FATE (The Hobbit!AU) part 4 (End)

367 17 5
                                    

Mereka berdua telah melewati hutan, menyebrangi sungai, bahkan membelah pegunungan. Sesampainya di kerajaan para penyihir, Jimin dan Jungkook segera memapah Taehyung bersama-sama. Mereka masuk ke dalam kerajaan. Raja kaum penyihir—Taeyong, terperangah. Ia melihat Jimin, anak dari sahabatnya, Jung Hoseok. "Ada apa ini?" Taeyong bertanya penuh khawatir.

"Bisakah kau sembuhkan dia? Ia temanku. Dan sedang terluka cukup parah. Racun dari panah morgul milik Orc sedang menggerogoti tubuhnya," jelas Jimin terburu.

"Astaga... Ini sudah parah. Baringkan ia di kamarku," Jungkook segera membaringkan Taehyung yang lemah ke atas kasur Taeyong. Jimin dan Jungkook mulai sedikit menjauh dari Taehyung. Membiarkan Taeyong bekerja dengan tenang.

Tangan Taeyong terangkat, mengambang di atas wajah Taehyung yang tertidur. Tangan itu seolah menari-nari mengikuti mantra-mantra yang diucapkan Taeyong. Setelah itu Taeyong mendaratkan telapak tangannya di dahi Taehyung dengan keras. Membuat Taehyung terbangun sekaligus menjerit seketika. Wajah Taehyung terlihat sedang menahan rasa sakit. Nadi-nadinya muncul begitu jelas, keringat mengucur dari pori-porinya, badannya gemetaran. Lalu ia muntah, memuntahkan cairan berwarna hijau yang menjijikkan. Kedua dahi Taehyung mengkerut, terlihat jelas Taehyung yang amat menderita. Jungkook panik, namun ia tetap menahan dirinya untuk membiarkan Taeyong mengobati Taehyung. Suasana terasa begitu mencekam. Kerajaan yang tadinya hening berubah. Lolongan jerit Taehyung seolah membelah telinga yang mendengarnya. Sebuah jeritan akan kesengsaraan.

"ARRRGGH!!!" Taehyung menjerit sekali lagi. Taeyong terus menguncapkan mantranya, lalu ia menamparkan tangannya ke leher Taehyung. Membuat Taehyung muntah lagi. Dan kini lebih banyak. Taeyong berhenti merapalkan mantra. Ia menyuruh penjaganya untuk mengambil sesuatu sambil tangannya kembali menampar leher Taehyung berkali-kali, "Jaesuk, tolong ambilkan cairan biru di tempat rahasiaku. Cepat!". Jaesuk segera berlari, menuruti permintaan Taeyong.

Taehyung terus saja memuntahkan cairan kehijauan yang seakan tidak habis-habis. "Racun itu telah memakan Taehyung," jelas Taeyong pada Jimin dan Jungkook yang menatap Taehyung khawatir. "Lalu bagaimana? Tolong selamatkan ia. Ia sangat berarti bagiku," Jungkook memohon dengan sangat. Wajahnya mengeras dan tangannya merepal. Matanya berkaca-kaca, namun ia tetap berusaha terlihat kuat.

"Ini, Tuan Taeyong" Jaesuk datang lalu segera memberikan cairan ungu dalam botol kecil tersebut. "Berdoalah semoga cairan ini berhasil membantunya," Taeyong mengambil cairan itu. Ia teteskan cairan itu setetes ke mulut Taehyung yang terbuka. Setetes demi setetes telah diberi. Taehyung berangsur membaik, ia sudah tidak muntah ataupun wajahnya sudah tidak memperlihatkan raut kesakitan lagi. Namun wajahnya makin pucat. Taehyung mengamati sekitarnya. Ia bisa melihat sosok Jimin dan Jungkook, juga satu orang asing yang sedang mengamatinya balik.

"Ini aneh," ujar Taeyong bingung.

"Aneh bagaimana?" Jimin penasaran.

"Tidak biasanya cairanku bekerja begitu cepat. Ada yang tidak beres," Taeyong masih berusaha menemukan jawaban atas pertanyaannya di dalam kepalanya sendiri.

"Taehyung, apa yang kau rasakan? Apa kau baik-baik saja?" Jungkook segera berlari mendekati Taehyung, tidak perduli pada pembicaraan antara Taeyong dan Jimin. Ia meraih tangan Taehyung dan menggenggamnya erat, seakan tak mau kehilangan sosok di hadapannya itu.

"Jungkook..." Taehyung memanggil nama Jungkook lirih dengan bibirnya yang pucat. Matanya terlihat sayu. Seakan merasakan kelelahan yang sangat.

