I hate my life... (Last Letter)

655 50 3
                                    

2 tahun kemudian...

Jeon Jungkook, mahasiswa universitas Yeongguk, berumur 20 tahun sedang berkutat dengan tugasnya di atas kasurnya. Lampu redup, suara gesekan kertas yang dibolak-balik, desah lelah, dan peluh yang menetes dari dahi pemuda itu menunjukkan betapa depresinya ia dengan tugas-tugasnya.

"Astaga!" decaknya kaget ketika ia sedang serius menatapi layar laptopnya namun harus terlonjak karena bahunya ditepuk oleh seseorang. Itu adalah penyelamatnya, pahlawan dalam hidupnya. Tidak lain dan tidak bukan, Kim Taehyung. Cengiran tanpa dosa datang dari wajah malaikat laki-laki itu.

"Santai saja, Kook. Jangan dibuat serius," ucap pemuda berkulit tan itu lalu mendudukkan dirinya di samping Jungkook yang sedang mengacak rambutnya frustasi.
"Santai bagaimana sih, hyung? Tugas ini tinggal seminggu lagi dan aku masih saja harus mencari banyak referensi. Ini membuatku gila, seriously!" Jungkook menutup matanya, meredam amarah.

"Kau lucu sekali jika sedang serius begini. Tapi aku juga tidak tega melihatmu frustasi seperti itu. Mau ku bantu?" Taehyung menaik-turunkan alisnya.

"Tidak, hyung. Kau sudah selalu membantuku mengerjakan tugas-tugasku, sudah cukup aku merepotkanmu selama ini. Tidak lagi," Jungkook menatap Taehyung serius dengan perasaan bersalah. Taehyung terkikik, ia tidak menyangka pemuda di hadapannya ini amat polos. Ia membantu Jungkook karena atas kemauannya sendiri, lagipula membantu orang lain memang prinsip hidupnya sedari kecil. Ia selalu mendapatkan kebahagiaan tersendiri di hatinya ketika berhasil membantu orang lain.

"Tapi aku membantumu karena kemauanku sendiri, Kook. Bukan paksaan darimu. Aku tulus melakukannya. Aku ingin meringankan bebanmu. Mengertilah, kumohon~" Taehyung merajuk pada Jungkook. Jungkook merasa bagian paling atas hatinya menghangat. Karena dasar hatinya sudah dalam kondisi terbakar sekarang—semua akibat perlakuan Taehyung padanya yang amat manis. Jungkook takut, jika ia lama-lama dekat dengan Taehyung, bisa saja ia terkena penyakit diabetes.

"Ah, kau ini bagaimana sih, hyung? Kau kan dosenku, juga yang memberiku tugas ini. Bagaimana bisa kau memberiku beban lalu membantuku? Kau aneh," Jungkook menggelengkan kepala lalu kembali fokus pada layar laptop.

"Maaf, tapi jika boleh jujur aku menyesal memberi tugas seberat ini pada mahasiswa ku jika saja aku mengerti di awal bahwa mereka semua akan menjadi sepertimu seperti sekarang ini—frustasi," tatapan Taehyung menurun, ia sedih.

"Baguslah jika kau sadar, hyung" Jungkook berkata tak acuh namun dengan nada bercanda.

"Ya! Jeon Jungkook!" Taehyung melemparkan bantal di sampingnya pada Jungkook. Jungkook berhasil menepis bantal itu. "Hehe, tidak kena. Weeek," Jungkook tersenyum jahil lalu menjulurkan lidahnya. "Dasar anak nakal," Taehyung gemas. Ia mengunci pergelangan tangan Jungkook lalu membaringkan Jungkook dan menindih yang lebih muda. Taehyung menggelitiki tubuh Jungkook dengan keji. "Rasakan ini. Tidak boleh seperti itu pada yang lebih tua, dasar!" Taehyung terus menggelitiki Jungkook. Jungkook tertawa terpingkal-pingkal dan seperti kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri. "Maaf, hyung. Maaf. Tidak akan kuulangi—bahahahah—lagi, hyung. Kumohon—bahahahaha. Maafkan aku, TAEHYUNG HYUNG HAHAHAHAH STOOOP" Jungkook tidak bisa berhenti tertawa karena ia memang mempunyai kulit yang sensitif. Jungkook tertawa seperti tiada hari esok.

Oh, betapa ia berharap ia bisa selamanya seperti ini bersama Taehyung.

Menikmati waktu bersama, hanya berdua saja.

[vkook/kookv] collecionWhere stories live. Discover now