[Two-shots] Jam 4 (Ending 2; mors sola)

1.1K 65 5
                                    



Jam delapan malam. Suara roda koper yang diakibatkan bergesekan dengan lantai bandara terdengar di sekitar ku. Suasana ramai penuh dengan orang-orang yang sibuk mengejar waktu mengisi ruang gedung yang kini sedang ku pandangi. Dulu aku begitu menyukai bandara, karena membuatku memikirkan akan betapa senangnya berada di pesawat. Menikmati indahnya langit biru dari jarak dekat. Menikmati burung-burung yang terbang dan terlihat indah dari jendela pesawat. Namun kini aku benci suasana itu. Aku tidak ingin meninggalkan Seoul. Tempat di mana aku dilahirkan, tumbuh, dan berkembang sedari dulu. Tempat di mana aku bisa mengenal sosoknya, orang yang telah mengubah hidupku 180 derajat. Tempat di mana aku menghabiskan waktu bersama dia, Kim Taehyung. Kini aku harus meninggalkan semua itu. Kini aku harus membabat habis semua memori itu. Kini aku harus menghapus semua kenangan itu.

Aku menghembuskan nafas kasar selagi kudengar pengumuman keberangkatanku. Setengah jam lagi pesawat yang akan membawaku ke California akan berangkat. Segala macam peristiwa bersama Taehyung terputar di otakku bagai rekaan film.

"Taehyung... Please, be happy and be fine without me" ucapku membatin. Aku tersenyum miris, mengetahui kenyataan bahwa tidak segala keinginan dapat terwujud sesuai kemauan. Nothing is impossible in this world, eh? Bohong. Kebohongan indah yang dulu diucapkannya sangat ingin kupercaya, namun sayangnya realita seakan menamparku keras.

Aku memutuskan untuk berdiri dari dudukku di kursi tunggu. Aku ingin ke kantin untuk membeli snack, setidaknya agar aku tidak bosan saat berada di dalam pesawat.

"Ayah, Ibu... Bisakah aku ke kantin? Aku ingin membeli beberapa roti," ucapku pada kedua orang tuaku yang berada di sampingku. Mereka memang mengantarkanku hingga ke bandara. Kedua orangtua ku mengangguk dan tersenyum. Aku membalas senyuman mereka dengan senyum keterpaksaan. Ini menyakitkan. Aku harus tersenyum saat hatiku sedang ditusuk ribuan jarum. Itu tidak enak.

Aku melangkahkan kaki ku menuju kantin bandara dengan langkah berat. Aku melihat ke sekitar bandara, sebentar lagi aku akan meninggalkan Seoul. Sulit dipercaya. Aku mendendangkan lagu V dan RM BTS yang berjudul 4 o'clock sambil tetap berjalan menuju ke kantin. Lagu ini seakan menohokku keras. "Where are you~ Oh, you~ Why are you crying? You and I are the only ones here~ Me and you~ Oh, you~" lagu ini adalah lagu favoritku dan Taehyung. Kami sering menyanyikannya bersama saat dulu. Aku tersenyum kecil ketika tidak sengaja mengingat kenangan indah itu.

"The sun suffocates me~ ~ I can't help it, there's no other way~ beneath the moonlight~ I call you moonchild~ We are the children of the moon~ I breathe the cold night air~ ~" Eh? Aku melihat ke sekitar. Sial, tidak ada orang di sekitarku. Sepertinya aku sudah gila. Tadi aku mendengar seseorang menyanyikan lagu 4 o'clock dan suaranya sangat mirip Taehyung. Bagus, sekarang aku mulai berhalusinasi.

Sesampainya di kantin, aku segera mengambil beberapa roti dan minuman. Ku bayar di kantin dengan terburu-buru karena kulihat jam tanganku sudah menunjukkan jam delapan lebih dua puluh empat menit. Satu menit lagi pesawat akan berangkat.

"Ayah... Ibu... Aku berangkat," aku mencium telapak tangan ayahku dan ibuku. Mereka mengelus kepalaku dan memelukku bergantian. "Hati-hati, Kook" kata Ibuku. Aku mengangguk lemah. Aku pun menggeret koperku ke arah pintu masuk menuju pesawat.

Sesampainya di dalam pesawat, aku tidak bisa menahannya lagi. Aku begitu merindukan Taehyung. Setelah aku duduk di kursi pesawat, ku buka buku diariku. Ku baca satu persatu semua tulisanku dengan teliti. Di sana terdapat kenangan-kenanganku bersama Taehyung. Saat kami pergi ke pantai untuk pertama kali, saat kami pergi ke taman hiburan, saat kami menaiki roller coaster atau biang lala. Dan tentu saja wajahnya yang ketakutan saat menaiki itu semua. Aku tertawa kecil membayangkan itu semua dan hendak menutup diari itu tetapi tanpa sengaja dua foto terjatuh dari balik halaman diariku.

