Aduh! Selesai gua disini...
Muka gua langsung pucat.
Gua berhenti buka pintu kamar, karena takut ketahuan ada seorang cewek di dalam. Laki-laki itu berdiri dengan gagah sejauh lima meter dari tempat gua berdiri. Tattoo Naga kepunyaan gua sampai ngumpet karena kalah garang dengan tattoo miliknya. Lelaki seram itu menatap gua dengan pandangan benci dan dendam. Gua gak tahu kenapa dia sampai menatap gua seperti itu.
Punya dosa apa sih gua? Kok selama berhari-hari ini kayanya hidup gua sial terus ya! Gua sudah meninggalkan yang namanya bau kekerasan sejak lulus STM. Tapi entah kenapa dunia kekerasan selalu membuntuti gua sampai bangku kuliahan? Ahhkk!
"Heh Cil!" panggilnya dengan gaya merendahkan gua.
Wajah gua langsung mengelam.
Sialan gua di panggil CIL!
Brengsek nih orang! Emang dia doang yang punya Tattoo! Biar badan gua krempeng begini, gua juga masih melihara naga!
"Kenapa?" Balas gua singkat sambil menahan dongkol.
Mata lelaki itu langsung membelalak, dia maju selangkah mendekat ke arah gua, pandangan tajamnya masih tetap memburu. Ada desiran hebat di kepala dan sekujur tubuh gua. Semua indra di tubuh gua merespon cepat, kalau ada hal berbahaya yang akan mendekat. Dengan gerakan otomatis gua mundur kebelakang.
"Heh, maksud lu apa bukain pintu gerbang?!" tanya preman itu.
"Karena ada yang ngetok," jawab gua singkat.
"Eh, beneran bego nih orang," ujarnya seakan muak dengan gaya gua.
Gua masih diam saja ketika di bilang bego. Jujur gua gak mau ada masalah sama anak sini, jadi gua coba menahan emosi.
"Lu anggep kostan ini kaya penjara, Cil!" lanjutnya dengan gaya di sangar-sangarin. "Lu itu anak lantai bawah, bentengnya anak lantai atas. Jangan lu bukain pintu buat orang luar, Dongo! Makan temen lu!"
Benteng? Emangnya kostan ini, lu kira benteng Takeshi? Lagi pula sejak kapan gua punya temen kaya lu? Mimpi punya temen kaya lu, gua juga ogah!
"Sorry aja..tapi gua bukan satpam! Apa lagi temen lu?" Jawab gua gak mau kalah gertak.
"Apa lu bilang??" Melotot mata preman bertattoo itu lalu dia mulai maju mendekati gua.
"Kuping lu budek sampe gak bisa denger gua ngomong apa barusan?" Gua pun ikut maju dan siap untuk baku hantam di koridor ini.
Tidak lama datang lagi dua orang teman preman itu dari atas. Yang satu rambutnya pendek keriting, berwajah arab.
"Santai bang..." kata anak yang berambut kriting itu sambil menahan langkah preman yang ingin menyecar gua. Anak yang berambut kriting itu langsung masuk ke tengah-tengah kami berdua.
Anak berambut keriting itu menatap gua dengan datar. Gua masih menerka-nerka apakah anak ini mau nyecar gua juga atau mau mendamaikan kami.
"Lu anak baru ya?" Tanyanya dengan nada datar.
"Iya. Gua anak baru,"
"Nama gua Rizky, panggilan gua Arab. Gua anak lama di kostan ini,"
"Nama gua Romi," balas gua singkat.
"Nah, yang itu Dani pangilannya Kenyank, temen sekamar gua," katanya sambil menunjuk anak di sebelah preman bertattoo itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOST SEGREK
Non-Fiction(SERIAL KE DUA DARI BADJINGAN) Cerita ini hanya untuk usia 21++ Di sini banyak penggunaan kata-kata kotor dan adegan sadis/vulgar. Mohon kedewasaannya dan kebijakannya dalam menyikapi setiap chapter yang di publish. Bagi kalian yang fanatik dengan h...
Bab 6: Kost Segrek!
Mulai dari awal