"Ya?" Jungkook menjawab sambil tersenyum manis, walaupun matanya masih berkaca-kaca. Ia berusaha mati-matian untuk tidak menangis di hadapan semua orang—apalagi Taehyung. Taehyung terbatuk lagi, untungnya tidak parah.

Jungkook mengingat sesuatu, ia merogoh ke dalam tasnya. Ia memberikan Taehyung surat yang ia tulis beberapa hari yang lalu;

 Ia memberikan Taehyung surat yang ia tulis beberapa hari yang lalu;

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Taehyung, kamu orang yang telah kucari selama ini. Baru kutemukan definisi hampa, yaitu tanpamu di sampingku. Kamu mengajarkan ku banyak hal baru. Tentang kehidupan, lebih banyak dari yang pernah ayahku ajarkan. Tentang cinta, lebih banyak dari yang pernah ibuku ajarkan. Tentang kebaikan, lebih dari yang pernah Pangeran Jimin ajarkan. Dengan ini, aku, Jeon Jungkook. Menyatakan bahwa aku mencintai Kim Taehyung. –Jeon Jungkook"

Taehyung membacanya. Hatinya menghangat. Ia tersenyum lemah, lalu ia mengisyaratkan Jungkook untuk mendekat padanya. Jungkook pun sedikit merendahkan tubuhnya. Ia bisa merasakan deru napas Taehyung di telinganya, Tangan Taehyung menutupi mulutnya yang mulai membisikkan sesuatu, ia memastikan Taeyong dan Jimin tidak bisa membaca gerak bibirnya.

"Mela en' coiamin," ucap Taehyung lalu tersenyum lemah. Senyumannya yang manis perlahan memudar. Matanya perlahan menutup, dan tangannya terkulai lemas begitu saja.

Jungkook bingung, "Aku tidak tahu, apa artinya?". Lama ia menunggu, tak segera ia mendapat jawaban. Jungkook pun menjauhkan dirinya, ia melihat Taehyung yang terpejam damai. Ia mengecek nadi Taehyung, tidak ada detakan. "tidak-tidak-tidak-tidak!" Jungkook menggelengkan kepalanya berkali-kali sambil ia menggoncang-goncang badan Taehyung.

Jimin menghampiri Jungkook, "Ada apa, Jungkook? Tenanglah, tenang".

"Pangeran... T... Taehyung... Denyut jantungnya tak terasa, Pangeran" jawab Jungkook terbata. Ia seakan kehilangan daya topang tubuhnya, kakinya melemah. Ia hampir saja terjatuh jika Jimin tidak sigap menahan badannya. Jungkook membiarkan tangisannya turun bagai air terjun.

Taeyong pun menghampiri Taehyung yang sudah membujur kaku. Ia menggelengkan kepalanya prihatin. "Tidak heran ia mati. Racun itu sudah mengkonsumsinya. Sudah menyerap dan mengalir bersama darahnya ke segala penjuru tubuh. Racun itu sudah tersebar begitu parah, dan kita terlambat. Cairanku hanya bisa menahan laju racunnya, bukan menghilangkannya. Aku minta maaf, aku turut berduka cita." Taeyong menjelaskan dengan pelan. Lalu ia keluar dari pintu, membiarkan Jungkook, Jimin, dan mayat Taehyung mempunyai momen bersama yang terakhir.

Sejujurnya Jimin tidak terlalu terpukul akan kematian Taehyung. Ia hanya sedih melihat Jungkook, orang yang berharga dalam hidupnya mengalami kejadian buruk seperti itu. Dimana orang yang dicintai mati di depannya. Jimin memeluk tubuh Jungkook erat, membuat Jungkook mau tidak mau membalikkan badan dan membelakangi mayat Taehyung. Jimin melakukannya agar Jungkook tidak melihati mayat Taehyung terus-menerus yang tentu saja menyakitkan hati Jungkook sendiri.

"Aku tidak ingin ia dibakar..." Jungkook berucap di sela-sela tangis.

"......jika ini cinta, aku tidak ingin itu terjadi. Bantu aku mengakhiri penderitaanku... Tolong bantu aku, Pangeran..." Jungkook melanjutkan ocehannya.

Jimin melepaskan pelukannya pada Jungkook. Ia menatapi Jungkook lekat-lekat. Jimin hapus air mata Jungkook yang terus-menerus mengalir.

"Mengapa ini terasa sangat menyakitkan?" tanya Jungkook pedih sambil memejamkan matanya erat-erat.

"Karena itu nyata..." balas Jimin singkat.

***

-The End? :)

[vkook/kookv] collecionWhere stories live. Discover now