Bingo!

23 5 0
                                    

-Prust's Point of View-

Aku terkejut saat melihat yang berada di belakangku adalah Rain.

Ternyata yang terasa berat tadi adalah tangannya.

"Ng" aku mengangguk gugup.

"Sedikit.." tambahku.

Aku diam memperhatikan Rain.

Terlihat sekilas keringat mengalir di pelipisnya.

Nafasnya pun sedikit terengah.

E-eh?? Apa dia berlari kembali kesini?

"Ack! Aduduh!" Aku spontan mengaduh saat tangan Rain kembali menekan bagian kepalaku yang benjol.

Ia lalu mengeluarkan sesuatu dari saku kirinya.

"Disini ya.." gumamnya.

Ia mengoleskan sesuatu pada benjolan di kepalaku.

"Besok setidaknya benjolan ini akan mengecil dan berkurang rasa sakitnya" jelas Rain padaku.

"Ah, oh.. iya" aku mengangguk.

"Baiklah, kalau begitu saya permisi" ia membungkukkan sedikit badannya lalu kembali pergi.

Aku memperhatikannya hingga ia pergi keluar ruang guru.

"Eeh? Dia kembali hanya untuk mengoleskan salep pada benjolku??"

Aku benar-benar kehabisan kata-kata.

Apa dia selalu sebaik itu?

Dan ada apa dengan cara bicaranya yang tiba-tiba formal?

Aku jadi teringat insiden hilangnya barang belanjaan saat aku masih SMP dulu.

Rain membantuku mengumpulkan barang-barang belanjaan (yah, walau pun itu  karena dia yang menyimpan barang-barang belanjaanku kembali ke tempatnya), mengantarku pulang ke rumah, menjamuku makan malam, bahkan mengobati jariku yang teriris pisau.

Dan sekarang ia menyempatkan diri mengoleskan salep ke.. benjolan di kepalaku

Uwaah..

Baru kusadari, ternyata di balik wajahnya yang datar terdapat kehangatan.

"Oh!"

Seketika aku teringat akan papan nama bernamakan Sanada di jas yang Rain kenakan.

Aku berbalik kembali ke dalam ruang guru.

"Pak Sa-na-daa!!"

Pak Sanada yang hendak menyeruput kopinya terkejut.

"Pak Sanada! Bapak bisa mengandalkanku! Aku tidak keberatan sering-sering dipanggil kemari!" Aku tersenyum dengan semangat, meyakinkan wali kelasku.

"Ooh! Ya bagus kalau begitu, bapak mengandalkanmu, Prust!" Pak Sanada terlihat senang namun kebingungan.

Seperti ini adalah pertama kalinya seorang guru mendengar muridnya ingin sering-sering dipanggil ke ruang guru-yang mayoritas para murid canggung untuk berada di dalamnya.

Aku tersenyum puas.

Mengamati terlalu sulit! Aku punya narasumber untuk diwawancarai!

G R O C E R I E S Where stories live. Discover now