya Rain.

"Aku kan sudah bilang aku tidak apa-apa" ujar Prust sambil mengalihkan pandangannya keluar jendela.

Mau tidak mau, akhirnya Prust duduk bersama Rain. Gengsinya terlalu tinggi untuk menarik kembali kata-katanya.

"Sepertinya dia tahu" batin Prust.

G R O C E R I E S Where stories live. Discover now