Episode 12: Awal dari Takdir, Bagian 2.

1K 132 3
                                    

Suara tepuk tangan terdengar riuh dari para bangsawan. Mereka semua sangat menikmati dan terpukau dengan penampilan Hinata. Gadis berusia lima belas tahun itu tersenyum kecil, agak malu dengan perhatian yang ia dapatkan. Hinata membungkuk dalam untuk memberi penghormatan yang terakhir, sebelum ia berjalan menuju teman-temannya. Manik lavendernya sempat melirik sekilas pada sosok lelaki yang memperhatikannya dalam diam. Manik coklat dengan pancaran hangat khas kehidupan.

"Syukurlah..." gumam Hinata, senyum bahagia tidak bisa ia tutupi begitu melihat sosok Pangeran Yahiko terlihat lebih baik dari sebelumnya.

Kurenai serta gadis-gadis lain segera berlari menghampiri Hinata. Mereka tampak antusias untuk memberi selamat pada Hinata. Selain penampilan solo-nya berhasil, ada sesuatu yang tidak mereka mengerti dari tarian gadis itu. Mereka semua merasakan perasaan hangat serta merasa badan mereka ringan, seolah apapun beban yang tengah mereka emban, berangsur hilang. Tarian serta nyanyian yang sama, tetapi entah mengapa terasa berbeda kali ini.

"Hinata-chan, kau hebat!" seru salah satu dari mereka.

Gadis manis itu mengulum senyum tipis, rona merah mulai samar terlihat di pipi putihnya. Hinata membungkuk singkat, "Terima kasih..."

Kurenai dan Mei menatap anak didiknya penuh bangga sebelum keduanya menepuk kedua pundak Hinata. Senyum lebar mereka berikan pada Hinata, membuat gadis itu semakin menunduk malu dengan senyum kecil di sana.

"Setelah ini giliranku, aku akan melakukan yang terbaik!"

Seruan dari gadis yang seumuran dengan Hinata terdengar. Pemilik marga Hyuuga itu tersenyum cerah pada temannya. Kedua tangannya terkepal di depan dada, memberi gestur 'semangat' pada gadis dengan rambut pirang panjang di depannya.

"Kau pasti bisa Ino-chan!"

"Un, aku tidak akan kalah darimu Hinata-chan!"

"Kalau kalian semua bisa menampilkan yang terbaik, malam ini aku akan mentraktir kalian semua." Mei berujar tiba-tiba yang sontak membuat para gadis itu menatapnya penuh binar. "Di rumahku," sambungnya kemudian dengan senyum jail dan langsung mendapat seruan protes dari anak didiknya.

Hinata tertawa kecil bersama Kurenai dan Mei. Saat mendengar suara seseorang memanggil Ino, gadis itu segera merapikan pakaiannya lalu melangkah menuju panggung. Mereka semua kembali duduk untuk menonton tarian Ino. Hinata mengambil tempat di barisan depan, duduk bersebelahan dengan Kurenai. Gadis manis itu tersenyum kecil melihat teman baiknya menarik nafas guna menghilangkan rasa gugupnya.

Saat musik mulai mengalun, Ino memulai tariannya dengan perlahan dan lembut. Sudut bibir Hinata semakin ia tarik, melihat betapa anggun sosok perempuan yang sudah menjadi teman dekatnya selama setahun belakangan ini. Saat manik serupa bulan itu tanpa sengaja melirik pada balkon bercat kuning keemasan itu. Atensinya tertuju pada sosok dua bangku kosong di samping kiri, tempat Raja berada. Tempat duduk dimana Ratu dan Pangeran Yahiko semula berada.

...

Riuh tepuk tangan terdengar begitu tarian dari penari sanggar Terumi selesai. Hinata yang berdiri di barisan belakang tersenyum lebar. Setelah memberi hormat kepada para bangsawan, manik ungu muda itu menatap sekelilingnya dengan binar kebahagiaan. Hari ini seakan menjadi hari bersejarah baginya, karena belum tentu ia bisa menginjakkan kakinya di Istana megah ini lagi. Rombongan shirabyoshi itu berjalan teratur menuju ruangan yang disiapkan untuk mereka. Untuk mengganti pakaian mereka dengan yukata serta merapikan riasan dan peralatan mereka.

Mei bersama dengan Kurenai terlebih dahulu pergi untuk menyapa, serta mengucapkan terima kasih kepada Raja karena telah mengundang mereka. Setelah selesai, kedua instruktur muda itu menghampiri anak didiknya untuk memberitahu bahwa sudah waktunya mereka pulang. Rombongan shirabyoshi itu terbagi menjadi dua baris dan berjalan teratur melewati lorong dan Istana menuju tempat kereta kuda menanti mereka.

The Red FoxWhere stories live. Discover now