Chapter 27

94.2K 4.6K 346
                                    

"Ujian yang engkau beri sungguh indah Ya Allah 😊"

Azzahra Pov.

"Silahkan ayam gepreknya Kakak" Ucapku sambil meletakkan menu tersebut di meja.

Aku tertawa dalam hati sambil melihat wanita itu yang hanya memandangnya dan tak berniat memakannya.

"Saya sudah antri panjang lho kak, jangan buat saya merasa tidak dihargai!" Cetusku yang mendapat tatapan tajam suamiku.

Heran kadang. Aku salah mulu ya?!

"Emm maaf ya dik, kelihatannya kok nampak pedas ya? Jangan coba-coba ngerjain saya!" Wanita itu berujar dengan sedikit amarah. Peka juga ternyata.

"Masih nampak kan kak? Belum dirasain juga!" Ucapku ngeles.

"Ini merah banget lho! Udah kelihatan lah" Protesnya.

"Dont judge something by the cover, sist" Ucapku.

"Saya tetap gak mau makan, saya gak suka makanan pedas!" Aku menghembuskan nafas lelah.

"Kalau gak suka, ngapain suruh pesan neng? Ini kan mubazir namanya!" Geramku.

"Dibungkus aja lah Azz. Kamu suka makanan pedas kan? Gak akan mubazir juga" Ujar Mas Refan. Aku mendumel dalam hati. Rencanaku gagal untuk mengerjainya.

Ini namanya tuan makan senjata, ehh senjata makan tuan maksutnya.

***

"Mas" Panggilku saat berada di ruangannya. Saat kami hanya berdua, aku memanggilnya mas. Tetapi jika diluar aku memanggilnya bapak. Formalitas yaa? Iyaa.

"Iya?" Jawab suamiku.

"Bukannya wanita tadi itu Anisya?" Tanyaku memastikan.

"Iya. Lalu?" Aku menggigit bibirku untuk tidak berujar aneh-aneh.

"Mas udah gak ada perasaan kan sama dia?" Tanyaku hati-hati.

"Untuk sekarang tidak" Aku terdiam mendengar ucapannya.

"Mas gak punya maksud untuk kembali dengannya kan?" Aku sedikit tersenyum penuh pengharapan.

Dia menghela nafas.

"Tolong jangan berpikir hal tersebut Azz" Mas Refan menatapku lalu mengulurkan tangannya. Aku meraihnya dan dia menarikku ke pangkuannya.

"Untuk sekarang aku tidak tahu, semua masih terasa semu" Ucapnya sambil meraih jemariku.

"Usahaku untuk melupakannya terlalu sulit, jadi aku harus bagaimana Azz?" Suamiku nampak sangat bingung dan tidak bisa memutuskan.

"Mas harus memilih, apapun pilihanmu itu adalah kata hatimu, tapi ingat mas! Aku ini sudah menjadi istrimu, kamu bertanggung jawab atas diriku. Kuharap kamu memilih pilihan yang tepat, bukan hanya untuk hatimu tetapi untuk masa depan kelak" Tuturku. Dia hanya mengulas senyum tipis.

"Aku tahu Azz. Aku sudah memilikimu, kamu sudah dipilih orangtuaku untuk menjadi istriku. Lalu apalagi yang kubutuhkan?"

"Tapi dalam hati aku masih belum bisa menerima semuanya secepat ini Azz" Labil memang.

Aku berdiri dari pangkuannya, bukannya aku menolak keromantisannya ya! Tapi aku gemas sendiri dengan ucapannya yang plin-plan.

Jodoh Terbaik [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang