FATE (The Hobbit!AU) ; part 3

239 21 2
                                    


            Jungkook menghentikan pacuan kuda putihnya. Ia memutuskan untuk mengamati sekitarnya dengan cermat. Ia merasakan sesuatu mengikutinya. Jungkook pun tersenyum, namun ia mengambil pistolnya dan langsung menghadap ke belakang. Jimin terkesiap dan menunduk. Kuda coklat Jimin tak kalah kaget, kuda itu memancal ke depan hingga Jiminpun terjatuh. Jungkook segera tertawa, ia berhasil mengerjai Jimin.

"Ya! Kenapa kau di sini? Ayah akan sangat marah," Jimin langsung menegurnya.

"....euhm...." Jungkook hanya berdehem, tidak yakin harus menjawab pertanyaan Jimin dengan apa.

"Kau tahu Orc sedang dalam masa kejayaannya, 'kan? Bukankah kau bersamaku saat kita berdua sama-sama melihat peta ramalan di perpustakaan? Harusnya kau tahu itu," lanjut Jimin mengoceh. Jungkook mengangguk pelan.

"Kau tidak akan bisa mengalahkan Orc sendirian," Jimin menghela nafas frustasi. Jungkook tersenyum begitu manis sebagai jawaban.

"Kau tahu aku akan datang, bukan?" Jimin melanjutkan monolognya. Jungkook tertawa, "Benar. Aku yakin pangeran akan datang mengikutiku,". Rasanya Jimin hendak marah dan menembak kepala laki-laki di hadapannya ini sekarang juga. Namun melihat senyuman manis laki-laki itu membuatnya lemah. Hanya seorang Jungkook yang membuat hidupnya berarti. Ia selalu berharap bahwa Jungkook akan membalas perasaannya, suatu saat nanti. Pasti.

"Istirahat sebentar, Pangeran. Aku ingin melakukan suatu hal," Jungkook pun turun dari kudanya. Ia membuka tasnya, yang terdapat secarik surat berwarna kecoklatan dan pena berbulu serta tinta hitam sebagai pelengkap. Dengan Jimin yang menatapinya dari kejauhan, Jungkook mulai membubuhkan tinta hitam pada surat itu.

Jimin yang penasaran pun mulai mendekat pada Jungkook secara diam-diam. Ia membaca tulisan Jungkook dengan cermat. Ia emosi, tubuhnya bergetar. Setelah Jungkook selesai menulis surat, Jimin tak kuasa untuk tak berkomentar.

"Apa yang kau rasakan pada makhluk bertelinga runcing itu tidak nyata." Jimin mendecih. Jungkook segera melihat ke belakang ia menemukan Jimin di belakangnya, menatapinya dengan tatapan datar. Jungkook pun memasukkan surat itu ke tasnya.

"Aku mencintainya," balas Jungkook singkat. Diam-diam Jimin mengepalkan tangannya erat, seakan ia ingin menguliti hidup-hidup laki-laki di hadapannya ini. Namun tak mungkin ia sebodoh itu.

"Tahu apa kau soal cinta? Kau hanyalah remaja yang tidak tahu apapun selain bertarung. Dia bangsa peri, kau manusia. Kalian tidak akan mungkin bersama. Kau tahu cerita leluhur kita yaitu Aragon dan istrinya, Arwen? Ketika kau mati, maka Taehyung yang abadi, akan selamanya hidup dalam penderitaan. Seperti kesetiaan Arwen pada Aragon yang menyakitkan, Taehyung akan selalu mengunjungi tubuhmu yang dari tahun ke tahun semakin membusuk." Jimin berucap pedas. Ia pun kembali menaiki kuda coklatnya. Meninggalkan Jungkook yang sakit hati akan ucapan Jimin. Jungkook terdiam. Jantungnya berdenyut sakit. Namun Jungkook tetap berusaha tegar. "Sudah, mari kita lupakan ini Pangeran" Jungkook tersenyum menutupi rasa sakit hatinya. Ia pun kembali menaiki kuda putihnya. Jimin memimpin di depan, Jungkook mengikuti di belakang. Mereka pun melanjutkan perjalanan.

***

Sementara itu, para peri kebingungan. Mereka kebingungan untuk memilih melanjutkan perjalan dengan membawa Taehyung atau meninggalkan Taehyung. Karena jika ditelisik lebih jauh lagi, racun itu sepertinya sudah semakin menyebar. Membuat Taehyung semakin parah. Sedangkan di sisi lain, mereka harus segera pergi ke kaum serigala untuk meminta bantuan melawan kaum manusia lalu mengambil pedang leluhur mereka yang tercuri. Sialnya, mengingat bahwa Taehyung sedang melipur lara seperti itu membuat mereka semua bingung.

"Taehyung, sebaiknya kau tinggal di sini..." ucap Jin tegas.

"Apa? Hhh~ Jadi kau bilang kau akan meninggalkanku?—akh!" Taehyung memprotes dengan sekuat tenaga. Badannya yang makin pucat dan lemah seakan membuatnya sulit untuk berbicara juga.

[vkook/kookv] collecionHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin