Kecerobohan

27 6 0
                                    

"Pemandangan disini indah sekali.." gumam Prust dengan mata yang berbinar-binar.

Ia sudah sering pergi ke hutan dan gunung, tapi baru kali ini ia mengunjungi lahan pertanian.

"Memang panas sih, tapi aku suka pemandangan disini" batin Prust sembari meneguk air dari botol minumnya.

Sekarang ini, dua regu sudah berkumpul untuk mendengarkan penjelasan dari salah satu pengurus ladang gandum.

Karena Prust dan teman-temannya selesai lebih lama dari regu yang lain, tiga regu pertama sudah berada di peternakan sapi dan sekarang hanya tersisa dua regu.

Sekarang, salah seorang pengurus ladang sedang memberikan pengetahuan tentang proses tumbuhnya gandum.

"Kalian lihat roti yang bapak pegang? Terasa empuk saat diberi sedikit tekanan. Ini yang biasa dilakukan orang-orang saat membeli roti di toko untuk mengetahui kualitas roti. Roti bisa memiliki kualitas yang bagus bila dibuat dengan baik" bapak pengurus ladang menyimpan roti yang ia pegang ke atas tanah.

"Tapi apakah kalian tahu? Semua roti berkualitas yang ada diluar sana, semuanya dimulai dari kerja keras para petani di ladang"

"Hm, hm!" Prust mengangguk antusias.

"Kerja keras petani memang patut diapresiasi!" ujarnya dalam hati.

"Para petani menjaga gandum yang ada disini agar bisa tumbuh dengan sehat. Daun hijau tua, terlihat subur dan lebat. Ini pertanda gandum tumbuh dengan baik" bapak pengurus ladang membungkuk, terlihat seperti meraih sesuatu.

"Tapi saat kita lihat lebih dalam.. lihat daun ini? Memiliki sedikit warna kuning. Ini menandakan tanaman gandum terkena penyakit. Menyebabkan penurunan kualitas dan juga  pendapatan"

"Hewan apa yang biasanya menjadi hama untuk tanaman gandum, pak?" seseorang spontan mengajukan pertanyaan.

"Biasanya yang sering muncul antara lain tikus kecil, ulat dan kutu daun" jelas bapak pengurus ladang.

"U-ulat?" para perempuan sontak menjadi paranoid akan tanaman gandum yang berada di sekeliling mereka.

"AWAS ADA ULAT!" teriak salah seorang murid laki-laki.

"KYAA!!!"

"DIMANA?! DIMANA?!!"

Seketika saja para perempuan menjadi gaduh.

"Semuanya tenang!" Guru pendamping perempuan berusaha menenangkan anak-anak perempuan.

"Ah..." Rain berpalm face dan menggelengkan kepalanya.

Pengurus ladang kebingungan melihat anak-anak perempuan menjadi heboh.

"H-hei, tenang kalian" Prust berusaha menenangkan temannya yang takut ulat.

Jduk!

Tanpa sengaja bahu salah seorang perempuan menubruk bahu Prust, membuatnya kehilangan keseimbangan.

"Uwah!" Prust terjatuh ke tanah.

"Yaampun aku menduduki gandumnya!" Prust panik.

"HEI ADA RIBUT-RIBUT APA DISANA?" terdengar suara pak Sanada yang menggunakan pengeras suara dari tepi ladang.

Semuanya menjadi diam setelah mendengar suara pak Sanada.

"Tenang saja, ladang ini dirawat dengan baik. Tidak ada tikus, ulat ataupun kutu daun disini. Beberapa tanaman gandum disini sebenarnya terkena penyakit akibat hujan kemarin" bapak pengurus ladang menambahkan.

Akhirnya, para murid keluar dari ladang gandum dan melanjutkan perjalanannya.

"Maaf atas keributannya.." Rain membungkukkan sedikit badannya.

