River Flows in You

560 26 1
                                    

Hujan menabrak genteng rumah tua bercat putih yang hampir dipenuhi rayap. Suara berisik dan angin dingin menyelimuti rumah reot tersebut. Pintu kayu berderit, menandakan seseorang membuka pintu. "Aku pulang..." ucap seseorang sambil melepas jas hujannya, namanya Kim Taehyung. Beberapa menit ia berdiri, namun tak ada balasan. Ia pun masuk ke dalam rumah. "Ibu... Ayah...?" serunya lagi sedikit keras. Ia langkahkan kakinya menuju ke kamar orangtuanya. Ketika ia membuka pintu, bisa ia lihat ayahnya yang sedang tertidur lelap. Ada bekas peluh di sana, menandakan ayahnya baru saja pulang dari pekerjaannya yang amat berat. Taehyung tersenyum tipis.

"Taehyung..." tiba-tiba suara lirih wanita paruh baya terdengar di telinga Taehyung. Taehyung membalikkan badannya dan mendapati ibunya dengan banyak kerutan di wajahnya. "Hey, sayangku. Anak ibu yang paling tampan ini sudah pulang ternyata. Ayo, makanlah. Ibu baru saja selesai masak," ucap wanita itu lembut. Matanya menunjukkan kelelahan yang sangat. Taehyung mencium tangan ibunya lalu ia berlalu menuju dapur.

Taehyung mengambil nasi dengan rakus. Bahkan hampir seluruh nasi di mesin penanak nasi ia pindah ke piringnya. Namun tiba-tiba ia mengingat wajah orangtuanya yang lelah. Jadi, dengan ikhlas ia mengurangi porsinya. Taehyung pun membuka tudung saji makanan, ia melihat tempe, telur dadar, dan sayur bening. Ia bersyukur setidaknya ia masih mempunyai lauk untuk melengkapi gizinya. Setelah selesai, Taehyung menuju ke kamarnya. Ia memang lebih suka makan di kamarnya seorang diri daripada di meja makan.

Saat Taehyung melewati kamar kedua orangtuanya, langkahnya harus terhenti karena ia mendengar teriakan Ibunya dari dalam sana. Tangan Taehyung yang memegang gelas dan membawa piring bergetar, ia menggigit bibir bawahnya. "Pasti Ayah dan Ibu bertengkar lagi..." ia menghela nafas pelan. Taehyungpun menguatkan hatinya lalu memutuskan untuk melanjutkan langkahnya. Tapi, "PLAKK!". Terdengar sebuah suara tamparan dan tangisan ibunya yang semakin menjadi-jadi. Taehyung memejamkan matanya erat dan menggeleng-geleng tak tentu arah. Ia tidak ingin mendengar itu lagi. Ia pun mempercepat langkahnya dan berusaha masuk ke kamar. Hatinya begitu sakit, ditambah lagi kata-kata Ayahnya yang sempat ia tak sengaja dengar, "Lalu mau kau apakan anak-anak kita, HAH? Makan tanpa gizi seperti itu! Aku tahu hutang-hutang kita sudah terlalu banyak! Sungguh akupun takut jika para renternir itu membunuh kita semua karena tidak sanggup membayar hutang. Tapi bagaimana lagi kita bisa mendapatkan uang? Sejujurnya, aku sempat ingin bunuh diri namun aku memikirkanmu, aku memikirkan Taehyung, aku memikirkan TaeHo. Bagaimana nasib kalian jika kutinggalkan?". Suara ayahnya terdengar bergetar di akhir. Taehyung menghentikan langkahnya kembali. Ia berhenti tepat di depan pintu kamarnya. Matanya memerah dan bahunya gemetar menahan tangis. Taehyung memutuskan untuk kembali ke dapur. Ia meletakkan piringnya yang belum sempat ia sentuh ke dalam tudung saji. Ia hanya membawa segelas air menuju ke kamarnya.

Sesampainya di kamar, Taehyung mengunci pintu kamarnya dan meletakkan gelasnya di samping laptop merahnya. Ia mencari pil anti depresan yang ia beli tanpa resep dokter, illegal memang. Tapi biarlah, ia hanya ingin membebaskan dirinya dari rasa sakit yang membelenggu. "Suatu saat nanti aku tidak akan membutuhkanmu lagi, wahai pil" gumam Taehyung pelan nan ambigu.

Ia menghempaskan tubuhnya di atas kasur dengan kasar. Taehyung berbaring melihati langit-langit kamarnya yang mulai retak karena hanya ditutupi triplek tipis. Iapun memejamkan matanya rapat, lalu bersamaan dengan itu, setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya yang indah. Taehyung memiringkan tubuhnya menghadap tembok dingin. Lalu ia meringkuk sambil memeluk gulingnya erat dengan kedua kakinya. Setelah itu, ia mengambil bantalnya dan meletakannya di atas wajahnya. Taehyung menekan bantal itu ke wajahnya kuat-kuat hingga terasa sesak. Namun sungguh, yang ia ingin hanyalah meredam isakannya. "Kenapa dunia begitu jahat pada orang-orang sepertiku? Tuhan, tolong aku..." hatinya bergumam sakit. Seluruh tubuhnya bergetar menahan tangis. Taehyung terus menangis pilu seperti itu hingga berjam-jam, hingga ia tertidur. Sore itu, Taehyung tertidur dengan lidahnya yang terus-menerus meminum asinnya air mata kehidupan hasil muara sungai kecil di atas pipinya yang pucat.

[vkook/kookv] collecionTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon