Episode 18: Like Before.

1K 129 1
                                    

Genggaman dari kulit yang selalu dingin. Menyejukan sekaligus menusuk hati bagi pemilik gadis bersurai merah muda. Manik hijau jernih itu pasrah dan hanya menatap genggaman tangan serta punggung pemuda bermarga Uchiha di depannya.

Pemuda itu terus menariknya melangkah entah kemana. Sampai wajah Sakura membentur punggung tegap itu dan membuatnya meringis pelan. Matanya menyipit tajam, mendelik kesal pada Sasuke yang berbalik dan memandangnya acuh.

"Jadi, berikutnya apa?"

Pelipis Sakura terasa berkedut mendengarnya, "Maaf?"

"Berikutnya kau mau naik apa?" tanya Sasuke memperjelas pertanyaannya. Masih dengan tampang acuh serta kurangnya ekspresi.

Sakura menghembuskan nafas pelan, seharusnya ia sudah terbiasa dengan tingkah ajaib Uchiha Sasuke. Bagaimanapun sudah hampir sepuluh tahun Sakura mengenal pemuda di depannya. Jadi sudah seharusnya dia mengerti kalimat pendek yang dilontarkan manusia di depannya ini.

"Terserah, kau yang menarikku dari tadi."

Kali ini giliran pelipis Sasuke yang berkedut, "Kau yang dapat tiket ini."

"Lalu? kau juga datang, berarti kau tertarik untuk bermain."

"Tidak, aku hanya bosan di rumah."

Sakura mencoba mengatur emosinya dan tersenyum ceria. "Baiklah, kalau begitu kita main arum jeram!"

"Tidak, nanti bajuku basah."

"Um...Istana boneka?"

"Aku bukan bocah."

"Rumah hantu?"

"Terlalu gelap."

"Halilitar?"

"Kita sudah main itu tadi."

Gadis musim semi itu mengepalkan kedua tangannya, "Lalu kita main apa?" Sakura ingin mengerang putus asa. Dia sedang tidak ingin berurusan dengan Uchiha bungsu satu ini. Bagaimanapun dia masih dalam tahap 'menata hatinya'. Tapi entah kenapa pemuda di depannya ini justru seakan tengah memancing emosinya.

"Lebih baik aku balik dan mengajak Naruto untuk menemaniku bermain." Sakura berujar ketus dan berbalik.

Namun belum sempat ia melangkah, tangan besar Sasuke menahan lengannya. Sakura memutar kepalanya cepat dengan delikan tajam. Mencoba memerintahkan pemuda itu untuk melepaskannya lewat tatapan tajam yang ia berikan. Namun sekali lagi, Sasuke tidak bergeming.

"Aku datang kemari bukan untuk bermain, tapi untuk bicara denganmu."

Delikan dari mata hijau itu mengendur, berganti dengan tatapan heran dan penasaran. Sebelum berubah lagi menjadi sendu dan tegas. Sakura berbalik dan melepaskan cengkraman tangan Sasuke sebelum menatap lurus pemuda di depannya.

"Kalau hal yang mau kau bicarakan adalah tentang perjodohan kita. Tenang saja, aku sudah melakukannya." Ucap Sakura tenang, gadis manis itu tersenyum tipis sebelum berujar lagi. "Aku sudah membatalkan perjodohan kita."

Situasi saat ini adalah hal yang paling ingin Sakura hindari. Semenjak Sasuke sembuh dan sudah bersekolah kembali, Sakura tidak pernah sekalipun mengunjungi pemuda ini. Gadis itu selalu berusaha untuk menjaga jarak serta mencoba untuk tidak sendirian dengan Sasuke. Karena dia tahu, hatinya belum siap untuk semua ini.

"Lagi pula jika dipikir kembali, rasanya kuno sekali. Dizaman seperti ini masih melakukan perjodohan, seakan aku gadis yang tidak laku." Sakura tertawa kecil, kaki jenjangnya melangkah kecil. Membawanya pada sebuah pohon rindang dan ia bersandar di sana.

Sasuke menatap gadis musim semi itu dalam diam, mata hitamnya tidak lepas dari sosok Sakura. Ada sesuatu yang terasa mengganjal di hatinya, sesuatu yang membuatnya gelisah dan tidak tenang. Sesuatu yang membuat hatinya sedikit sakit dan penat. Namun pemuda itu tidak mengerti, selama ini dia menjauhi gadis itu karena ia kesal dengan keputusannya yang mau saja menurut dengan keinginan orang tua mereka. Namun... sejak ia terbangun di rumah sakit dan tidak menemukan sosok gadis musim semi itu di dekatnya.

The Red FoxDonde viven las historias. Descúbrelo ahora