Selesai Lebih Awal

28 4 0
                                    

-Author's Point of View-

"Maaf!" Teriak Prust sembari menundukkan kepalanya hingga bersentuhan dengan meja kantin.

"E-eh? Ada apa Prust?" Luna memegang kedua bahu Prust.

Prust menceritakan bagaimana ia berakhir di kelas mekanik.

"Ah! Aku mengerti! Jadi begitu..." Luna menumbukkan kepalan tangannya ke telapak tangan satunya lagi.

"Begitu apa?" Prust mengedipkan matanya.

"Laki-laki itu akan bersikap menyebalkan pada orang yang disukainya! Aku pernah lihat di film yang kak Moon sering tonton. Ya, pasti karena itu!"

"Apa hubungannya bersikap menyebalkan dengan perasaan suka??- Ah! Bukan itu poin pembicaraannya, Luna!"

"Dengan begitu perhatianmu tertuju padanya bukan?" Luna tertawa kecil.

Sejenak suasana menjadi hening.

".... tidak Luna. Si kacamata menyebalkan itu sepertinya memang sudah menyebalkan sejak ia dilahirkan. Aku dapat merasakannya saat pertama kali bertemu dengan orang itu" Prust teguh dengan pemikirannya.

"Ahaha~ baiklah aku mengerti" Luna hanya tersenyum memperhatikan Prust yang meyakinkan diri sendiri.

"Tapi jangan sampai kau membenci orang itu ya, Prust" Luna tersenyum.

"Tunggu, kenapa pembicaraan kita jadi mengarah kesini?" Icon sweatdrop muncul di kepala Prust.

Saat itu Rei datang membawa nampan makanannya dan bergabung duduk di meja yang ditempati Prust dan Luna.

"Hah, perutku lapar sekali. Kalian belum mulai makan?" tanya Rei.

"Kami menunggumu, hehe.." jawab Luna.

"Kau tidak makan dengan teman laki-lakimu?" tanya Prust.

"Ah, aku lebih suka makan bersama kalian saja" Rei tersenyum memperlihatkan giginya.

Akhirnya ketiganya mulai menyantap makan siang mereka.

"Oh ya Rei, kau pilih kelas apa?" tanya Prust.

"Hmm" Rei diam sebentar untuk mengunyah lalu menelan makanannya.

"Mekanik"

"Wah, berarti nanti kita sekelas ya" ujar Prust.

"Kau memilih kelas mekanik??" tanya Rei tidak percaya.

"Kenapa tidak pilih kelas memasak? Kudengar kau bisa belajar membuat roti juga disana" lanjutnya.

"Ceritanya panjang..." Prust tersenyum kecut.

***

Hari itu, kelas selesai lebih awal dari biasanya.

Prust berjalan kaki bersama Luna menuju gerbang sekolah. Mereka berencana mengunjungi kedai crepe di Y Mall.

Suara klakson mobil dari belakang membuat Prust dan Luna berhenti untuk menepi.

Prust menengok ke arah belakang. Mobil yang membunyikan klakson itu tidak maju melewatinya. Mobil itu malah berhenti tepat di samping mereka.

Jendela hitam mobil yang hampir tidak memperlihatkan siapapun yang berada di dalamnya bergeser ke bawah.

"!"

Mata Prust membulat saat mengetahui bahwa yang membunyikan klakson adalah Rain.

Prust mengedipkan matanya.

Disaat yang sama, ia melihat ada satu orang lagi yang duduk di belakang Rain.

G R O C E R I E S Where stories live. Discover now