Episode 19: Alasan dan Masa Lalu.

1K 120 2
                                    

"Aku ingin bertemu denganmu... Hinata-chan..."

Sentuhan yang terasa dingin di pipinya, jemari yang panjang itu menelusupkan rambutnya ke belakang kuping sebelum menarik dagunya untuk maju. Mungkin tidak apa-apa, karena ada tarikan dari dalam dirinya, yang juga menginginkan sentuhan dari pemuda pirang di depannya. Yah... mungkin tidak masalah, karena dia adalah Naruto...

"Hinata-chan..."

Manik biru laut itu mengerjap beberapa kali, saat sebuah dorongan yang ia rasakan membuat Naruto tersadar. Dorongan dari kedua tangan kecil milik Hyuuga Hinata. Gadis manis itu menunduk sehingga membuat Naruto tidak bisa melihat wajahnya.

"A-Ano! A-aku harus pergi sekarang, ini uangnya." Dengan terburu-buru Hinata mengeluarkan uang 200 yen pada Naruto. "J-Jaa sampai besok di sekolah Naruto-kun!"

"U-Eh-Oh! I-iya sampai jumpa besok Hinata..."

Naruto yang masih linglung hanya bisa menatap kepergian Hinata yang sudah menghilang cepat dari balik pintu. Selang beberapa menit kemudian, wajah siluman rubah itu memerah dengan kepulan asap yang keluar dari atas kepalanya. Naruto berjongkok sembari menutup wajahnya yang panas.

"Apa yang sudah aku lakukan-dattebayo..."

Naruto menggelengkan kepalanya berulang kali, bahkan tanpa ia sadari satu ekornya muncul dan bergoyang riang. Saat cucu dari Kurama menyadari ekornya yang menyembul keluar, wajahnya semakin merah padam dan kalang kabut, mencoba menghentikan ekornya yang mengibas-ngibas riang.

"Uh... ayolah sadar Uzumaki Naruto!" umpatnya setengah kesal. Naruto memeluk ekor berwarna orange itu sembari menggunakannya untuk menutupi wajahnya. "Hinata... kau curang-dattebayo, menyerangku dengan senyuman seperti itu..."

...

Hinata berlari tergesa-gesa menyusuri jalanan perumahan yang sudah mulai sepi. Sebelum ia akhirnya berhenti di dekat tiang lampu dengan nafas yang memburu. Pewaris Hyuuga itu bersandar pada dinding dan mencoba mengatur nafasnya yang berantakan. Setelah tenang, Hinata jadi bisa mendengar suara detak jantungnya yang bergemuruh. Ditambah dengan wajahnya yang masih terasa panas, Hinata yakin wajahnya saat ini sudah semerah tomat.

Gadis manis itu memejamkan matanya, sensasi aneh yang ia rasakan ketika Naruto menyentuhnya masih ia rasakan. Sentuhan dari jemarinya yang dingin, namun malah membuat dadanya terasa hangat. Seakan dia memang merindukan sentuhan itu, seakan ia sangat menginginkannya. Tapi meski begitu ada rasa sesak yang gadis itu rasakan.

'Hinata-chan.'

Panggilan yang Naruto lontarkan tadi, jelas bukanlah untuknya. Bisikan lembut itu jelas bukan ditujukan untuknya. Dan tatapan penuh cinta itu jelas ditujukan bagi 'Hinata-chan', kekasihnya dulu. Manik lavender itu menyayu dengan sinarnya yang meredup.

"Aku... Hinata, Naruto-kun. Bukan Hinata-chan..." ujar Hinata lirih.

...

Matahari mulai menanjak naik saat Uzumaki Naruto pulang dari tempat kerjanya. Pemuda pirang itu segera bersiap untuk berangkat sekolah. Beruntungnya dia bisa mendapatkan kerja paruh waktu dengan shift malam. Pemilik toko tempat ia bekerjapun tidak terlalu mempermasalahkan wajahnya yang terlihat seperti anak SMU. Dan tidak banyak bertanya mengenai identitasnya, sehingga Naruto bisa santai tanpa menggunakan kemampuannya untuk memanipulasi bos-nya.

Pemuda pirang itu menguap lebar dengan tampang suntuknya. Ia baru saja selesai membersihkan diri dan tengah memakai seragam Konoha sebelum berjalan keluar kamarnya. Begitu ia membuka pintu geser, sosok seorang perempuan dengan kimono hijau daun terlihat. Gadis manis dengan rambut pirang panjangnya yang ia ikat rendah serta manik violetnya yang tajam.

The Red FoxWhere stories live. Discover now