Episode 23: Festival.

1K 117 1
                                    

.

.

.

"Hei! Dimana alat jahit yang ku simpan?"

"Dimana Paku dan alat lainnya?"

"Hei! Jangan main-main dan cepat kerjakan!"

Suara ramai dari murid-murid yang disibukan terdengar. Siang ini para murid Konoha benar-benar bersemangat. Itu dikarenakan festival seni yang merek tunggu, tinggal menghitung jari. Semua bekerja keras untuk mensukseskan acara sekolah mereka.

"Hinata bisa kau bawakan kardus ini?" salah satu murid perempuan berseru. Ia menyerahkan dua buah kardu pada Hinata. "Setelah itu coba cek kostum yang sudah selesai."

"Eh-ah! ba-baik!"

"Oi Hinata! Jangan lupa kita ada latihan di aula!" Kiba berseru saat melihat teman lavendernya hendak keluar kelas.

Hinata membalasnya dengan anggukan. Dirinya terlalu lelah walau hanya untuk bersuara. Selama persiapan, dia tidak menyangka akan begitu merepotkan. Tidak hanya latihan drama, ia juga dimintai tolong teman-temannya. Mengerjakan ini dan itu, dan tanpa sadar hal itu membuatnya langsung tertidur begitu tiba di rumahnya.

Manik lavender Hinata terlihat tidak fokus. Deru nafasnya tidak beraturan setelah ia menyelesaikan tugasnya. Saat ini ia tengah menyendiri di taman belakang sekolah. Kabur lebih tepatnya, karena ia sudah tidak tahan untuk bersandar dan mengambil nafas panjang.

Suara langkah terdengar, mengalihkan atensinya dan bertemu dengan manik biru laut. Naruto tersenyum tipis, di kedua tangannya terdapat minuman dingin. Remaja pirang itu menghampiri dan menyerahkan salah satunya ke Hinata.

"Te-terima kasih..." Hinata menerimanya namun tak berani menatap langsung mata Naruto.

Sementara pemuda itu duduk di samping Hinata, dan meminum jus kaleng miliknya. Sepi menyelimuti, tanpa ada salah satu yang berniat membuka suara. Keduanya menikmati semilir angin yang terasa lembut dan sejuk.

"Kau tidak apa-apa?" Naruto berujar tanpa menoleh.

Hinata hanya menatap minuman kalengnya, tanpa ada niat untuk menjawab. Baginya pertanyaan Naruto sangat sulit untuk untuk dijawab. Manik biru laut itu akhirnya melirik, jelas ia tahu bahwa gadis itu memaksakan dirinya. Salah satu tangannya terulur, berniat menyentuh rambut panjang itu dan mengusapnya lembut.

Namun, ia kembali menarik tangannya dan menaruh kepalan tangannya di sampingnya. Naruto tidak tahu, bagaimana ia harus bersikap. Hinata memintanya untuk tidak bersikap baik padanya, namun yang ingin ia lakukan adalah memeluknya, memanjakannya.

Naruto menghela nafas pelan, "Sebenarnya pemilihan Romeo dan Juliet itu disabotase oleh Sakura."

Manik lavender itu mengerjap, Hinata sontak menoleh menatap Naruto dengan mata melebar. Pemuda itu kembali berujar tanpa menoleh ke Hinata.

"Dan anak-anak sengaja membuatmu sangat sibuk akhir-akhir ini." Manik biru laut itu akhirnya melirik. Mempertemukan kedua mata berbeda warna itu. "Mereka melakukannya, agar kau tidak punya waktu untuk bersedih."

Kedua manik lavender itu berkilat, bibirnya terkatup rapat. Mencoba mempertahankan dirinya agar tidak terisak. Hinata kehilangan kata-kata, hatinya terharu dengan apa yang sudah teman-temannya lakukan. Dan seketika ia merasa bersalah karena sudah kabur dan bersembunyi di sini.

Naruto tertawa pelan, "Pasti kau menyesal karena bolos."

Gadis itu menggeleng cepat, ia beranjak tiba-tiba dengan wajah gugup. "A-aku tidak bolos! Cu-Cuma istirahat sebentar!"

The Red FoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang