Episode 11: Awal dari Takdir, Bagian 1.

1.4K 137 1
                                    


Tiga Ribu Tahun yang lalu, dimana daerah Konoha berada masih dikenal sebagai Negara Api. Negara yang cukup damai tanpa adanya peperangan serta terbagi menjadi beberapa daerah yang dikuasai para bangsawan. Desa Sawah Padi termasuk desa kecil yang sedang berkembang dengan banyaknya hasil pertanian serta kerajinan tangan yang cukup terkenal. Desa sederhana yang berdampingan dengan gunung-gunung, serta menyembah Dewi padi.

Disalah satu rumah kecil dengan dinding yang terbuat dari bambu. Aroma masakan menguar dari balik jendela yang terbuka. Sebuah suara merdu yang tengah bersenandung juga terdengar dari seorang gadis manis berusia lima belas tahun. Seorang gadis manis dengan rambut biru gelap serta memakai yukata bercorak bunga lavender.

Dari balik pintu yang terhubung dengan ruang makan, seorang wanita paruh baya menghampiri anak gadisnya. Wanita paruh baya yang memiliki rambut panjang sepunggung seperti putrinya, hanya saja ia memiliki rambut coklat gelap. Hyuuga Hikari tersenyum tipis meski gurat lelah terlihat walau samar.

"Apa yang sedang kau masak?"

Gadis dengan manik serupa bulan itu menolehkan kepalanya sebelum tersenyum manis pada Ibunya. "Ikan goreng, apa Ibu sudah lapar? Tunggu sebentar, sarapan sebentar lagi siap." Hyuuga Hinata, anak semata wayang Hikari berujar lalu dengan hati-hati mengangkat ikan tawar yang kemarin ia tangkap.

Hikari mengangguk paham lalu memperhatikan anak perempuannya sebelum cukup terkejut dengan besarnya ikan yang Hinata masak. "Besar sekali! Apa ikan di sungai sedang berpesta?"

Hinata tertawa geli mendengarnya, gadis manis itu menggeleng pelan. "Teman-temanku membantuku menangkap mereka," ujar Hinata dengan senyum manis masih terukir di sana.

Wanita paruh baya itu manggut-manggut lalu membantu putrinya memotong sayur. "Jangan lupa berikan beberapa ikan itu untuk teman-temanmu. Berkat mereka kita jadi bisa menikmati ikan segar dan besar ini."

"Iya Bu."

"Lalu kapan kamu mengenalkan mereka pada Ibu?" Hikari kembali berujar, tanpa menyadari gerakan tangan Hinata yang berhenti.

Gadis dengan rambut biru gelap itu kembali memotong bawang sebelum menjawab Ibunya. "Mungkin nanti, mereka berasal dari desa seberang dan mereka juga cukup sibuk." Hinata berujar, berharap alasannya bisa diterima Ibunya.

Hikari menghampiri Hinata lalu memberikan sayuran yang sudah ia potong kecil-kecil. Wanita paruh baya itu kembali mengangguk mengerti. "Ya sudah, tapi ingat, kalau mereka ada waktu ajaklah Naruto-kun dan Haku-kun untuk mampir kemari, mengerti?"

"Un, aku mengerti Bu."

...

Setelah selesai menikmati sarapan, Hinata pamit untuk pergi ke sungai untuk mencuci pakaian. Tidak lupa gadis indigo itu membawa keranjang yang berisi makanan untuk kedua sahabatnya. Langkah kecil Hinata menyusuri jalan setapak dengan banyaknya pohon-pohon rindang serta kupu-kupu yang terbang seakan menari. Senandung pelan kembali Hinata lantunkan, sembari menikmati mentari pagi yang baru menanjak naik.

Saat pemilik manik lavender itu sampai di tepi sungai. Senyum Hinata merekah dan berlari kecil menuju sebuah batu besar di depannya. Langkahnya berubah menjadi pelan dan berjinjit, mengendap-endap untuk mengejutkan seseorang di sana. Seseorang yang sudah sedari kecil menjadi teman berharganya. Hinata berusaha menahan diri untuk tidak tertawa sebelum ia melompat sembari merentangkan kedua tangannya.

Namun raut wajahnya kini berubah heran, tidak ada siapapun di sana. Tidak ada rambut kuning di sana, tidak ada manik biru laut yang melebar di sana. Hinata menghela nafas pelan, mungkin temannya itu belum datang. Dengan hati kecewa, Hinata berbalik dan hanya untuk dikejutkan oleh kehadiran seseorang.

The Red FoxWhere stories live. Discover now