Foto-foto ini. Foto yang diambil Jimin, teman sekelasku dan Taehyung saat dulu sekolah kami mengadakan study tour. Tiba-tiba memori masa kecilku terbangkit kembali. Aku teringat kembali saat Taehyung begitu senang mengerjaiku pada saat SMA. Tiba-tiba dadaku terasa sesak, tenggorokanku sulit mengambil nafas. Dadaku begitu nyeri. Mataku panas, dan akhirnya setitik cairan bening lolos dari kedua kelopak mataku. Aku menggigit bibir ku, mencoba menghentikan semua memori indah namun menyakitkan ini. Bahuku bergetar hebat, kupejamkan mataku erat-erat. Berusaha menghapus wajah Taehyung dari pikiranku. Tapi percuma, karena semakin aku berusaha melupakannya semakin senyumannya menghiasi pikiranku.

"Kenapa, Tuhan? Kenapa kau mentakdirkanku mencintainya jika hanya untuk kau takdirkan aku berpisah dengannya? Apa salahku? Kenapa kau memberi perasaan ini? Kenapa dari tujuh puluh miliar orang di dunia ini harus aku dan dia?" aku memukul pelan dad...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kenapa, Tuhan? Kenapa kau mentakdirkanku mencintainya jika hanya untuk kau takdirkan aku berpisah dengannya? Apa salahku? Kenapa kau memberi perasaan ini? Kenapa dari tujuh puluh miliar orang di dunia ini harus aku dan dia?" aku memukul pelan dadaku yang terasa begitu nyeri. Tiba-tiba aku merasa tubuhku dipeluk seseorang. Cepat-cepat ku buka mataku, tapi aku tidak bisa melihat wajah orang ini. Aku berusaha melepas pelukan orang asing tersebut. Dan aku bisa merasakan kaosku basah, orang ini menangis. Tanpa sengaja indra penciumanku menghirup aroma vanilla. Aku membelalakkan mataku.

"T...Taehyung?" tanyaku dengan suara amat pelan. Namun ku yakin orang ini mendengarnya. Orang tadi melepaskan pelukannya. Dan mataku melihat sebuah keindahan. Mata elang, alis tebal, hidung mancung, dan bibir merah. Itu miliknya, itu Taehyung. Aku terpaku sementara waktu. Semua begitu sulit untuk dicerna otakku. Apa orang yang dilihat otakku ini benar-benar Taehyung? Ataukah aku hanya berhalusinasi? Atau bahkan, aku sudah gila? Aku mengerjapkan mataku beberapa kali. Dia tidak hilang.

"Kook?" itu suaranya. Benar, ini dia!

"TAEHYUNG!" aku berteriak saking senangnya. Beberapa orang di pesawat melihatiku aneh. Aku meminta maaf. Orang-orang itupun kembali pada aktivitasnya masing-masing. Ku lihat Taehyung tertawa kecil melihat tingkah bodohku. Aku segera memeluk Taehyung. Ia membalas pelukanku.

Aku melepaskan pelukan, "Bagaimana bisa kau ada disini, Tae?".

"To prove you if nothing is impossible in this world, my angel"jawabnya dengan senyuman manis. Aku tersenyum balik sambil tidak henti-hentinya mengucapkan syukur pada Tuhan dan minta maaf karena baru saja kusalah-salahkan dalam hati.

"Kau akan ke California juga? Tapi... Untuk apa?"

"Aku akan kuliah di sana, aku mendapat beasiswa. Kau tahu? This feel's like destiny,"

"Thanks, God. Tadi kudengar seseorang menyanyikan 4 o'clock di bandara. Apa itu kau?" tanyaku ragu. Taehyung berekspresi kesal, "Iya! Masa kau tidak mengenali suaraku, huh? Aku selalu mengikuti dan mengamatimu diam-diam saat di bandara,". Aku tertawa kecil, "Sorry, dear. Aku pikir saat itu aku hanya halusinasi because I missed you so much and I think my brain's not working correctly,". Taehyung tersenyum manis lalu menautkan jemari-jemarinya pada jemari-jemariku. Dia duduk di sampingku dan menyenderkan kepalanya pada bangku pesawat. Aku mengikutinya dan tersenyum diam-diam. Tanpa sadar, kami berdua tertidur tanpa sengaja. Tertidur dengan tangan yang saling bertaut satu sama lain. Di dalam pesawat yang akan membawa kami pergi dari Seoul. Ke California. We're meant for each other and nothing can separate us. Mors Sola.

***

"Breaking News! Pesawat xxx dari Seoul, Korea Selatan yang akan menuju ke California pagi dini hari mengalami kecelakaan. Dilaporkan bahwa sayap pesawat bagian kiri rusak dan terbakar. Penumpang dilaporkan tidak ada yang selamat termasuk para awak pesawat,"

END

Edit (harusnya Jungkook bilang gini:D); Tanpa sadar, kami berdua tertidur tanpa sengaja. Tertidur dengan tangan yang saling bertaut satu sama lain. Di dalam pesawat yang akan membawa kami pergi dari Seoul. Ke Surga.

semogataekookbahagiadisurgayakarenakalodiduniamerekaditatapianehjikabersamalol.

[vkook/kookv] collecionWhere stories live. Discover now