Bab 37: Ajakan Viola

Depuis le début
                                    

       Kenyank mulai memetik gitar. Di ikuti oleh nyanyian Keluarga Babi yang membawakan lagu mati menahan rindu dari Souljah. Virus Reggae memang sedang menjalar di tubuh anak-anak muda saat itu. Karena lagu yang berlambang rasta sangat pas di jiwa-jiwa kami kala itu.

       Melitha ikut menyanyikan lagu dengan ekspresi sangat menghayati. Sampai kepalanya bersandar-sandar di bahu gua sambil menyanyikan lagu Souljah tersebut. Bahkan kadang-kadang tangan anak itu melingkar di lengan gua, jika orang yang tidak kenal kami, sudah pasti menyangka kalau kami adalah sepasang kekasih yang sedang kasmaran.

       Gua sih asik-asik aja sama sikap Melitha yang seperti itu, malah seneng karena ada juga cewek yang mau deket-deket sama gua di malam minggu ini.

       Gua tidak mengharapkan apa-apa dari sikap Melitha yang nempel terus sama gua. Yang gua harap agar kekasihnya Melitha jangan sampe dateng aja! Soalnya bisa berabe kalo liat ceweknya lagi gelendotan sama gue. Bisa di guampar bolak-balik gua ini!

       Dan yang bikin hati gua senang, sepertinya Sherly agak merasa terganggu kala melihat gua dan Melitha berdekatan. Beberapa kali dia terlihat mencuri-curi pandang ke arah kami dengan tatapan mata yang kesal.

       "Mijaa..." Suara khas terdengar memanggil dari balik punggung ini.

       Gua menoleh dan mendapati Viola sedang berdiri di balik gerbang. Melitha langsung mengangkat kepalanya cepat-cepat dan melepaskan rangkulan tangannya.

       Gua melemparkan senyum ke anak itu. Lalu melambaikan tangan, menyuruhnya untuk bergabung dengan kami.

       "La! Sini! Gabung yuk!" Panggil gua.

       "Elo aja yang kesini.." jawabnya setengah berteriak.

       "Udah ke sini apa! Jangan berdiri di depan gerbang kelamaan, entar di kira satpam lu!"

       "Ye..Mija! Lo aja yang ke sini, gak mau ngalah banget sih! Lagian sebentar doang kok.." panggilnya masih kekeh tidak mau ke tongkrongan kami.

       "Yaelah ribet amat!" Protes gua sambil bangkit dari duduk.

       "Anak orang tajir sombong kaya dia mana mau gabung sama kita," celetuk Lukman tiba-tiba. "Udahlah Rom, bocah kaya gitu gak usah di ladenin, palingan elu cuma di manfaatin doang.." lanjutnya dengan nada sinis.

       Gua tidak menggubris ucapan Lukman.

       Malahan gua jadi agak merasa sedih aja mendengar kata-kata kejam seperti itu di lontarkan kepada Viola. Padahal Lukman tidak mengenal siapa Viola yang sesungguhnya.

       Sebenarnya gua tahu Viola itu bukannya sombong. Tapi dia terlalu malu untuk bergabung dengan kami, apalagi kekurangannya adalah dia tidak terlalu bisa berkomunikasi dengan orang yang baru dia kenal. Entah kenapa gua jadi memahami gadis itu setelah setahun berteman dengannya.

       "Gabung aja yuk di situ. Dari pada semedi di kamar mulu lu.." ajak gua yang sudah berdiri di depan anak itu.

       "Gak enak gue, Rom..belum akrab sama yang lainnya,"

       "Yaeilah masih kaku aja.." kata gua sambil berdecak kesal. "Ada apaan lu manggil gua?"

       Wajah gadis itu tampak ragu.

       "Hm..tadinya gue mau ngajakin lo keluar. Tapi kayanya elo lagi ngumpul-ngumpul nih, gue jadi gak enak ganggunya.."

       "Emang mau kemana?"

       "Ke daerah Kemang. Ketempat temen gue, ada urusan sedikit. Gimana bisa gak anterin gue sebentar aja?" Tanyanya sedikit ragu.

       "Hm..emang gak bisa pergi sendiri ya?" Tanya gua.

KOST SEGREKOù les histoires vivent. Découvrez maintenant