Episode 5: Di bawah Bulan Purnama.

1.8K 228 6
                                    

Sepasang lavender menatap penuh penasaran pada sosok di depannya.

Sosok anak kecil dengan rambut hitam dan mata biru. Anak kecil itu duduk di bawah pohon rindang, sendirian dan tampak kesepian.

Gadis kecil dengan rambut biru malam, mulai melangkahkan kakinya menuju anak laki-laki misterius itu.

Namun baru sampai langkah ketiga, seseorang menepuk bahu dan menahan langkahnya.

"Kaa-sama?"

Wanita muda dengan rambut serupa dengan gadis kecil itu menggelengkan kepalanya. Istri dari Hyuuga Hiashi berjongkok lalu memeluk putri kecilnya.

"Dia bukan manusia, Hinata-chan."

Hinata memiringkan kepalanya, "Apa dia arwah?"

"Ingatlah baik-baik, Hinata-chan. Di antara para arwah, mereka yang bisa menyentuhmu... adalah yang paling berbahaya."

.

.

.

Bruk!

Rasa sakit yang Hinata kira siap ia tanggung, ternyata tak pernah datang. Gadis berumur lima belas tahun itu membuka kedua matanya dengan sisa tenaga yang ia miliki.

Bola mata lavender itu memantulkan sosok yang tidak ia kenali. Sosok laki-laki dengan topeng rubah serta memakai jubah berwarna putih dengan kobaran api di pinggirnya.

"Si-siapa?" Hinata bertanya pelan.

Sosok misterius itu menatapnya, topeng yang ia kenakan membuat Hinata tidak tahu seperti apa wajahnya. Namun ada satu hal yang Hinata tahu, ia kenal dengan rasa hangat dan kenyamanan dari pelukan pemuda ini.

Dengan hati-hati, pemuda misterius itu menyenderkan punggung Hinata di dinding. Lalu mengalihkan tatapannya pada Kiba. Remaja yang dirasuki oleh sesuatu yang tidak dikenal itu membalikkan badannya.

Tatapan dingin kembali hadir di mata coklat Kiba, " Siapa kamu? Jangan mengganggu! " Kiba melemparkan sesuatu dari balik jaketnya.

Pemuda itu mengadahkan kepalanya saat dari atas, ribuan hujan jarum siap menikamnya tanpa ampun.

Dalam sekali hentakan, ia melompat tinggi lalu mengibaskan tangan kanannya. Sapuan angin kuat membuat laju jarum-jarum terhenti lalu berbalik arah hingga menancam pada dinding-dinding di sekitar.

Tenten menatap kejadian di depannya tidak percaya. Kiba melompat mundur saat sosok itu mendarat di depannya. Tangan kanan ia kibaskan, lalu entah darimana jarum-jarum kembali muncul di sela-sela jarinya.

"Jangan mengganggu rubah kecil, atau kau akan ku bunuh!"

Keheningan menjawab ancaman Kiba. Tatapan dingin dan tajam seolah tak berarti bagi si pemakai topeng rubah. Pemuda itu hanya lurus menatap ke arah Kiba tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.

Badan Kiba menegang saat pemuda itu mengangkat tangan kanannya.

"Lupakan gadis itu, tidak akan ku biarkan kau menyentuhnya walau seujung jari pun." Suara berat dan sedikit serak menjadi pemecah dalam keheningan.

Telapak tangan yang terulur ke arah Kiba, dengan perlahan, aura mengerikan menguar dari seluruh tubuh pemuda misterius itu. Rasa takut serta was-was mulai muncul hingga membuat Kiba tanpa sadar melangkah mundur.

Aura yang berwarna orange bercampur dengan gumpalan merah darah serta tekanan penuh intimidasi, membuat Kiba sadar. Bahwa sosok di depannya tidak main-main dengan ucapannya. Peluh mulai turun membasahi kening Kiba, lalu tiba-tiba saja remaja rambut coklat itu tertawa kecil.

The Red FoxWhere stories live. Discover now