Chapter 5

108K 5.7K 133
                                    

"Aku memang bukan wanita yang sempurna, aku hanya wanita biasa yang sedang memulai Hijrah"

Author Pov.

Zahra turun dari lift 8 menuju lift dasar, gadis itu menggeleng-gelengkan kepala berusaha menghapus apa yang ia lihat di ruang bossnya. Disaat ia memulai hijrah pasti ada saja cobaannya.

Ia memang belum berpenampilan serba tertutup seperti bercadar, berkerudung lebar, memakai pakaian longgar dan menutup semua auratnya. Tapi sekarang ia dalam tahap menjaga lisan dan penglihatan, dan adegan tadi membuat Zahra kesal bukan main.

Sambil menghentak-hentakan kaki ia berjalan menuju parkiran tempat motornya dititipkan. Ia memakai helmnya dan menaiki motor.

"Mbak Zahra" panggil seseorang.

Zahra menoleh.

"Mbak Zahra beneran kan?" Tanya gadis tak berhijab itu.

"Kalau bukan Zahra, ngapain saya noleh Put?" Zahra memutar bola matanya. Gadis itu cengengesan. Putri Faizatun Nisa dari divisi personalia yang baru berkenalan tadi pagi.

"Kok belum pulang Put?" Tanya Zahra.

"Iya, sekarang kan akhir tahun, jadi ya sibuk-sibuknya kantor mbak. Mbak sendiri kok baru pulang?" Tanya Balik Putri yang lebih muda dari Zahra.

"Iya, seperti katamu tadi. Akhir tahun berarti sibuk-sibuknya" Kedua gadis itu tertawa-tawa sebelum langkah kaki ringan seseorang menghentikannya. 

"Ehem" suara batuk dengan nada dingin itu mengagetkan Putri yang membelakanginya.

"Selamat sore Pak" sapa kikuk Putri yang tidak dijawab lelaki itu. Sadar diri, Putri pun pergi dari tempatnya.

"Aku duluan ya mbak" bisik Putri pelan. Zahra hanya bisa mengangguk.

Selepas kepergian Putri, Zahra pun ikut berlalu dan mulai menarik gas motornya.

"Saya belum izinin kamu pulang" suara dingin itu. Mau tak mau Zahra pun menghentikan motornya.

"Bapak memang tidak mengizinkan, tapi tata tertib kantor sudah menjelaskan kapan saya pulang kerja!" Ketus Zahra. Ia masih kesal dengan adegan tak senonoh bossnya dengan wanita tadi yang membuat Zahra risih.

"Saya atasan kamu Zahra! Peraturan itu, saya yang buat!" Geram lelaki itu pada sikap sekretarisnya.

"Justru bapak yang membuat, saya harus mentaatinya! Permisi, saya pulang dulu. Assalamualaikum" pungkas Zahra lalu menarik gas motornya dengan kencang.

Sementara lelaki itu terpaku dan menatapnya datar.

***

Zahra meredam emosi dengan istighfar berkali-kali. Meskipun ia kesal tapi dia harus bagaimana? Menceramahi bossnya? Nanti dibilang tidak etis. Tau ah, dia sebenarnya tidak peduli.

Rambu kota menghentikan perjalanan Zahra pulang ke rumah. Zahra menatap langit biru diatasnya, gadis itu melamunkan bayangan seseorang yang ia rindukan. Seseorang yang tak akan pernah kembali.

Tin..tin..tiin

Klakson mobil mengembalikan kesadaran Zahra, dilihatnya rambu yang awalnya berwarna merah kini berganti warna hijau. Segera ia melajukan motornya dan tak sabar untuk pulang ke rumah.

***

"Assalamualaikum" ucap Zahra setelah sampai dengan selamat di istana ternyaman.

Jodoh Terbaik [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang