Bab 14: Wedding Party

Start from the beginning
                                    

       Ketika gua menoleh ke pesaing rendang daging ini, ternyata dia adalah seorang wanita berjilbab ungu. Matanya tampak teduh dengan bulu mata yang lentik, hidungnya mancung, dan bibir tipisnya berwarna merah muda alami, tanpa lipstick. Kulit wajahnya pun putih tanpa polesan bedak. Seakan wajahnya terus berseri kala di pandang. Dress panjang berwarna ungu itu tampak serasi dengan tubuhnya yang sedang.

       Untuk sesaat lamanya gua hanya bisa terpaku kagum melihat keindahan ciptaan Allah yang maha kuasa. Selama ini gua memang suka dengan wanita cantik, tapi kalau untuk wanita berjilbab gua kurang berminat. Tapi kali ini berbeda. Gua benar-benar terbius oleh kecantikannya yang alami.

       "Bung! Cepatlah..perutku sudah menjerit-jerit ini!" Protes Doni sembari menepuk pundak gua.

       Gua tidak mempedulikan keluhan Doni karena masih terbius oleh kecantikan wanita berjilbab yang tersipu malu.

       "Assalamualaikum.." sapa gua ramah.

       Sesaat wanita itu agak terkejut mendengar sapaan gua.

       "Waalaikumsalam.." jawabnya pelan dan ramah.

       "Nama saya Romi," entah kenapa gua langsung memperkenalkan diri di depannya.

       Wanita itu tambah terkejut lagi.

       Punggung gua di tepuk oleh Adit dengan keras. "Eh, orang gila! Elu malah kenalan di sini. Lu liat tuh, yang ngantri udah sampe grogol, goblok!"

       "Apaan sih, nyet! Ganggu aja lu!" Protes gua kesal.

       "Liat kebelakang dong, Mas Rombeng..!" Tambah Sherly dengan kesal.

       Ketika menoleh kebelakang gua terkejut, karena antrian sudah padat merayap dengan wajah-wajah kesal menatap gua.

       "Ma..maap...maap..ada sedikit kesalahan teknis," ujar gua malu-malu kepada mereka yang menganteri.

       Dengan segerah gua mengambil lauk-pauk dan langsung pergi dari lokasi tersebut. Kami berempat lantas langsung kepojok ruangan untuk menikmati makanan ini. Pandangan gua masih saja menatap gadis cantik berjilbab ungu yang sedang mengobrol dengan beberapa kawannya di ruang tengah.

       "Udahlah..lagian lo gak bakalan di lirik sama dia," ujar Sherly yang tampaknya mengetahui kalau gua tertarik dengan gadis itu.

       "Tahu dari mana lu kalo gua gak bakalan di lirik dia?" Kesal gua karena merasa diremehkan oleh Sherly.

       "Ya jelas tahu lah,"

       "Emangnya lu kenal sama dia, Sher?" Tanya gua penasaran.

       "Kenal lah. Namanya Aeyza. Sekertaris di Rohis, masih satu angkatan sama gue,"

       "Loh, dia kuliah di tempat kita juga?" Gua agak terkejut juga.

       "Iya, tapi dia anak ekonomi. Udah terkenal banget di fakultasnya. Udah banyak cowok yang deketin dia, tapi ujung-ujungnya pada nyerah,"

       Aeyza...anak Ekonomi. Hm..kok gua baru ngeliat dia ya?

       "Nyerah kenapa?" Gua semakin tertarik dengan gadis itu.

       "Denger-denger sih dia gak mau pacaran gitu. Kabar punya kabar kalau bokapnya seorang ulama besar. Jadi di keluarganya penganut ajaran Islam yang taat. Kalo di Islam kan gak boleh pacaran, tuh. Yang ada ta'arufan,"

       "Lu ngarti kaga ta'arufan, Rom??" Tanya Adit dengan nada meledek. "Ta'arufan itu bukan taruhan dalam perjudian loh! Entar elu salah sangka lagi..hahaha.."

KOST SEGREKWhere stories live. Discover now