Kacamata

15 5 1
                                    

Karena Rain mengajar di sekolah baruku, sepertinya aku akan lebih sering bertemu dengannya!

Pak Sanada bilang, Rain mengajar di kelas tambahan memasak.

Mengajar dari pagi hingga siang hari..

Ah!

"Pantas saja selama ini aku tidak pernah bertemu dengannya di ruang guru karena itu sore hari!"

Tapi..

*doom*

Kalau begitu, berarti sekarang aku sedang berada di tengah kebimbangan

Formulir untuk kelas tambahan sudah berada di depanku dan sekarang aku tidak yakin harus mencentang kotak yang mana.

"Apa lebih baik aku mencentang kotak culinary ini saja?"

Padahal aku dan Luna sudah sepakat untuk memilih kelas tambahan kimia karena itu yang paling asing dibandingkan kelas tambahan lainnya.

Apa keingintahuanku ini akan mengalahkan kesepakatan antara aku dan Luna?

Aaa, tolong aku Luna!

Tanganku tidak bergerak sedari tadi..

Ah aku tahu!

Aku harus membuat alasan bagus agar aku bisa memantapkan pilihanku pada kelas kimia!

"Sebaiknya aku menuliskannya di buku~" aku mulai mencorat-coret pada bagian belakang bukuku.

Kalau aku memilih kelas kimia, aku bisa memiliki setidaknya satu kelas yang sama dengan Luna tahun ini. Belajar kimia bersama-sama, mungkin bereksperimen gila?

Tidak, tidak itu terlalu berbahaya

Bayangkan bagaimana jadinya kalau asam atau basa pekat mengenaiku.

Ada yang bilang kecelakaan di lab itu mengerikan.

"Hii.. sebaiknya aku tidak macam-macam dengan zat kimia" aku merinding.

"Baiklah! Sekelas dengan Luna tahun ini benar-benar memotivasiku!" mataku membara dengan api semangat.

Pandanganku kembali tertuju pada buku tulisku.

"Baiklah, baiklah.. Lalu, kalau aku memilih kelas masak.." aku mulai menulis lagi.

Sret sret sret

Pensil mekanikku bergerak lancar menggores kertas.

"Mari kita lihat.."

- aku bisa bertemu Rain
- aku akan diajari cara membuat 
  roti oleh Rain
- aku suka roti
- kalau aku bisa membuat roti 
  sendiri, aku bisa lebih berhemat

.

.

.

"Ah"

Aku menatap kosong buku tulisku.

Tidak berguna!

"Mau dibagaimanakan pun juga innerku berteriak untuk ikut kelas memasak" aku berpose tak berdaya sembari menggigit sapu tangan.

"Yo, sudah selesai? Biar aku yang memasukkan ini ke kotak pengumpulan" wakil ketua murid datang menghampiriku.

"Ah, y-ya.. sebentar lagi" ucapku.

"Wah wah, rupanya kau belum menentukan pilihan?" Ia mengambil kertas formulirku dan membacanya.

"Sebenarnya aku punya dua pilihan, hahaha.." aku menggaruk pipi dengan telunjukku.

"Oh ya?"

"Ng, kelas memasak dan kelas kimia" jelasku.

Wakil ketua kelas hanya diam menatapku.

"Pfft!" dan spontan menahan tawanya yang terlihat hampir meledak itu.

"Kelas memasak masih memungkinkan karena kau perempuan, tapi kimia?? Bwahaha, jangan bercanda- tunggu. Aku bahkan tidak yakin apa kau bisa bekerja dengan benar di dapur"

Dann keluarlah kata-kata menyebalkannya.

"Apa? Kau meremehkanku ya?!" Sisi dalam diriku tidak terima dikatai seperti itu.

Tapi kemudian telunjuknya yang diarahkan di depan bibirku membuatku berhenti berbicara.

"Tahan amarahmu nona, biar aku yang menentukan takdirmu" ujarnya seraya membetulkan posisi kacamatanya.

Tsk, ada apa dengan ekspresinya yang menyebalkan itu..

Dia mengambil pulpen yang berada di saku jasnya dan menuliskan sesuatu pada kertas formulirku.

"Yosh" ia lalu membawanya pergi bersama kertas formulir yang lain.

"Eh, tu-tunggu! Apa yang kau lakukan pada kertasku?!" Aku bangkit dari kursi.

Wakil ketua berhenti di depan pintu kelas.

"Tenang saja, aku sudah memilihkan kelas tambahan yang cocok untukmu"

"Dan apa itu?" Tanyaku curiga.

Wakil ketua hanya tersenyum.

"Kelas yang sama denganku"

Dan lalu berjalan keluar kelas.

"Eeeh??!" Aku terkejut di tempat.

"Memangnya dia masuk ke kelas apa?" Tanyaku pada salah satu murid laki-laki yang duduk di sampingku.

"Kudengar ia memilih kelas mekanik"

Brak!

Aku bangkit dari kursiku.

"Mekanik?! Itu bahkan bukan salah satu dari dua pilihanku!" Aku mulai panik dan mengejar wakil ketua.

"Wakil kacamata sialan!! Kembalikan kertaskuu!!!"

Wakil ketua yang tadinya hanya berjalan cepat di koridor, setelah mendengar teriakanku langsung berlari membuatku jauh tertinggal.

"Ahaha~" ia tertawa jahil.

Perempatan muncul di kepalaku.

MENYEBALKAN

G R O C E R I E S Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang