Memanggang Roti

102 18 3
                                    

Kakiku melangkah dengan mantap menuju Lower Ground dimana toko roti temanku berada.

Tempatnya bersebelahan dengan supermarket superkomplit dan beberapa toko lain juga games arcade.

Lower Ground

Bisa dibilang lantai ini yang lebih padat pengunjung dibanding lantai yang lainnya. Belum lagi, disini kau bisa menemukan berbagai manusia dengan berbagai usia.

Toko roti sudah didepan mata. Tempatnya persis di pojok dan terhubung langsung dengan supermarket. Di dalam dan di luar toko ini disediakan tempat duduk yang disusun rapi.

"Benar-benar luas" ujarku sembari melihat sekeliling ruangan toko yang masih sepi.

Terdengar suara dari arah dapur.

"Permisi.."

"Ah, Rain! Kau sudah datang~" sapa Ruki.

Ruki adalah teman satu sekolahku. Menurutku teman perempuanku yang satu ini cukup unik. Warna rambutnya senada dengan cherry blossom.

"Ya, dimana seragamnya?" tanyaku.

"Ooh, Persis 6 menit!" Tiba-tiba sebuah  tepukan mendarat di punggungku.

"Shion.." aku sedikit terkejut lalu kembali rileks saat mendapati shion berdiri di belakangku.

Ya, yang satu ini adalah pemilik tokonya.

"Ini, cepat ganti bajumu!" ujar Shion sambil memberikan set seragam padaku lengkap dengan cengiran khasnya.

***

"Aah, pegal sekali" aku menepuk- nepuk pundakku lalu menyeka keringat yang mengalir di pelipis.

Akhirnya tenang juga..

Bukan main ramainya pelanggan yang berdatangan ke toko ini.

"Benar-benar.." aku bersender pada kursi yang kududuki. Pandanganku mengarah ke langit-langit.

Ternyata mall ini langit-langitnya cukup tinggi juga.

Aku kembali duduk tegak dan menyisip kopi yang sudah disuguhkan.

"Uh.. pahit sekali"

Mataku kini beralih pada baumkuchen.

Aku mengambil baumkuchen itu, mengamatinya sejenak dan mulai mencicipinya.

Oh.. apa ini

"Ini.. enak sekali" mataku terpana melihat baumkuchen yang kini sudah ada bekas gigitannya.

Kalau ini di rumah aku pasti sudah memakannya dengan lahap.

Tidak hanya roti, berbagai jenis cake disini pun rasanya seperti.. surga.

Bruk!

Tiba-tiba seorang anak perempuan jatuh tepat disamping mejaku.

"Oh tidak" aku beranjak dari kursi dan berlutut untuk membantu.

Anak ini mungkin tersandung kakinya sendiri saat sedang membawa nampan kue..

Kuenya kini hancur berkeping-keping.

"Uuh.." anak kecil itu terisak.

"Sudah tak apa-apa, ayo berdiri" aku mengangkat tubuhnya perlahan.

Aku menepuk-nepuk bajunya lalu memperhatikan anak perempuan itu.

Anak perempuan itu mengusap tiap air mata yang mendesak keluar dari pelupuk matanya.

Sejenak aku berpikir.

Aku meraih piring baumkuchen yang berada di atas meja dan menyodorkan baumkuchen itu padanya.

"Ambillah, ini untukmu"

"Uuh.. sniff " anak perempuan itu menatapku, lalu mengambil baumkuchen yang kusodorkan.

Anak perempuan itu mulai tenang.

"Ng..." kini ia terlihat gugup. Ia menundukkan kepalanya.

"Huh? Ada apa?" Aku memiringkan kepalaku.

"Te-terima kasih, kak!"

"...!" mataku membulat.

Sebuah kejutan.

Anak perempuan itu melompat dan melingkarkan kedua tangannya ke leherku.

"Oh.. y-ya" jawabku dengan terbata.

Seusainya, ia tersenyum lalu berlari menuju meja dimana orang tuanya duduk.

"Oho~ Rain memang pandai memikat para gadis ya" suara seseorang yang tak asing terdengar.

Aku menoleh ke belakang dan mendapati Ruki yang tengah menatapku dengan tatapan 'i see what you did there'.

Ekh..

"...tutup mulutmu" kataku sambil membuang muka.

Saat itu mataku langsung tertuju pada troley yang menganggur di pojokan.

G R O C E R I E S Where stories live. Discover now