Episode 20: Ketika benang menjadi kusut.

1K 121 2
                                    


"Ace Konoha adalah yang pertama!"

Kiba berseru keras begitu ia sampai di kelas. Hampir seluruh anak-anak di kelas sontak menoleh ke arahnya. Pemuda dengan gigi taring yang sedikit menyembul itu tersenyum lebar, namun tak lama karena seseorang memukul kepalanya dari belakang.

"Kau terlalu berisik, Kiba." Shikamaru yang sejak tadi memang ada di belakang pemuda itu menggerutu pelan. Pemuda dengan rambut nanas itu menguap lebar, ada kantung mata di wajahnya. "Aku mau tidur, jadi pastikan kau tidak berisik sampai guru datang, mengerti!"

Kiba mengusap kepalanya sambil berdecih pelan, "Tidur terus kerjaanmu, apa yang kau lakukan setiap malam sih?" sebelah alis Kiba naik dengan senyum jahil di wajahnya. Pemuda pecinta anjing itu merangkul Shikamaru dengan senyum mesumnya. "Jangan bilang, kalau kau tiap malam menonton sesuatu yang berbau ecchi, hm?"

Sekali lagi Shikamaru memukul kepala Kiba, membuat si empunya mengaduh keras.

"Hei, kau mau membuatku jadi bodoh, hah?!"

"Percayalah, aku justru berharap bodohmu itu hilang, Kiba."

"Dengan cara memukul kepalaku terus? Gagar otak, sih, iya!"

Sebuah suara erangan terdengar, memotong adu mulut antara keduanya. Kiba mengernyit heran begitu tahu siapa pemilik erangan itu. Manik coklatnya menatap lurus pada sepasang manik biru laut yang tampak tidak fokus.

"Tumben kau sudah datang, Naruto."

Pemuda pirang itu mengacak rambutnya yang sudah berantakan sebelum tersenyum samar. "Yah, aku kebetulan bangun pagi hari ini. kau sendiri tidak ada latihan pagi hari ini?"

Kiba duduk di kursinya yang letaknya di depan Naruto, sementara Shikamaru sudah duduk di tempatnya yang letaknya di pojok kelas. Pemuda berambut coklat itu tersenyum cerah sembari mengibaskan tangannya.

"Hari ini kami libur, jadi bagaimana kalau pulang nanti kita main ke game center?"

Manik biru laut itu seketika berbinar. Oh, dia selalu suka dengan game center. Tempat dimana anak manusia menghabiskan waktunya disaat senggang. Dengan semangat, Naruto mengangkat tangannya seperti anak kecil.

"Aku mau!"

Pemuda coklat itu menyengir lebar, dan saat ia melihat sosok Hinata yang baru datang. Laki-laki itu segera beranjak dan menepuk pundak Hinata.

"Hei, Hinata! nanti pulang sekolah kami mau pergi ke game center, kau mau ikut?"

Gadis keturunan Hyuuga itu tampak berpikir sejenak. Lalu tanpa sengaja ia melirik ke arah Naruto yang ternyata sedang memperhatikannya. Tanpa diminta ingatan tentang kejadian semalam, berputar di benak Hinata. Membuat wajah gadis itu memerah dan diserang kegugupan.

"I-i-itu... a-aku rasa a-aku bi-bisa i-ikut..."

Sebelah alis Kiba terangkat melihat Hinata yang tiba-tiba berubah gugup. "Kau tidak apa-apa? Kalau kau tidak enak badan, jangan memaksakan diri."

"Eh, ti-tidak! aku baik-baik saja kok Kiba-kun!" ujar Hinta yang mulai salah tingkah.

Pemuda itu masih menatap Hinata dengan curiga. Meski dia tidak sedekat Tenten dan Neji, ia masih teman sejak kecil Hinata. Jadi sudah sewajarnya pemuda itu merasa khawatir dengan sikap Hinata, belum lagi wajah gadis itu cukup merah hingga menandingi warna apel.

Kiba menyibak poni Hinata pelan dan menempelkan kening mereka untuk memastikan suhu badan Hinata. Gadis manis itu sedikit tersentak, agak kaget dengan tindakan Kiba. Belum sempat gadis itu berujar, seseorang tiba-tiba menariknya dari belakang.

The Red FoxWhere stories live. Discover now