"Tidak apa-apa, hal semacam ini pernah terjadi sebelumnya" bapak itu tersenyum.

***

"Anak laki-laki memang menyebalkan!" teman Prust kesal.

"Apa boleh buat, kami butuh hiburan untuk melupakan rasa lapar" jawab salah satu laki-laki sembari mengangkat kedua pundaknya.

"Huuh makan saja rumput ini, nih!!" salah seorang perempuan mengibas-ngibaskan rumput makanan sapi ke wajah anak laki-laki itu.

Menjelang sore hari, matahari sudah tidak terasa terik.

Para murid sudah sampai di peternakan sapi dan sedang membantu memberi makan para sapi.

"Aku lelah sekali, aku ingin segera sampai ke hotel..." keluh teman sebangku Prust.

"Aku juga! setelah ini semuanya beres kan?" Prust tersenyum memperlihatkan giginya.

"Hei lihat! Disini ada anak-anak sapi!"

"Dimana?? Kyaa lucunyaa~" para perempuan antusias melihat anak sapi.

"Ayo Prust kita ikut lihat!" ajak teman sebangku Prust.

"Lihat siapa yang bicara kelelahan tadi" Prust tersenyum sembari berkacak pinggang.

"..Loh?" Prust melihat saku celananya.

Ia merasakan ada yang hilang dari sakunya.

"Gantungan kunci!" seketika Prust teringat.

"Jangan bilang gantungan kunci itu terjatuh di ladang.." gumam Prust dengan alis yang mengkerut.

"Akan kucoba untuk mencarinya!"

Terfokus untuk mencari gantungan kuncinya, Prust meninggalkan kelompok tanpa memberitahu seorang pun.

.

.

.

"Ladang pertanian ini terlalu banyak perempatan dan pertigaannya.. semoga aku masih ingat jalannya" batin Prust.

Ia berlari ringan agar bisa cepat menemukan ladang gandum yang ia dan teman-temannya singgahi sebelumnya.

"Oh! Ini dia, aku ingat batu berbentuk aneh yang ada dipinggir jalan ini" Prust menoleh ke arah ladang. Ia melepas topinya.

Tidak ada pengurus ladang tersisa. Sepertinya semuanya sudah selesai melakukan tugasnya.

"Kita tidak masuk ladang terlalu dalam, ini akan mudah!" Prust menyingsing lengan bajunya dan mulai berjongkok mencari gantungan kunci miliknya.

Tapi,

Tidak sampai satu menit, Prust bangkit.

"Tidak bisa.. Ini terlalu gelap, aku tidak bisa melihat apa-apa!" Prust cemberut.

"Sepertinya aku terpaksa harus meninggalkan gantungan kuncinya.. Aku harus segera kembali" Prust kembali, keluar dari ladang.

"Hup! Hup! Hup!" Prust berlari lebih cepat.

-on the other side-

Bus yang pagi hari di parkir di depan, sekarang sudah berpindah ke lahan parkir di belakang agar para murid tidak perlu mengambil rute yang sama untuk menaiki bus kembali.

Para guru mengecek kelengkapan muridnya sebelum melanjutkan perjalanan menuju hotel.

Semua bus sudah menyalakan mesinnya dan bersiap untuk berangkat.

Rain yang baru selesai menggunakan kamar kecil memasuki bus dan duduk di kursinya.

"Hah.." Rain menghela nafas, akhirnya ia bisa rileks kembali.

Dua bus sudah berjalan keluar gerbang.

Para murid ricuh mempeributkan kenapa bus yang mereka tumpangi selalu berada paling belakang.

"C-chef..! Chef! " Diantara keributan, salah satu perempuan tergesa-gesa memanggil Rain yang berada di barisan depan.

"Oh? Ada apa?" Rain yang tadi bersender menegakkan kembali posisi duduknya.

"P-prust menghilang.."

G R O C E R I E S Kde žijí příběhy. Začni objevovat