Kami berdua berjalan menelusuri jalan setapak taman yang di huni oleh anak-anak muda berumur sebaya dengan kami.
Tiba-tiba ingatan dan hati gua serasa terbang ke masa lalu...
Ketika gua pernah memberikan cinta kepada seorang gadis di bawah sinar bulan. Dulu kami juga melalui jalan ini sambil bergandengan tangan, sedikit bertukar cerita, lalu berbagi tawa. Tawa remaja yang indah dan penuh dengan dilema kehidupan.
Tapi sudahlah...
Masa itu tidak akan pernah kembali lagi.
Saat ini hanya tinggal cerita masa lalu yang nantinya akan hilang dengan sendirinya di telan oleh waktu.
Akhirnya kami berdua sampai di tempat untuk singgah dan memilih untuk duduk di samping kolam dengan kondisi masih sama-sama bungkam.
Melihat gaun Viola yang serba terbuka dengan cekatan gua langsung memberi kemeja flannel untuk dia pakai.
"Pake nih, La.." kata gua sembari memberi flanel.
Untuk sesaat gadis itu memandangi flanel yang gua berikan, lalu dia menerimanya dan memakainya.
"Thank you, Ja.." ucapnya dengan senyum yang terlihat lemah.
Entah kenapa untuk sesaat gua merasa kalau diri gua sangat gentle sekali karena memberikan flanel mereh bulukan.
"Mau nasi goreng plus teh botol gak?" Tanya gua menawarinya.
"Lo mau bikin gue gendut ya? Jam segini nawarin makanan.." balasnya masih dengan nada suara yang lemas tapi agak terdengar manja.
"Yaudah kalo gak mau, gua beli untuk sendiri deh.."
Gua bangkit dan mulai melangkahkan kaki.
"Mija..mau..." rengeknya.
"Katanya tadi takut gendut,"
"Maunya sepiring aja berdua...gue makan gak banyak kok,"
"Yaudah.."
Gua kembali melangkah.
"Teh botolnya juga.." teriaknya lagi.
"Iya Ola..."
Orang lagi cengeng mah bebas..
Dari pada nangisnya semakin parah, mending kemauannya di turutin.
Setelah itu gua langsung pesan nasi goreng dan teh botol. Setelah itu kembali ke sampingnya. Viola yang sejak tadi diam cuma memandang dengan tatapan kosong kepada para musisi taman Suropati yang asik memaikan biola.
Gua menghisap rokok pelan-pelan. Ikut hanyut terbawa suasana sepi beralunan musik merdu di taman ini.
Tidak lama kemudian akhirnya nasi goreng itu datang.
Agak lama juga kami menunggu nasi goreng yang siap.
Gua dan Viola mulai memakan nasi goreng tersebut.
"Tadi itu rumahnya si Roy ye?" Gua mulai mengungkit masalah tadi.
Viola hanya menggeleng sambil mengunyah nasi goreng di mulutnya yang penuh.
"Berarti rumah temen lu?" Tanya gua lagi.
Viola mengangguk sambil menyuap nasi goreng ke mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOST SEGREK
Non-Fiction(SERIAL KE DUA DARI BADJINGAN) Cerita ini hanya untuk usia 21++ Di sini banyak penggunaan kata-kata kotor dan adegan sadis/vulgar. Mohon kedewasaannya dan kebijakannya dalam menyikapi setiap chapter yang di publish. Bagi kalian yang fanatik dengan h...
Bab 39: Speechless
Mulai dari awal
